SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Selasa, 05 Januari 2010

L's Diary: Eps. 14 - Pendakian Gunung Chimney

wooper gif

Episode 14: Pendakian Gunung Chimney

“Sandshrew, gunakan cakarmu!” perintahku keras. Sandshrew pun mencakar Machop yang ada di depannya. Ya, saat ini aku tengah bertarung dengan seorang pendaki yang kutemui dalam pendakian gunung Chimney. Tantangan itu pun tak kusia-siakan. Tentu saja aku menggunakan Sandshrew sementara pendaki tersebut menggunakan Machop, Pokemon tipe petarung.

Mendapat cakaran dari Sandshrew, Machop terdesak mundur. “Machop, pukulan silang!” perintah sang pendaki. Machop melompat dan siap melayangkan pukulan menyilangnya. Klasik, batinku.

”Sandshrew, serangan pasir!” Sandshrew menendang pasir ke arah Machop sehingga Machop tampak kesulitan mengendalikan pukulannya. Meskipun begitu pukulan menyilang dari Machop tepat mengenai wajah Sandshrew. Kini ganti Sandshrew yang terpukul mundur.

”Machop, pukulan terpusat!” Machop berhenti dan memusatkan konsentrasinya untuk melayangkan pukulan terpusat. Ini kesempatanku.


”Sandshrew, cakar!” Sandshrew bergerak dan mencakar Machop yang tengah berkonsentrasi untuk memukul dan kena! Machop pun kehilangan konsentrasi. ”Sudahi ini sekarang Sandshrew, serangan cakar!” Sandshrew kembali melakukan cakaran dan berhasil tepat mengenai Machop. Machop yang sedari tadi menjadi bulan-bulanan serangan Sandshrew pun akhirnya rubuh tak dapat lagi melanjutkan pertandingan.

”Machop, kembali!” teriak sang pendaki. ”Kau hebat L, aku salut padamu,” pujinya. ”Padahal Sandshrew lemah terhadap Pokemon tipe petarung, tapi kau bisa membalik keadaan.”

”Ah, itu biasa saja,” aku merendah. ”Ini semua berkat Sandshrew,” ujarku menoleh pada Sandshrew. Tiba-tiba saja Sandshrew tampak bersinar. Aku terkejut. ”Sandshrew, ada apa?” tanyaku panik. Cahaya menyelimuti tubuh Sandshrew. Apa dia terluka?

”Tenang saja, tampaknya Pokemonmu akan berevolusi,” ujar sang pendaki menenangkanku.

Berevolusi? Oh, ya...Pokemon kan bisa berevolusi menjadi wujud yang lebih tangguh bila telah sampai pada level tertentu. Dan sepertinya Sandshrew kecilku akan segera berevolusi. Kalau tak salah evolusi Sandshrew adalah.....

”Sandslash!” kulihat dari punggung Sandshrew muncul sisik-sisik berwarna cokelat yang besar dan tajam seperti duri. Tubuhnya pun membesar dua kali lipat dari tubuh sebelumnya, tangan dan cakarnya juga. Sandshrew kecilku telah berevolusi menjadi Sandslash!

”Selamat L, Sandshrew milikmu telah berubah menjadi Sandslash. Kau pasti telah merawatnya dengan baik,” puji sang pendaki.

”Terima kasih,” sahutku. ”Ini juga berkat pertarungan tadi.”

Setelah pamit dari sang pendaki yang aku tak tahu namanya itu, aku dan Sandhsrew yang kini telah berubah menjadi Sandslash pun melanjutkan perjalanan mendaki gunung Chimney melewati jalan pintas yang terjal dari kota Lavaridge. Tujuanku adalah gunung Chimney, dimana aku ingin berkunjung lagi kesana setelah terakhir kali saat aku masih kecil dulu.

Jalan mendaki ini cukup susah dilewati dengan sepeda, namun untungnya sepedaku adalah sepeda akrobat sehingga aku bisa melewati bebatuan yang menghadang walaupun aku harus bersusah payah mengatur keseimbanganku. Kalau tahu seperti ini lebih baik kutitipkan sepedaku pada Flannery. Tapi tak apa-apa, lagipula nanti sesampainya di puncak gunung aku bisa dengan mudah menuruni jalan menurun menuju desa ninja Abu.

Saat tengah berusaha melewati bebatuan cadas, aku melihat seseorang berpakaian serba merah berjalan di dalam rimbunnya pepohonan. Orang itu tampaknya tergesa-gesa. Siapa orang itu ya?

Karena penasaran, aku lalu meletakkan sepedaku, memasukkan Sandslash ke dalam pokeball dan berjalan mengikuti sosok tersebut sambil mengendap-endap. Perlahan tapi pasti aku mengikutinya hingga sosok berbaju merah tersebut berhenti di depan sebuah jalan buntu, hanya ada dinding gunung yang terjal di depannya. Sosok itu lalu mengeluarkan sesuatu yang tampak seperti medali dari dalam sakunya dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Tiba-tiba sebuah pintu pada dinding gunung itu terbuka. Sosok itu pun masuk ke dalamnya.

Hmm, seperti cerita Alibaba saja, pikirku. Tapi siapa ya sosok berbaju merah itu? Dan apa yang ada di dalam bukit itu? Aku makin penasaran saja. Aku pun berjalan mendekati dinding yang tadinya terbuka. Kuketok-ketok dinding itu perlahan, namun dinding itu tetaplah dinding gunung yang keras. Berarti aku butuh medali seperti yang dipegang orang tadi. Pasti ada sesuatu dibalik dinding gunung ini. Apakah mungkin isinya harta karun seperti dalam kisah Alibaba? Mungkinkah orang itu adalah salah seorang dari kelompok penyamun? Kalau memang benar, sepertinya aku sedang dalam bahaya. Tentu insting bahaya seharusnya membawaku untuk menyingkir dari tempat itu, namun rasa penasaran membuatku tetap ingin berada disana. Kenyataannya, seharusnya aku mengikuti instingku mengenai bahaya tempat itu karena tiba-tiba saja sesuatu yang menyengat menyerang tubuhku dan aku pun jatuh pingsan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...