Episode 21: Pertarungan Perkenalan
”Jadi kau yang namanya L?” tanya Badut kepadaku seusai pengumuman itu. Setelah pengumuman, semua Grunt yang akan mengikuti ujian ditempatkan di sebuah ruangan khusus untuk inisiasi regu masing-masing. Aku yang berada satu regu dengan Badut dan Flame pun kini berada di sebuah ruangan yang lebih sempit dari ruangan tahananku dulu. Oleh Tabitha kami diberi kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain mengingat kami akan bekerja sebagai tim dalam ujian khusus nanti.
”I...iya,” jawabku tergagap. Aku memang selalu gagap bila berbicara dengan orang yang baru kukenal. Aku bahkan masih tergagap bila berbicara dengan kakakku. Ngomong-omong soal kakakku, bagaimana kabarnya sekarang ya? Apakah dia akan marah bila mengetahui aku telah bergabung dengan Tim Magma? Memang semenjak aku bergabung dengan Tim Magma aku tak pernah lagi menghubungi kakakku. PokeNav, alat komunikasi milikku sendiri telah disita saat aku tertangkap dulu.
”Tak kusangka orang lemah sepertimu bisa masuk ke dalam ujian ini,” ujar Badut terkesan meremehkan. ”Melawan Brodie saja kau kalah.”
Sudah kuduga aku akan mendengar lagi ejekan seperti itu lagi. Sesuatu yang amat kubenci.
”Badut, bisakah kau bekerjasama?” tiba-tiba Flame mengeluarkan suara. ”Mungkin L telah kalah dalam pertarungan Magstadium, tapi bukan berarti kau bisa menghakiminya terus-menerus. Paman Maxie sendiri telah menerimanya sebagai anggota tim. Kenapa kau belum bisa menerimanya?”
Aku benar-benar tak menyangka dengan pembelaan Flame. Memang semenjak aku tertangkap hanya dialah yang selalu membelaku. Apa Cuma dia orang baik di dalam Tim Magma?
”Flame, kenapa sih kau bela dia? Dia itu cuma anggota baru yang payah. Sedangkan aku, aku adalah angota yang lebih lama dengan Tim Magma. L itu Cuma seorang penyusup yang kini menjadi bagian dari kita. Dia itu.....”
”Cukup Badut!” entah kenapa tiba-tiba aku menyela perkataannya. ”Bila kau tak bisa menerimaku itu urusanmu. Tapi bagaimanapun kita telah terpilih dalam satu regu. Kita harus bekerjasama. Tak maukah kau terpilih sebagai regu elit?”
”Aku tak bekerjasama dengan penyusup sepertimu!” Badut tampak emosi. ”Kau tak pantas terpilih sebagai regu elit. Akulah yang pantas!”
”Oh, ya? Jadi sekarang apa maumu?” aku benar-benar tak tahu mengapa tiba-tiba aku bisa menjadi seberani ini. Apa mungkin aku telah terbawa emosi?
Badut menyeringai mendengar pertanyaanku. Dia lalu mengeluarkan sebuah pokeball dari sakunya. ”Ini yang aku mau, pertarungan Pokemon!”
”Kau berani menjual, pantang bagiku untuk tidak membeli!” jawabku lantang sembari mengeluarkan pokeball dari sakuku.
”Hei! Kalian berdua hentikan!” Flame tampak panik. ”Kita berada disini untuk saling mengenal dan bekerjasama, bukan untuk saling berkelahi!”
”Flame, kau diam saja. Bagiku, hanya inilah satu-satunya cara untuk mengenalnya. Melalui pertarungan Pokemon!” sanggah Badut sambil menatapku tajam. Aku balas menatapnya dengan tajam pula.
Flame tampak terdiam. Dia lalu mengangkat kedua bahunya dan berkata, ”Baiklah, kalau memang ini yang terbaik bagi kalian berdua, silakan saja bertarung. Aku jadi penonton saja kalau begitu.” Tampaknya Flame mulai kesal. Dia lalu menyingkir agak jauh dari kami berdua yang telah mengambil kuda-kuda bertarung.
”Mari kita mulai, satu lawan satu. Keluarlah, Electabuzz!” Badut melempar pokeballnya dan dari dalamnya keluar Pokemon berwarna kuning dengan motif bergaris hitam yang belum pernah kulihat sebelumnya. Ukuran tubuhnya hampir sama dengan Sandslash milikku.
”Kalau begitu aku juga, keluarlah Sandslash!” aku melemparkan pokeball dan Pokemon pertamaku segera keluar dari dalamnya.
”Electabuzz, serangan cepat!” perintah Badut. Electabuzz lalu berlari dengan cepat dan menghantam Sandslash dengan kerasnya. Sandslash jatuh ke tanah.
”Sandslash, balas dia! Gunakan serangan menyayat!” perintahku. Sandslash bengkit dan melompat seraya menghunus cakarnya yang tajam. Dan cakar itu berhasil menyayat Electabuzz. Electabuzz kesakitan.
”Electabuzz, pukulan petir!” Electabuzz kembali menyerang. Kali ini Pokemon yang kuduga bertipe listrik itu melayangkan pukulan ke arah Sandslash. Pukulan itu mengenai dada Sandslash sehingga Sandslash kembali terjatuh. Sandslash mencoba bangkit, namun tampaknya dia kesulitan.
”Sandslash, bangkitlah!” seruku. Sandslash berhasil berdiri, namun tampaknya dia tak bisa bergerak. Kulihat ada kilatan-kilatan berwarna kekuningan di sekitar tubuhnya.
”Hahaha, tak tahukah kau kalau Pokemonmu itu dalam status lumpuh karena terkena pukulan petir dari Electabuzz?” ujar Badut mencemooh.
Apa katanya? Status lumpuh? Aku baru ingat. Status lumpuh adalah status dimana Pokemon terkadang tak bisa bergerak akibat serangan yang bisa mengakibatkan status tersebut. Tapi kan Sandslash bertipe tanah, tipe yang seharusnya imun terhadap tipe listrik?
”Biarpun Pokemonmu adalah Pokemon tanah, namun kemampuan statik Pokemon listrik masih berpengaruh padanya. Aku tahu kalau serangan Pokemon listrik takkan mempan pada tipe tanah, karena itu aku sengaja menggunakan serangan fisik yang bisa memungkinkan persentuhan dengan Pokemonmu. Asal kau tahu, kemampuan Electabuzz milikku adalah statik!” terang Badut dengan pongahnya. ”Sekarang sudah sangat jelas kalau kau tak layak menjadi regu elit!”
Sial! Apa yang harus aku lakukan? Masa’ aku harus kalah untuk yang kedua kalinya secara beruntun? Apa memang benar kata Badut kalau aku tak layak masuk regu elit?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...