SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Kamis, 01 April 2010

L's Diary: Eps.53 - Continent Magmarine

wooper gifEpisode 53: Continent Magmarine



Keenam helikopter Tim Magma mendarat di sebuah kapal selam besar yang tengah merapat di pantai utara kota Fallarbor. Segera setelah mendarat, semua anggota tim masuk ke dalam kapal selam dan berkumpul di ruangan luas yang ada di tengah kapal selam. Tak butuh waktu lama bagi kami semua untuk membentuk barisan seperti yang kami lakukan di Magstadium.

”Semuanya, izinkan aku memperkenalkan sahabat baru kita.... Continent Magmarine!” Maxie membuka pertemuan itu setelah barisan terbentuk. ”Mulai saat ini kita akan bertempat dan bermarkas di kapal selam Magmarine ini. Semua koordinasi tim dimulai dari meja kalian masing-masing. Jadi anggap saja kapal selam ini sebagai rumah kalian sendiri.”

Usai mengatakan itu Maxie berbalik dan berjalan meninggalkan mimbar diikuti Courtney sementara Tabitha menggantikannya maju ke mimbar.

”Baiklah, seperti yang kalian dengar tadi, mulai sekarang kapal inilah pusat komando kita,” ujar Tabitha. ”Ruangan kabin kalian telah dipersiapkan, jadi sekarang silakan melihat-lihat ruangan baru kalian. Pertemuan ini selesai dan menunggu perintah selanjutnya. Khusus untuk regu G, setelah pertemuan ini, harap datang ke ruangan Maxie. Cukup disini dulu dan bubar!”

Barisan rapi yang terbentuk dari kumpulan warna merah itu kemudian berantakan tak karuan. Para grunt segera berhamburan menjelajahi kapal selam besar itu mencari ruangan mereka masing-masing sementara aku, Flame dan Badut masih berdiri di tengah aula tersebut.

”Kira-kira apa yang akan dikatakan Maxie ya?” tanya Badut. ”Sepertinya dia akan marah besar setelah kegagalan kita ini dan akan menghukum kita.”

”Entahlah, aku tak tahu. Semoga saja dia tak memecat kita,” sahutku.

”Kurasa tidak. Paman orang yang baik dan dia pasti akan memikirkan semua jasa kita,” Flame menyahut.

”Jasa? Baru tugas pertama yang berhasil kita kerjakan,” Badut melengos. ”Lagipula kalau Flame pasti takkan dipecat bukan? Kamu kan keponakannya Maxie.”

”Sudahlah, tak usah berspekulasi lagi. Yang terpenting sekarang kita temui dulu Maxie dan memastikan kalau kita masih di regu elit,” saranku mengakhiri perdebatan kecil ini.

Kami bertiga kemudian melangkahkan kaki ke ruangan Maxie dengan berbekal peta kapal selam yang diberikan sebelum kami keluar dari helikopter. Kami menyusuri lorong kapal selam yang berukuran besar tersebut. Kapal tersebut memiliki desain yang modern yang dilengkapi dengan teknologi canggih. Aku penasaran siapa yang merancang kapal selam yang begitu artistik ini. Aku pernah melihat kapal selam sebelum ini, yaitu Explorer 1, kapal selam yang dirancang oleh Kapten Stern, seorang pelaut terkenal yang tinggal di kota Slateport. Dulu aku dan kak Lydia pernah berkunjung ke museum bahari yang ada di kota tersebut dan melihat replika serta kapal selam buatan Kapten Stern yang bernama Explorer 1. Namun kapal selam itu masih dalam pengerjaan dan belum terwujud. Tapi mungkin sekarang kapal selam itu sudah jadi, mengingat aku sudah cukup lama mengunjungi museum tersebut.

Setelah melalui lorong-lorong biru yang panjang, kami akhirnya mencapai sebuah pintu yang bertuliskan Magma Leader. Aku pun mengetuk pintu itu perlahan.

”Masuk,” terdengar sebuah suara menjawab dari dalam ruangan tersebut. Aku lalu membuka pintu dan kami bertiga kemudian masuk ke dalam ruangan tersebut. Ruangan itu cukup luas dengan sebuah meja kerja dimana tampak Maxie duduk membelakangi kami bertiga sementara Tabitha dan Courtney berdiri menghadap kami.

”Anda memanggil kami, tuan Maxie,” sapaku mencoba hangat. Bila nantinya Maxie akan memarahi kami bertiga, kuharap kemarahannya akan berkurang dengan sikap ramahku.

”Ya, tentu saja,” jawab Maxie. Dia kemudian membalik kursinya sehingga kini bisa melihat wajah kami bertiga dengan jelas. ”Aku tak suka berbasa-basi, lebih baik langsung pada pokok permasalahan.” Maxie berhenti sejenak. Dia mengambil nafas panjang dan kemudian membuangnya. Dia lalu menatap wajah kami satu-persatu. ”Kalian memang bekerja dengan baik pada tugas pertama kalian, tapi terus terang aku kecewa dengan kinerja kalian dalam tugas kedua. Kegagalan kalian berakibat kita harus meninggalkan gunung Chimney, tempat yang aku duga di dalamnya tengah tertidur seekor Groudon, tujuan kita selama ini. Tapi aku tak bisa menyalahkan kalian semua, karena cepat atau lambat markas gunung Chimney kita pasti akan jatuh juga. Lagipula peluang gagalnya tugas kalian itu adalah 75 persen, cukup banyak.....

”Oke, anggap saja aku melupakan kegagalan kalian tersebut, karena diluar itu kalian mampu membuka jalan dengan baik untuk kepergian kita dari gunung Chimney. Sekarang kita telah bertempat di markas baru dengan pusat komando yang tentunya baru. Kapal selam ini tentunya tak buruk, bahkan memiliki nilai lebih bila dibandingkan gunung Chimney, karena kita bisa bergerak dan berpindah dengan cepat bila terdeteksi oleh musuh. Nah, sekarang aku ingin kalian memperbaiki kesalahan kalian ini dengan menyelesaikan tugas baru atau tugas ketiga kalian. Kuharap kalian bisa melakukannya seperti saat kalian melakukan tugas pertama di kota Mauville. Tabitha yang akan menjelaskan tugas kalian berikutnya. Tabitha, jelaskan tugas baru mereka...” Maxie memberi perintah pada Tabitha dan setelah itu dia memutar kursinya kembali membelakangi kami bertiga.

Huff... aku bisa bernafas lega sekarang. Kami memang mendapat tantangan tugas baru yang mungkin lebih sulit, tapi paling tidak kami tidak jadi mendapat hukuman atau dipecat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...