”Sandslash, Ninjask! Cobalah untuk berdamai!” perintahku. Namun keduanya masih saling menatap dengan penuh kebencian. Mendadak sebuah bola berwarna hitam meluncur ke arah kedua Pokemonku. ”Kalian berdua awas!” kedua Pokemonku langsung menoleh dan dengan cepat menghindar. Serangan bola bayangan dari Mightyena pun meleset. Fiuh, hampir saja....batinku.
”Hei, kau niat bertarung tidak sih?” tanya Brodie jengkel. Sepertinya dia menyadari keadaanku. ”Kalau kau takut lebih baik menyerah saja sekarang!” lanjutnya.
”Tidak akan!” sanggahku. ”Sandslash, gunakan serangan cakarmu! Ninjask, gunakan pukulan beruntun!” perintahku hampir bersamaan. Namun bukannya menyerang Pokemon Brodie, kedua Pokemonku justru saling menyerang satu sama lain menggunakan serangan yang kuperintahkan tadi. Melihat hal itu, para penonton yang melihat di tribun tertawa keras. Mereka mulai mengejekku. Oh, tidak! Tamatlah riwayatku!
Sial! Bagaimana ini? Sandslash dan Ninjask masih memendam kebencian saat mereka bertarung dulu, sekarang apa yang harus kulakukan. ”Sandslash, Ninjask, hentikan pertarungan kalian!” perintahku mencoba melerai mereka. Namun kedua Pokemonku tetap saja saling menyerang.
”Baiklah, aku tak mau buang-buang waktuku. Camerupt, percikan api! Mightyena, gigitan!” perintah Brodie. Camerupt lalu mengeluarkan percikan bunga apa ke arah Ninjask sementara Mightyena berlari ke arah Sandslash dan menggigit Pokemon pertamaku itu. Sandslash dan Ninjask yang tengah asyik bertarung sendiri tak menyadari serangan tersebut. Serangan-serangan Pokemon Brodie pun tepat pada sasaran. Ninjask terjatuh sementara Sandslash tersentak kesakitan. Pertarungan mereka pun bubar.
Sandslash dan Ninjask yang tampak marah lalu menerjang ke arah Pokemon Brodie. Sandslash menggerakkan tangannya cepat dan melakukan jurus menyayat ke arah Mightyena. Itu jurus baru yang dipelajari Sandslash setelah berevolusi dari Sandshrew. Namun dari belakang Ninjask pun menerjang ke arah Mightyena dengan serangan pukulan beruntunnya. Apa? Keduanya menyerang Pokemon yang sama? Lalu bagaimana dengan Pokemon Brodie yang satunya, Camerupt?
Serangan Sandslash dan Ninjask mengenai Mightyena. Mightyena tampak kesakitan menerima dua serangan sekaligus. Tampaknya kedua Pokemonku unggul, tapi mereka melupakan Camerupt yang dengan cepat meluncurkan serangan ledakan panas yang langsung mengenai kedua Pokemonku. Kini Sandslash dan Ninjask terkapar di tanah. Ninjask bahkan terbakar karena serangan itu.
Tawa keras pecah di antara para penonton yang kesemuanya anggota Tim Magma itu. Bodoh! Bodoh sekali! Aku benar-benar malu.
”Ternyata kau payah sekali L,” ejek Brodie. ”Biar kusudahi ini. Camerupt, ledakan panas!” Camerupt kembali melepaskan ledakan panas ke arah Sandslash dan Ninjask yang terkapar.
”Kalian semua menyingkir!” teriakku memperingatkan kedua Pokemonku. Sandslash yang menyadari serangan Camerupt langsung menggulung tubuhnya menjadi bola dan menggelinding menghindar namun serangan itu tetap mengenainya. Sementara Ninjask yang tak menyadari serangan Camerupt karena terbakar menjadi sasaran empuk ledakan panas. Ninjask pun terjatuh pingsan dan tak bisa melanjutkan pertarungan. ”Ninjask, kembali!” aku pun mengembalikan Ninjask ke dalam pokeball. Aku memang belum terbiasa dengan Ninjask.
Kini tinggal Sandslash saja Pokemonku yang tersisa di arena. Sandslash tampak kelelahan dan kesakitan sementara Mightyena dan Camerupt mengepungnya.
”Mightyena, bola bayangan!” perintah Brodie. Mightyena mengeluarkan bola bayangan ke arah Sandslash namun Sandslash dengan gesit melompat menghindari serangan itu dan kini tampak bersiap menerjang Camerupt yang ada di depannya. ”Camerupt, percikan bunga api!” Camerupt langsung meluncurkan percikan bunga apa ke arah Sandslash yang melayang di udara. Serangan itu mengenai Sandslash, namun Sandslash menangkis serangan itu dengan tangannya sehingga mengurangi efek percikan bunga api terhadap tubuhnya. Kini Sandslash siap menyerang Camerupt.
