SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Selasa, 05 Januari 2010

L's Diary: Eps. 18 - Pertarungan Ganda yang Pertama

wooper gifEpisode 18: Pertarungan Ganda yang Pertama


Maxie masuk ke dalam ruangan, kali ini hanya ditemani Tabitha. ”L, persiapkan dirimu sekarang. Aku sudah memikirkan akan menerimamu sebagai anggota,” ujarnya.

”Benarkah?” tanyaku tak percaya.

”Tapi setelah kau bertarung melawan anak buahku terlebih dahulu dalam pertarungan ganda,” sambungnya. ”Kami semua menunggumu di Magstadium. Flame, antar dia ke Magstadium kalau dia sudah siap.”

”Baik Paman.” Usai memberi perintah pada Flame, Maxie kembali keluar ruangan.

”Magstadium? Apa itu?” tanyaku pada Flame.

”Magstadium atau Magma stadium, itu adalah sebuah tempat pertarungan Pokemon yang diperuntukkan bagi anggota Tim. Kamu beruntung bisa bertarung di tempat itu. Selama ini hanya anggota Tim yang memiliki tingkat tinggi yang bisa bertarung disana. Aku bahkan belum pernah bertarung disana.”

”Tapi aku belum pernah sekalipun melakukan pertarungan ganda,” sahutku. Aku memang belum pernah melakukan pertarungan ganda walaupun aku telah memiliki Ninjask sebagai Pokemon keduaku.

”Berarti ini akan menjadi yang pertama bagimu, bersiap-siaplah,” jawab Flame. Dia memberikan tasku kepadaku. ”Ayo kita pergi.”

Untuk pertama kalinya aku keluar dari ruangan pengap itu. Ternyata markas ini terdiri dari lorong-lorong sempit yang juga panas. Aku heran, kenapa Tim Magma tak takut mendirikan markas di dalam gunung berapi ya? Bagaimana kalau gunung ini meletus nanti. Karena penasaran, aku pun menanyakannya pada Flame.

”Justru itu yang kami mau,” jawab Flame tatkala aku menanyakan pertanyaan itu. Aku terkejut mendengarnya.

”Maksudmu?”

”Sudahlah, kamu akan tahu nanti. Lebih baik sekarang kamu pikirkan strategi untuk menghadapi lawanmu di Magstadium nanti. Lawanmu pasti berat,” jawab Flame tampak kesal. Tapi justru hal itu membuat wajahnya tampak manis. Aduh, aku mikirin apa sih?

Setelah menyusuri lorong-lorong pengap dan panas, kami sampai di sebuah ruangan yang sangat lebar. Ruangan itu tampak seperti sebuah lapangan futsal dengan tribun yang terbuat dari tanah sebagai tempat menonton. Jadi inilah Magstadium? Tak kusangka di dalam gunung Chimney ada tempat seperti ini.



Di tribun penonton tampak banyak orang berpakaian merah dan hitam khas Tim Magma. Mungkin itu seragam tim Magma, pikirku. Rupanya mereka sudah menanti pertarunganku. Sementara kulihat di tengah tribun tampak Maxie duduk di sebuah tempat duduk yang berbeda dari yang lain.

”Hei kamu!” terdengar suara memanggil dari tengah lapangan. Rupanya lelaki bernama Tabitha yang memanggil. ”Sini cepat!” Aku menoleh pada Flame dan Flame memberikan isyarat padaku untuk pergi ke tempat Tabitha. Aku pun berjalan ke arah Tabitha yang berdiri di tengah lapangan. Sementara dari sisi lain lapangan datang seorang lelaki berpakaian hitam dengan celana panjang warna ungu datang mendekati Tabitha. Rambutnya tampak berdiri dan sebuah jubah panjang dengan tepi yang berpola gerigi menghiasi bagian belakang pakaiannya. Lelaki itu tampaknya aku kenal. Ya, dia lelaki yang aku buntuti itu! Dialah yang menyebabkan aku masuk ke dalam markas Tim Magma, walaupun kuakui ini semua salahku kenapa mengikutinya.

”Kamu yang membuntutiku ya?” tanyanya sinis.

”I...iya mungkin,” jawabku tak yakin.

”Huh, kau telah membuatku dalam masalah, sekarang takkan kubiarkan kau menang!” katanya sangat kasar. Jadi dia yang akan menjadi lawanku?

”Saudara-saudaraku sesama anggota Tim Magma,” Tabitha berbicara sangat keras, suaranya seolah bergaung di seluruh Magstadium. ”Hari ini kita akan menyaksikan pertarungan Pokemon ganda!” Suara Tabitha langsung diikuti suara gemuruh penonton yang sudah tak sabar menyaksikan pertarungan. ”Antara saudara kita, Brodie....melawan L, seorang pelatih Pokemon yang akan menjadi saudara kita bila berhasil mengalahkan Brodie!”



”Ayo Brodie! Jangan kalah!” terdengar riuh suara-suara penonton yang mendukung Brodie. Sementara tak ada suara yang mendukungku. Memang harus kuakui aku orang asing saat ini.

”Baiklah Brodie dan L, kalian sudah mengerti aturan pertarungan ganda bukan? Pertarungan menggunakan dua Pokemon yang sama-sama bertarung di arena. Pemenangnya adalah yang terakhir bertahan dalam pertarungan,” jelas Tabitha menjelaskan. Kami berdua mengangguk. ”Baiklah, semuanya mengambil tempat masing-masing!”

Aku melangkah menuju tempat yang dimaksudkan Tabitha, sementara Brodie menuju sisi lain yang berlawanan dengan tempatku. Pertarungan akan dimulai, meskipun aku belum pernah bertarung ganda, tapi aku takkan menyerah untuk bisa bergabung dengan Tim Magma.

”Semuanya siap?” tanya Tabitha memastikan. Aku dan Brodie mengangguk. ”Pertarungan dimulai!” Tabitha memberi aba-aba pertarungan dimulai yang disusul riuh suara penonton yang menyaksikan.

”Keluarlah Mightyena! Keluarlah Camerupt!” Brodie melemparkan dua pokeball ke udara dan dari dalamnya keluar seekor Pokemon yang tampak seperti serigala, Mightyena dan Pokemon yang tampak seperti unta dengan gunung berapi di punuknya, Camerupt. Aku pun tak mau kalah, akan kukeluarkan Pokemonku.

”Keluarlah Sandslash! Keluarlah Ninjask!” aku melemparkan pokeballku dan segera saja keluar Sandslash dan juga Ninjask. Perpaduan yang sangat menarik, pikirku.

Tapi apa yang terjadi? Kedua Pokemonku tampak saling berhadapan dengan saling menatap mata masing-masing. Oh, tidak! Mereka masih bermusuhan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...