SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Minggu, 13 Oktober 2019

Eps. 481: Lucky Ranger dari Rawa Besar

Episode 481: Lucky Ranger dari Rawa Besar

--- Di Battle Frontier, di bagian luar ---

Max Bladebarrel
“Namaku Max… Max Bladebarrel… Lucky Ranger dari Rawa Besar!” ujar lelaki ranger itu memperkenalkan diri.
“Max atau apapun itu, takkan kami biarkan mengganggu rencana Tuan Nanta. Teman-teman, habisi dia!” seru salah seorang berjas hitam. Kelima pria berjas hitam lantas mengeluarkan sebuah pistol dari balik jas mereka. Namun saat hendak menodongkannya ke arah Max, kelimanya terjatuh ke tanah. Rupa-rupanya Starmie milik Max menyapu kaki mereka semua.
“Sepertinya kalian melupakan Pokemon bintangku,” kata Max memandang remeh ke arah para pria berjas hitam yang terjadi di tanah. “Baiklah Starmie, serangan tiga!”
Starmie lantas memunculkan sinar di depan intinya, kemudian menembakkan sinar itu ke arah para pria berjas hitam yang terbaring di tanah, yang langsung menyetrum, membakar, dan membekukan mereka semua sekaligus. Dengan disertai suara teriakan kesakitan, para pria berjas hitam itu pun pingsan.
“Kerja bagus Starmie…” ujar Max. “Mereka tak tahu sedang berhadapan dengan siapa…” sambungnya menatap para pria berjas hitam yang pingsan dengan sangat puas. Tiba-tiba saja seseorang muncul menjejak di samping Max.
“Hei hei hei… aku tidak tahu kalau menyuruh Pokemon untuk menyerang manusia itu diperbolehkan. Kakak bisa dihukum berat karena itu,” ujar sosok perempuan dengan google terkalung di lehernya.

“Well, pengecualian buat orang-orang ini,” jawab Max santai. “Lagipula sebagai junior, lebih baik kamu melihat saja bagaiman seorang profesional bekerja. Luna,” katanya kemudian.
“Baiklah kalau itu kata Kakak. Lagipula suatu kehormatan bisa bekerja bersama sang Lucky Ranger dari Rawa Besar,” sahut Luna.
“Ini bukan saatnya mengobrol kawan-kawan,” terdengar suara seorang pemuda, diikuti kemunculan seseorang yang menjejak di samping sisi lain Max. “Kak Max,” sapa lelaki itu tersenyum melihat Max, lalu melihat ke sekeliling.
“Arbud? Wah-wah-wah… kalian semua juga turun ya ternyata,” sahut Max menjawab sapaan pemuda yang dipanggil Arbud itu.
“Aku senang bisa ikut beraksi melawan orang jahat, tapi aku tak menyangka mereka sebanyak ini,” sebut Arbud seraya melihat ke sekeliling. Tampak beberapa orang berjas hitam lainnya bergerak ke arah mereka bertiga.
Max ikut melihat ke sekeliling. Kali ini lebih banyak orang berjas yang mengepung mereka. “Kamu benar Arbud,” ujarnya kemudian. “Ini memang bukan waktunya mengobrol… karena ini adalah waktunya untuk… menghajar para mafia dan merebut kembali Rayquaza!”

*

---Di Battle Tower---

Volta duduk tertegun. Perasaannya campur aduk. Saat ini seharusnya dia merasa berada di atas awan. Dia berhasil menunjukkan dominasinya atas Lunar, yang selama ini selalu dianggapnya sebagai lawan sepadan, musuh bebuyutan. Setelah sebelumnya dia dipermalukan di final Frontier Festival. Apalagi dengan fakta bahwa mantan rekannya itu juga menguasai salah satu Pokemon legenda cuaca seperti dirinya. Tapi, hasratnya belum terpuaskan selama dia belum bisa membuktikan bahwa dialah pengendali legenda cuaca terbaik.
“Sial… aku tak sabar menghajar Lunar… kuharap dia belum mati karena ekor GreenTail waktu itu. Kuharap aku bisa melawannya dalam pertarungan legenda cuaca!” geram Volta.
Dia lantas melihat ke monitor CCTV yang ada di depannya, menyaksikan pertempuran antara para ranger melawan anak buah Kelompok Paci. Ada begitu banyak ranger dan anak buah Kelompok Paci yang bertarung satu sama lain.
“Hasilnya sudah bisa ditebak…” ujarnya tak tertarik. Namun ketika akan memalingkan wajahnya dari layar monitor, sesosok ranger yang terekam dalam monitor menarik perhatiannya. Seorang ranger berambut hijau....
“Max Bladebarrel… dia datang…” geramnya seraya mengepalkan tangan. Volta hendak bangkit berdiri ketika seseorang dengan cepat menahan bahunya. Bukan, bukan seseorang, melainkan dua orang yang menahan bahunya, bahu kanan dan kiri. Dia menoleh dan mendapati seorang pria berkacamata, berambut hitam kribo serta perempuan berambut pendek di sampingnya.
“Simpan energimu untuk pertarungan legenda itu Bos,” kata pria kribo. “Biar kami saja yang menangani ranger itu.”
“Betul,” sahut yang perempuan. “Kami punya urusan yang belum diselesaikan…” sambungnya sambil tersenyum sinis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...