”Sandslash, serangan menyayat sekarang!” perintahku. Sandslash menuruti perintahku dengan baik dan cakarnya yang tajam langsung menyayat Camerupt. Camerupt pun terjatuh. ”Pukulan batu!” perintahku lagi. Sandslash pun melakukan pukulan batu yang dengan cepat menjatuhkan Camerupt. Camerupt pingsan dan tak bisa melanjutkan pertarungan. Sandslash baru mendarat di tanah saat sebuah bola bayangan mengenainya. Sandslash terjatuh.
”Sudahi ini Mightyena, serangan cepat!” Brodie tampak tak sabar. Mightyena miliknya langsung berlari kencang ke arah Sandslash dan langsung menyerangnya. Sandslash pun pingsan dan tak bisa meneruskan pertarungan. Aku telah kalah.
”Sandslash tak dapat meneruskan pertarungan, maka pemenangnya sudah pasti.... Brodie!” Tabitha mengumumkan hasil pertarungan dengan suara keras diikuti riuh tepuk tangan anggota Tim Magma lain yang menjadi penonton.Brodie tampak sumringah sementara aku jatuh berlutut di tanah. Aku tak percaya...aku tak percaya ini....aku kalah! Ini...ini adalah kekalahan pertamaku! Dan...kekalahan yang sangat menyakitkan karena dengan begini aku gagal bergabung dengan Tim Magma.
Lama aku termenung menatap tanah meratapi kekalahanku hingga sebuah suara menyadarkanku. ”L, bangunlah! Terimalah kenyataan kalau kamu sudah kalah!” Itu suara Flame. Aku pun bangkit berdiri.
”Aku...aku gagal bergabung dengan Tim Magma,” ujarku lemah.
”Sudahlah, mungkin kau memang tak harus bergabung dengan kami,” sahut Flame menenangkanku.
”Kau salah Flame,” terdengar suara berat di kejauhan. Aku dan Flame menoleh. Rupanya Maxie yang berbicara. Maxie lalu berjalan perlahan menghampiriku. ”L memang harus bergabung dengan kita,” sambungnya.
”Apa maksud Paman? Bukankah dia sudah kalah?” tanya Flame terkejut.
”Aku tak mengharuskan dia menang melawan Brodie bukan? Yang kuminta hanya dia bertarung dengan Brodie, itu saja,” jawab Maxie. ”Dan dia telah bertarung dengan sangat baik. Aku tahu sepertinya kedua Pokemonnya sedang memiliki masalah sehingga tampak tak akur. Bukan begitu L?” Maxie menoleh padaku.
”Ya,” aku mengangguk lemah. ”Ninjask masih marah karena Sandslash mengalahkannya saat pertarungan di kota Lavaridge.”
Maxie tersenyum mendengar jawabanku. Dia lalu memanggil anggota Tim Magma yang sedari tadi mengikutinya di belakang dengan isyarat tangan. Lelaki yang dipanggil Maxie segera mendekat. ”Berikan seragam Tim Magma kepadanya,” perintahnya. Lelaki itu lalu mengulurkan bungkusan plastik besar padaku. Aku serta merta menerimanya.
”Ja...jadi maksud Tuan Maxie, aku diterima menjadi anggota Tim Magma?” tanyaku tak percaya.
Maxie mengangguk. ”Tentu saja. Itu adalah seragam tim. Cobalah, siapa tahu ukurannya tak pas.”
Aku tak percaya dengan yang kudengar. Dan entah mengapa aku tiba-tiba memeluk Flame yang berdiri di sampingku. ”Flame, kau dengar itu? Aku diterima! Aku diterima!” Flame tampak terkejut saat tiba-tiba aku memeluknya.
”Ehem...ehem...” Maxie berdehem melihat aku memeluk Flame. Flame segera menyadari posisinya dan langsung melepas pelukanku dengan kasar.
”Apa-apaan kamu ini?” sergah Flame marah. Raut wajahnya merona merah. ”Kamu pikir siapa kamu? Berani-beraninya bertindak tak sopan padaku!”
”Ugh...aku....aku tak sengaja....aku hanya.... terlalu gembira....” jawabku tampak bingung. Mendengar itu semua yang menyaksikannya langsung tertawa kecuali Aku dan Flame yang terlihat malu. Wajah kami merah padam.
Bagaimanapun, akhirnya aku berhasil bergabung dengan Tim Magma. Biarlah aku berhenti dalam perjalananku sebagai pelatih Pokemon, karena dengan bergabung bersama Tim Magma, keinginanku untuk menangkap Groudon lebih terbuka luas.
Bab III - Bergabung dengan Team Magma --- selesai.
Keterangan Alih Bahasa:
Cakar - Scratch
Pukulan Silang - Cross Chop
Serangan Pasir - Sand Attack
Pukulan Terpusat - Focus Punch
Bola Bayangan - Shadow Ball
Pukulan Beruntun - Fury Swipes
Percikan Bunga Api - Ember
Serangan Menyayat - Slash
Gigitan - Bite
Ledakan Panas - Overheat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...