Episode 477: Berbicara dengan “Iblis”
Flint terperangah dengan apa yang
disaksikannya. Sesosok manusia, yang mampu mengendalikan api? Bagaimana
mungkin? Atau apakah benar yang dikatakan orang-orang bahwa sosok ini adalah
iblis?
“Siapa kamu dan apa maumu? Kenapa
membuat onar di sini,” tanya Flint mencoba tenang. Padahal sejatinya dia juga
cukup bergidik melihat fenomena yang belum pernah dilihatnya sebelumnya itu.
“Kumohon, pergilah,” tiba-tiba terdengar suara perempuan dari dalam
kobaran api itu. Flint semakin terkejut. Sosok itu adalah perempuan?
“Kumohon, pergilah,” terdengar lagi suara perempuan itu. “Aku tak mau menyakitimu,” sambungnya.
Flint terdiam. Demi mendengar
suara itu, kini dia meyakini bahwa sosok perempuan di balik kobaran api itu bukanlah
iblis. Karena tidak mungkin iblis mengatakan kalau dia tak mau menyakiti orang
lain. Dugaan Flint saat ini, perempuan itu adalah manusia biasa, yang entah
bagaimana caranya bisa mengendalikan api.
“Aku takkan pergi sebelum tahu
siapa kamu,” jawab Flint kemudian. “Namaku Flint, aku seorang anggota Elite
Four. Aku bisa membantumu,” sambungnya memperkenalkan diri.
“Elite Four?” tanya perempuan itu.
“Ya, aku satu dari empat pelatih
Pokemon terkuat di Sinnoh. Setidaknya itulah kata Liga Pokemon Sinnoh,” angguk
Flint. “Sebelumnya, kumohon jelaskan apa yang terjadi. Karena api ini membuat
takut warga di sini. Bisakah mungkin, kamu mematikan apinya? Aku khawatir
pepohonan, rerumputan, dan Pokemon terluka karenanya.”
“Aku membuat takut?” tanya sosok itu. “Ya memang, aku membuat takut. Aku benci pada diriku sendiri,”
ujarnya kemudian.
“Bu… bukan begitu,” sahut Flint
cepat. “Orang-orang takut, karena tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Bukankah kita semua takut akan hal yang belum kita ketahui?”
“Contohnya?” tanya perempuan itu lagi.
Flint terkesiap. Dia tak
menyangka upayanya bernegosiasi dengan makhluk misterius ini bakal menjadi
sebuah obrolan yang sama sekali tak terduga. “Contohnya… contohnya aku takut
kalau aku tidak akan pernah punya kekasih, misalnya seperti itu,” jawabnya
sekenanya. “Tentu akan menyedihkan bukan kalau aku hidup sendirian,” lanjut
Flint. Sebenarnya itu ucapan jujur Flint, dia tidak sekadar memberi contoh.
Sosok di balik api terdiam cukup
lama. Hingga kemudian dia berujar, “Ya,
itu memang menakutkan. Bila kamu hidup sendirian sampai akhir hayatmu.”
“Nah, sekarang kamu mengerti kan
kalah…”
“Aku juga takut…” potong sosok itu sebelum Flint menyelesaikan
kalimatnya. “Aku juga takut kalau aku
akan hidup sendiri dan kesepian karena kemampuanku ini…. Kemampuan yang kubenci
ini…. Aku merasa terkutuk.”
“Tak ada yang mau mendekatiku… tak ada yang mau berteman denganku… tak
ada yang mau hidup bersamaku… Mungkin aku akan mati dalam kesendirian,”
sambungnya. “Bila seperti ini, lebih baik
aku mati saja… seperti kata orang-orang, aku memang iblis…”
Flint terperangah dengan yang dia
dengar. Ada kesedihan dalam ucapan sosok misterius ini. Kesedihan yang terasa
begitu dalam. Seolah-olah kesedihan yang sudah begitu lama terpendam, dan
keluar dengan begitu dahsyatnya laksana kobaran api yang dilihatnya saat ini.
“Kamu salah,” jawab Flint. “Kamu
bukan iblis. Tak ada iblis yang berusaha menyelamatkan manusia. Pekerjaan iblis
adalah menyesatkan manusia. Sedangkan kamu tadi malah menyuruhku pergi, karena
tak mau menyakitiku.”
“Jangan mencoba menghiburku… nyatanya tidak ada yang mau mendekatiku.
Mereka menjauhiku, memanggilku setan, memanggilku iblis.”
“Kamu salah,” sela Flint.
“Mungkin ada yang menjauhimu, tetapi pasti akan ada yang mendekatimu,
mengajakmu berteman. Akan kubuktikan itu.” Flint berjalan pelan mendekati sosok
tersebut. Dia semakin dekat, hingga dapat dirasakannya panas api mulai menjalar
di tubuhnya.
“Apa yang kamu lakukan! Pergilah, pergi! Jangan mendekatiku!” teriak
sosok itu ketika menyadari Flint mendekatinya. “Kamu bisa mati!”
Flint tersenyum dan terus
melangkahkan kakinya. “Tidak apa-apa… karena aku sangat ingin bisa berteman
denganmu.”
Klik di sini untuk episode 478.
Klik di sini untuk episode 478.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...