SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Jumat, 16 Juli 2010

L's Diary: Eps.112 - Mimpi Flame

wooper gifEpisode 112: Mimpi Flame

”L... L....”
Terdengar suara lirih seorang wanita yang sangat kukenal. Tetapi kenapa semuanya gelap?
”L...L...”
Suara itu kembali terdengar dan kali ini aku terbangun. Rupanya aku tertidur sambil terduduk di atas kursi sementara kepalaku bersandar pada tepi tempat tidur tempat Flame berbaring. Sepertinya aku terlalu lelah hingga tak menyadari kalau aku tertidur.
”L...L...” Flame mengeluarkan suara pelan. Dia... dia sudah sadar?
”Flame! Kau sudah sadar?” aku berseru girang. Kedua tanganku langsung bergerak menggenggam tangan kanannya erat.


Perlahan tapi pasti Flame mulai membuka matanya. Dia melihat sekeliling sampai kemudian pandangannya berhenti padaku.
”L... aku ada dimana?” tanyanya lemah. “Kenapa aku bisa ada disini?”
“Kau... kau ada di rumah sakit....” jawabku tak kuasa menahan haru. Satu tetes air meluncur di pipiku. ”Kau sudah tak sadarkan diri selama seminggu lebih, tak tahukah kau betapa aku dan Flareon merindukanmu?”
Flame tersenyum lemah. Tangan kirinya bergerak perlahan dan menggenggam kedua tanganku yang menggenggam tangan kanannya.
”L, apa aku merepotkanmu?” tanyanya lirih.
Aku menggeleng cepat. ”Ten... tentu saja tidak! Aku sangat senang kau akhirnya sadar.”
”Benarkah?” tanyanya lagi. Aku lalu mengangguk mengiyakan. ”L, tahukah kau, aku bermimpi.”
”Mimpi? Apa yang kau impikan?”
”Aku bermimpi berada di sebuah taman bunga yang sangat indah bersamamu dan juga Volta. Kita berlarian bersama, bermain dengan Pokemon kita, dan menikmati indahnya alam sekitar.”
”Lalu?” tanyaku mencoba tertarik.
”Tapi... tapi tiba-tiba Volta pergi,” lanjut Flame. ”Tiba-tiba Volta pergi menjauh dan dia benar-benar pergi, meninggalkan kita berdua saja.”
Volta? Kalau Volta ada dalam mimpi Flame, itu berarti dia masih memikirkannya. Aku tak menyangka dia masih saja memikirkan pengkhianat itu.
Tiba-tiba saja genggaman tangan Flame bertambah kuat pada kedua tanganku. “L, kau tidak akan pergi meninggalkanku juga bukan?” tanyanya kemudian.
“Tentu saja tidak, memangnya kenapa?”
”Karena...” Flame terdiam sejenak, lalu melanjutkan, ”karena dalam mimpiku itu kau juga pergi meninggalkanku. Kau pergi begitu saja dan meninggalkanku seorang diri. Aku menangis karena kesepian sampai aku menyadari aku telah terbaring disini.”
Benarkah? Benarkah apa yang ada dalam mimpi Flame?
Aku lalu tersenyum. Kulepaskan genggaman tangannya lalu kebelai rambut merahnya dengan lembut. ”Flame, mimpi hanya bunga tidur semata. Lagipula kau tak sadarkan diri sudah cukup lama, wajar bila bermimpi yang aneh-aneh. Yang pasti, aku takkan meninggalkanmu seorang diri. Kita bersahabat bukan?”
Flame mengangguk pelan. ”Ya, kita selalu bersahabat. Terima kasih atas pengertianmu selama ini. Kau adalah salah satu sahabat terbaik yang pernah kumiliki.”
“Kau pun demikian Flame, kau sahabat terbaik yang pernah kumiliki.”
Aku menatap wajah Flame lekat. Kurasakan perasaan yang sangat menyenangkan di dadaku. Kurasakan kegembiraan tiada tara setelah melihat Flame siuman. Aku merasa bahagia dan tidak ingin kehilangan dia lagi. Aku tak ingin berpisah dengannya, aku ingin selalu bersamanya. Melihat senyumannya, memandang wajah manisnya, mendengarkan tawa renyahnya.... tunggu dulu, apa maksud perkataanku ini? Kenapa aku bisa merasakan perasaan ini? Apakah mungkin aku telah... jatuh cinta kepadanya?

*

Aku dan Flame telah berdiri di depan helikopter kami. Hari ini kami memang akan kembali ke Magmarine. Sudah dua minggu kami berada disini dan pastinya kami telah membuat Maxie khawatir mengingat aku mematikan Magmavonku serta tidak memberi kabar kepada Tabitha. Aku memang sengaja melakukan hal itu karena aku takut mereka akan khawatir bila mengetahui keadaan Flame.
”Maafkan kami, kak L... kak Flame,” ujar Bima yang bersama dengan Rose mengantarkan kepergian kami berdua. ”Kami benar-benar menyesal.”
”Sudahlah, lupakan hal itu. Lagipula Flame sudah sadar,” sahutku. ”Saranku, lupakanlah dendammu dan mulailah lakukan hal-hal berguna yang kau inginkan. Itu saja.”
”Tentu kak L,” jawab Bima. ”Aku sudah melupakan dendamku pada Tim Magma dan sekarang aku akan berusaha untuk menjadi admin Tim Rocket yang baik.” Bima kemudian merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah benda kecil menyerupai lencana dengan gambar sarung tinju. Dia lalu mengulurkan benda itu padaku. ”Kak L, kumohon terimalah lencana ini.”
”Lencana apa ini?” tanyaku penasaran. ”Dan... kenapa kau memberikannya kepadaku?”

”Ini adalah lencana gym kota ini. Aku mencurinya dari Brawly. Dengan lencana ini kak L bisa dengan mudah mengendalikan Pokemon nantinya. Anggap saja ini sebagai permintaan maaf dan juga kenang-kenangan dari kami.”
”Kau mencurinya?” tanyaku heran. Bima mengangguk dengan wajah polos.
”Wah, bakal ada penadah barang curian baru nih...” goda Flame.
Mendengar itu kami berempat kemudian tertawa bersamaan. Diam-diam aku mencuri pandang ke arah Flame, melihat wajahnya yang begitu ceria, wajahnya yang selalu kunantikan....

Bab XVI: Pembalasan Rocket Bima
Selesai....


Keterangan Alih Bahasa:
Kilatan Cahaya - Flash
Meriam Hidro - Hydro Cannon
Gempa Bumi - Earthquake
Tubuh Api - Flame Body

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...