Episode 481: Lucky Ranger dari
Rawa Besar
--- Di Battle Frontier, di bagian
luar ---
![]() |
Max Bladebarrel |
“Namaku Max… Max Bladebarrel…
Lucky Ranger dari Rawa Besar!” ujar lelaki ranger itu memperkenalkan diri.
“Max atau apapun itu, takkan kami
biarkan mengganggu rencana Tuan Nanta. Teman-teman, habisi dia!” seru salah
seorang berjas hitam. Kelima pria berjas hitam lantas mengeluarkan sebuah
pistol dari balik jas mereka. Namun saat hendak menodongkannya ke arah Max,
kelimanya terjatuh ke tanah. Rupa-rupanya Starmie milik Max menyapu kaki mereka
semua.
“Sepertinya kalian melupakan
Pokemon bintangku,” kata Max memandang remeh ke arah para pria berjas hitam
yang terjadi di tanah. “Baiklah Starmie, serangan tiga!”
Starmie lantas memunculkan sinar
di depan intinya, kemudian menembakkan sinar itu ke arah para pria berjas hitam
yang terbaring di tanah, yang langsung menyetrum, membakar, dan membekukan
mereka semua sekaligus. Dengan disertai suara teriakan kesakitan, para pria
berjas hitam itu pun pingsan.
“Kerja bagus Starmie…” ujar Max.
“Mereka tak tahu sedang berhadapan dengan siapa…” sambungnya menatap para pria
berjas hitam yang pingsan dengan sangat puas. Tiba-tiba saja seseorang muncul
menjejak di samping Max.
“Hei hei hei… aku tidak tahu
kalau menyuruh Pokemon untuk menyerang manusia itu diperbolehkan. Kakak bisa
dihukum berat karena itu,” ujar sosok perempuan dengan google terkalung di
lehernya.
“Well, pengecualian buat
orang-orang ini,” jawab Max santai. “Lagipula sebagai junior, lebih baik kamu
melihat saja bagaiman seorang profesional bekerja. Luna,” katanya kemudian.
“Baiklah kalau itu kata Kakak.
Lagipula suatu kehormatan bisa bekerja bersama sang Lucky Ranger dari Rawa
Besar,” sahut Luna.
“Ini bukan saatnya mengobrol
kawan-kawan,” terdengar suara seorang pemuda, diikuti kemunculan seseorang yang
menjejak di samping sisi lain Max. “Kak Max,” sapa lelaki itu tersenyum melihat
Max, lalu melihat ke sekeliling.
“Arbud? Wah-wah-wah… kalian semua
juga turun ya ternyata,” sahut Max menjawab sapaan pemuda yang dipanggil Arbud
itu.
“Aku senang bisa ikut beraksi
melawan orang jahat, tapi aku tak menyangka mereka sebanyak ini,” sebut Arbud
seraya melihat ke sekeliling. Tampak beberapa orang berjas hitam lainnya
bergerak ke arah mereka bertiga.
Max ikut melihat ke sekeliling.
Kali ini lebih banyak orang berjas yang mengepung mereka. “Kamu benar Arbud,”
ujarnya kemudian. “Ini memang bukan waktunya mengobrol… karena ini adalah
waktunya untuk… menghajar para mafia dan merebut kembali Rayquaza!”
*
---Di Battle Tower---
Volta duduk tertegun. Perasaannya
campur aduk. Saat ini seharusnya dia merasa berada di atas awan. Dia berhasil
menunjukkan dominasinya atas Lunar, yang selama ini selalu dianggapnya sebagai
lawan sepadan, musuh bebuyutan. Setelah sebelumnya dia dipermalukan di final
Frontier Festival. Apalagi dengan fakta bahwa mantan rekannya itu juga
menguasai salah satu Pokemon legenda cuaca seperti dirinya. Tapi, hasratnya
belum terpuaskan selama dia belum bisa membuktikan bahwa dialah pengendali
legenda cuaca terbaik.
“Sial… aku tak sabar menghajar
Lunar… kuharap dia belum mati karena ekor GreenTail waktu itu. Kuharap aku bisa
melawannya dalam pertarungan legenda cuaca!” geram Volta.
Dia lantas melihat ke monitor
CCTV yang ada di depannya, menyaksikan pertempuran antara para ranger melawan
anak buah Kelompok Paci. Ada begitu banyak ranger dan anak buah Kelompok Paci
yang bertarung satu sama lain.
“Hasilnya sudah bisa ditebak…”
ujarnya tak tertarik. Namun ketika akan memalingkan wajahnya dari layar
monitor, sesosok ranger yang terekam dalam monitor menarik perhatiannya.
Seorang ranger berambut hijau....
“Max Bladebarrel… dia datang…”
geramnya seraya mengepalkan tangan. Volta hendak bangkit berdiri ketika
seseorang dengan cepat menahan bahunya. Bukan, bukan seseorang, melainkan dua
orang yang menahan bahunya, bahu kanan dan kiri. Dia menoleh dan mendapati
seorang pria berkacamata, berambut hitam kribo serta perempuan berambut pendek
di sampingnya.
“Simpan energimu untuk
pertarungan legenda itu Bos,” kata pria kribo. “Biar kami saja yang menangani
ranger itu.”
“Betul,” sahut yang perempuan.
“Kami punya urusan yang belum diselesaikan…” sambungnya sambil tersenyum sinis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...