SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Minggu, 13 Oktober 2019

Eps. 483: Fling dari Tim Voltase

Episode 483: Fling dari Tim Voltase

Kira-kira seperti inilah Bochel.
“Kalian… Tim Voltase!” sentak Max begitu menyadari siapa dua orang yang berdiri di hadapannya.
Bochel dan Curie, dua anggota kelompok penjahat yang menamakan diri mereka Tim Voltase. Keduanya pernah melawan Max saat di Rawa Besar, Pastoria, dalam pertempuran yang berujung direbutnya Rayquaza dari pengawasannya.
“Ya benar sekali. Tentu kamu tidak akan lupa, Max Bladebarrel,” sahut Bochel. “Kami kalah waktu itu karena Shedinjamu.”
Max mendengus. “Huh, jadi kalian masih belum puas mencuri Rayquaza?” tanyanya tampak marah. “Atau kalian belum puas kukalahkan waktu itu?”
“Ckckck… jangan salah sangka dahulu Ranger,” jawab Curie sambil memainkan kedua telunjuknya ke arah Max. “Kami di sini hanya untuk melumpuhkanmu, agar kamu tidak mengganggu rencana bos kami, tentu saja,” sambungnya.
“Ya, aku paham… sepertinya kemenanganku waktu itu masih belum cukup untuk menyadarkan kalian yang keras kepala,” ujar Max bangkit berdiri. Dia tersenyum percaya diri, lalu mengeluarkan PokeBall dari sakunya. “Kalau begitu mari kita ulang pertarungan di Rawa Besar,” kata dia seraya menunjukkan PokeBall ke arah Bochel dan Curie.”

“Dengan senang hati Tuan Ranger,” sahut Curie dan Bochel bersamaan. Keduanya lalu menundukkan badan, mundur satu langkah, diikuti Plusle dan Minun yang berlari ke arah Max.
“Shedinja, aku memilihmu!” teriak Max melemparkan PokeBall ke udara. Pokemon serangga berwarna cokelat, menyerupai kulit, bersayap, dengan lingkaran putih di atas kepalanya muncul keluar. Melihat Pokemonnya itu, Max lantas memandang ke arah pasangan Tim Voltase di depannya.
“Aku akan menghempaskan Pokemon kalian sebagaimana aku melakukannya dahulu,” serunya seraya menyilangkan kedua tangan di depan dadanya. “Aku ingin melihat apakah kalian belajar dari kesalahan kalian atau tidak,” lanjut Max.
Bochel tersenyum sinis. “Tentu saja kami sudah,” ujarnya lantas menoleh ke arah Curie. “Benar kan Curie?”
“Benar sekali,” yang ditanya mengangguk. “Dan inilah yang telah kami pelajari…. Siap Bochel?”
Bochel mengangguk. Keduanya lalu menatap ke depan dengan tatapan penuh semangat. “Sekarang… Plusle. Minun. FLING!” seru keduanya serempak.
Bersamaan dengan perintah itu, Plusle dan Minum serempak melemparkan sebuah bola berwarna ungu ke arah Shedinja. Kedua bola itu menghantam Shedinja dengan begitu kerasnya, membuat Pokemon yang melayang di udara itu kini jatuh ke tanah. Max terkejut dibuatnya

“Apa yang kalian lemparkan?” tanyanya heran. Pasalnya, Shedinja memiliki kemampuan Wonder Guard atau perisai ajaib. Dia hanya bisa diserang dengan jurus yang benar-benar super efektif, alias jurus yang memiliki tipe yang unggul atas tipe Shedinja, tipe serangga dan hantu.
“Kamu terkejut Ranger? Kamu pikir wonder guard-mu tak terkalahkan oleh Pokemon kami yang bertipe listrik?” ledek Bochel.
“Itu tadi adalah jurus Fling, yang bertipe kegelapan, tipe yang unggul atas tipe hantunya Shedinja,” jelas Curie.
“Fling adalah jurus yang membuat Pokemon melemparkan held item yang dibawanya,” tiba-tiba terdengar suara Arbud. Rupanya ranger muda itu sedari tadi menyaksikan pertarungan Max dengan Tim Voltase.
“Arbud, kamu masih di sini?” tanya Max terkejut. Tapi perhatian Max langsung kembali ke Bochel dan Curie, yang di luar dugaan mampu menembus perisai ajaib Shedinja. Padahal dalam duel sebelumnya, Plusle dan Minun tak mampu menembusnya. “Kalian benar-benar sudah belajar rupanya,” ujarnya kemudian dengan nada kagum.
“Kami bukan sekadar belajar, Ranger. Kami belajar banyak,” sahut Bochel. “Lihatlah Pokemonmu,” tunjuknya.
Max melihat ke arah Shedinja yang terkapar di tanah. Warna kulitnya berubah keunguan. Dia keracunan!
“Toxic Orb ya…” ucap Max begitu menyadari bola yang dilemparkan Plusle dan Minun. Bola itu punya efek meracuni Pokemon yang terpapar olehnya. Rupanya Max terlalu meremehkan Tim Voltase. Keduanya lebih kuat, berbeda ketika saat berhadapan kali pertama dahulu. “Baiklah, kita serie.”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...