Setelah membereskan peralatan di dalam gua, aku segera keluar melanjutkan perjalanan yang tidak jelas. Kata orang di daerah gurun ini terdapat Pokemon fosil, tapi dimana? Apakah di atas padang pasir? Atau di dalam gua kecil tadi? Entahlah, belum tuntas rasa penasaranku pada Pokemon fosil, datang lagi rasa penasaranku yang lain yaitu Pokemon misterius yang kulihat tadi. Pokemon apa itu? Dan apakah sosok berjubah tadi adalah maniak fosil juga?
Langkahku terhenti saat kulihat jejak aneh tertinggal di atas padang pasir. Jejaknya panjang dan berkelok-kelok. Itu bukan jejak manusia, bukan juga jejak Pokemon berkaki. Jejaknya lebih tampak seperti jejak ban kendaraan bermotor. Tapi, mana mungkin ada kendaran bermotor di padang yang penuh pasir ini? Sepedaku saja aku tinggal di batu besar tadi. Lalu ini jejak apa?
”Ssss....” terdengar desisan...dan pertanyaanku pun terjawab.....seekor Seviper muncul dari dalam kubangan pasir dan bergerak menerkam ke arahku!
Aku terlambat menyelamatkan diri. Seviper, Pokemon ular raksasa berkulit hitam dengan dua taringnya yang tajam telah berhasil membelit tubuhku. Wooper ada di dalam tas dan aku tidak bisa mengeluarkannya. Kini aku terbelit sempurna dan mulai kesulitan bernafas. Tampaknya Seviper ini berniat meremukkan tulangku sebelum menelanku bulat-bulat. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Tenagaku tak cukup kuat untuk melawan belitan Seviper. Percuma juga aku berontak, itu justru makin membuatku terbelit. Tuhan, kalau aku memang harus mati disini, tolong ampuni semua kesalahanku, doaku dalam hati. Tapi Tuhan, aku belum mau mati disini, paling tidak izinkanlah aku memiliki Pokemon pertamaku terlebih dahulu sebelum aku mati, doaku lagi. Memang hanya berdoalah yang bisa kulakukan saat ini, berharap datang keajaiban, penyelamat atau apapun juga yang bisa melepaskanku dari belitan Seviper ini. Sementara aku terus berdoa, tulangku mulai terasa remuk. Mungkin aku akan mati disini, tenggelam dalam pasir dan tak pernah ditemukan.
”Arrgh....” terdengar suara erangan. Kukira itu eranganku, tapi ternyata itu erangan Seviper. Lilitannya tiba-tiba saja melonggar, semakin melonggar hingga aku benar-benar terlepas dari belitan Seviper.
Aku terjatuh di atas pasir yang lembut. Di tengah rasa sakit yang tersisa kucoba melihat ada apa gerangan terjadi. Tampak Seviper itu menggeleng-gelengkan kepalanya kesana kemari berusaha melepaskan sesuatu di kepalanya. Kuamati benda yang menempel di kepala Seviper di antara debu-debu pasir yang semakin lebat. Itu kan.... Sandshrew?
Ya, itu Sandshrew yang tadi aku tolong. Aku mengenalinya dari bekas luka di kaki kecilnya. Rupanya Sandshrew menutupi pandangan Seviper dan menancapkan cakarnya dengan keras pada mata Seviper. Sandshrew kecil itu terus bertahan di atas Seviper hingga akhirnya berhasil dilemparkan jatuh oleh Seviper. Ini kesempatanku membalas, pikirku.
”Wooper, keluarlah!” dengan cepat kuambil pokeball dari dalam tas dan kulemparkan keluar. Wooper segera keluar dari pokeball. ”Wooper, tembakan lumpur!” Wooper melakukan tugasnya dengan baik. Tembakan lumpur berhasil menjatuhkan Seviper yang telah buta oleh serangan Sandshrew tadi. Seviper itu kemudian bergerak tunggang-langgang tak tahu arah meninggalkanku. ”Kau hebat Wooper,” pujiku pada Wooper, ”tapi kau harus kembali ke pokeball agar badai pasir ini tak melukaimu.” Aku pun mengembalikan Wooper ke dalam pokeball.
Aku lalu berjalan menghampiri Sandshrew yang terbaring di atas pasir. ”Terima kasih ya...” kataku sambil kubantu dia berdiri. ”Kalau tak ada kau, aku pasti sudah mati.” Sandshrew hanya mengangguk kecil. Sepertinya Sandshrew ini ingin membalas budi. ”Oke, kita impas. Aku telah menolongmu, dan kau telah menolongku. Sekarang kembalilah pada kelompokmu, mereka pasti sudah menunggu,” ujarku lagi.
Aku berbalik berniat melanjutkan perjalanan, tapi Sandshrew itu mengikutiku dan berjalan disampingku. ”Kenapa kau mengikutiku? Kembalilah pada teman-temanmu.” Sandshrew hanya diam saja sambil memandangi wajahku. Sandshrew lalu bergerak tepat didepanku dan mengendus sepatuku. Selanjutnya dia melompat dan bergayut di bahuku. ”Hei!” teriakku terkejut. Tapi Sandshrew tetap bergayut dan kini menggesek-gesekkan kepalanya di leherku. Ada apa dengan Sandshrew ini?
Bodohnya aku! Kenapa tak terpikirkan olehku? Bukankah tanda-tanda seperti ini artinya Pokemon ini menyukaiku? Itu artinya Sandshrew mau ikut bersamaku. Dan itu artinya lagi.....aku telah mendapatkan Pokemon pertamaku!
”Kau mau ikut denganku?” tanyaku memandang mata mungilnya. Sandshrew mengangguk sambil memandang wajahku. Aduh imutnya!
Terima kasih Tuhan, kau datangkan aku penyelamat dan kau pun mendatangkan Pokemon pertama untukku. Baiklah, sepertinya perjalananku sebagai pelatih Pokemon baru saja dimulai.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...