Episode 489: Kekesalan Nanta
--Di Battle Tower --
Nanta berdiri di sebuah ruangan luas dengan cahaya
remang-remang. Seekor Pachirisu bertengger di bahu kanannya. Di depannya,
terdapat delapan sosok berdiri berjauhan, masing-masing memiliki jarak yang
teratur satu sama lain. Remangnya cahaya membuat sosok-sosok tersebut tak
terlihat jelas, lebih menyerupai siluet.
“Cameron jatuh, dia dikalahkan
Elite Four,” kata salah seorang di antara mereka.
“Ya, dia jatuh,” jawab Nanta sekenanya.
“Karenanya aku butuh bantuan kalian. Tempat ini akan menjadi markas baru kita.
“Dari awal kami menentang
rencanamu, Nanta,” jawab sosok yang lain. “Kami tak ingin menampakkan
diri kami ke publik.”
“Kami dengar para ranger
melawan dengan hebat ya,” tanya sosok lainnya. “Kamu memang cari
sensasi, Nanta.”
Yang disebut terdiam, menunduk
sejenak, lantas melihat sekeliling, pada sosok-sosok tersebut. “Ini adalah
upayaku sebagai pemimpin Paciolo Mafioso. Apa kalian tak melihat pergerakan
dari kelompok-kelompok yang lain?” ujarnya kemudian.
“Kami tahu Nanta, karena itu
kami tak ikut campur,” jawab salah satu sosok. “Selama ini kita kan
selalu berada di belakang layar. Kenapa sekali kamu ingin menunjukkan
eksistensi kita?”
“Itu karena dia haus pujian,”
tiba-tiba seseorang muncul dan berjalan ke samping Nanta.
”Volta, kamu jangan ikut campur,”
sergah Nanta menyadari sosok di sampingnya.
“Biarkan dia ikut campur,
Nanta, dia bagian keluarga kita juga,” sahut salah satu sosok, yang
bertubuh paling jangkung. “Malahan kamu harus berterima kasih padanya karena
posisimu sekarang juga berkat Volta.”
“Terima kasih Paman Archie,”
kata Volta memandang ke sosok yang bicara. Sementara Nanta menggeram
mendengarnya.
“Kami pikir cukup Cameron yang
jadi korban ambisimu, Nanta. Kami tak ikut campur. Semoga beruntung dengan
rencanamu.”
“Tapi...”
“Kudengar kamu menyewa
penjahat bayaran itu kan? Kami rasa mereka sudah lebih dari cukup. Ingat Nanta,
ada banyak grunt mafia yang kamu gunakan. Kalau kita kalah, itu kehilangan
besar.”
“Karena itu aku membutuhkan ka...”
belum sempat Nanta melanjutkan ucapannya, mendadak kedelapan sosok di ruangan
tersebut hilang. Rupanya kedelapan sosok tersebut hanya hologram. Nanta lantas
tertunduk. Dia merasa sangat kesal.
“Sudahlah Nanta, masih ada aku kan?”
Volta mencoba menghibur.
“Diam kamu Volta!” sentak Nanta
langsung memandang tajam Volta, membuat Volta langsung terdiam. “Ingat ya, kita
punya perjanjian, dan aku mau itu kamu selesaikan sampai akhir dalam peperangan
ini.”
“Baiklah,” jawab Volta. “Aku
takkan ingkar, karena aku juga punya kepentingan dalam rencanamu ini,”
sambungnya. “Aku hanya ingin menginformasikan kalau timku sudah kalah.”
“Hoo... jadi Tim Voltase yang
kamu banggakan itu sudah kalah oleh ranger?” sahut Nanta. Baiklah, sepertinya
aku tak punya pilihan lagi selain mengeluarkan senjata rahasia ki.....”
Nanta tiba-tiba terdiam. Pun
demikian dengan Volta. Keduanya merasakan sebuah aura yang mengerikan, yang
terasa begitu dingin dan hampa. Sampai-sampai Pachirisu langsung meringkung
menyembunyikan wajahnya.
“Kami merasa dipanggil...,”
tiba-tiba terdengar sebuah suara, “... dan kami sudah sangat tidak sabar...”
sambung suara dengan nada bergetar itu.
Nanta tersenyum, lantas berbalik
melihat dua sosok yang telah ada di depannya. Dua sosok yang menjadi senjata rahasianya
dalam peperangan ini. Lantas dia berkata pelan, “Selamat bertugas... Y &
M....”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...