

Aku dan Flame tengah berdiri di depan meja Maxie. Sang pemimpin Tim Magma itu menatap kami berdua dengan tatapan yang serius. Aku tak tahu apa yang akan dikatakan oleh Maxie, tapi kami menduga dia akan memberikan tugas lagi kepada kami.
”Kalian tahu kenapa aku memanggil kalian kesini?” tanya Maxie membuka pembicaraan.
”Apakah Paman akan memberikan tugas lagi kepada kami?” tanya Flame mencoba menebak.
Maxie menggeleng. Dia menatap keponakannya itu dengan tajam, membuat Flame merinding. Aku bisa melihat perubahan sikap Flame yang terlihat ketakutan sekarang. Selama ini aku tak pernah melihat Maxie menatap kami setajam itu. Tatapannya pun beralih padaku dan aku merasakan ketakutan yang sangat.
”Apa... apa ada yang lain selain tugas?” aku mencoba mencairkan suasana yang begitu tegang itu.
Maxie terdiam tak menjawab. Dia menunduk sebentar dan kemudian menatap kami kembali secara bersamaan.
”L dan Flame,” ujarnya kemudian. ”Aku membawakan berita buruk bagi kalian. Kuharap kalian bisa menerimanya.”
”Paman... jangan katakan...”
”Flame,” potong Maxie. ”Regu G... aku bubarkan terhitung sekarang!”
”Apa?” aku terkejut. ”Ke... kenapa bisa? Apa salah kami?”
”Paman bercanda kan?” tanya Flame ikut terkejut. ”Selama ini kami bertugas dengan baik dan Paman membubarkan kami?”
”Diam!” bentak Maxie. Aku tak pernah melihat Maxie membentak semenjak pertemuan pertamaku dengannya di gunung Chimney. ”Aku punya alasan.”
Aku dan Flame terdiam. Maxie tampak sangat serius dengan perkataannya, kami tak bisa malah menyulut kemarahannya.
”Regu G sudah tidak utuh lagi semenjak pengkhianat itu keluar dari sini,” terang Maxie. ”Lagipula aku sudah tidak membutuhkan regu ini lagi.”
”Kenapa bisa begitu mendadak? Bukankah pekerjaan kami begitu baik selama ini?” aku berusaha membela diri.
”Aku sudah membuat keputusan, dan aku punya alasan,” jawab Maxie tenang. ”Sejak regu G ini dibubarkan, Flame akan kembali menjadi grunt biasa.” Maxie menatap Flame. Kulihat Flame menelah ludah. Maxie kemudian melihat ke arahku. ”Sementara kau, L,” Maxie melanjutkan, ”L.... kau... kau aku pecat! Setelah ini, silakan keluar dari ruanganku dan kemasi barang-barangmu. Aku sudah tidak membutuhkan orang sepertimu lagi!”
Apa? Ini... ini bercanda bukan? Maxie... Maxie memecatku?
”Paman, apa-apaan ini?” tanya Flame tampak tak terima. ”Aku bisa terima bila aku menjadi grunt biasa, tapi aku tak bisa terima bila L dikeluarkan dari tim ini. Sebenarnya apa maksud Paman dan apa alasan Paman melakukan hal ini?”
Maxie mengeluarkan selembar kertas dan menunjukkannya pada kami berdua. Flame serta merta merebut kertas dari tangan Maxie dan membacanya. Raut wajahnya tampak pucat saat membaca kertas itu.
”Ini tidak mungkin! Ini tidak mungkin Paman! Ini pasti fitnah!” seru Flame lantang. ”Aku tak percaya L bisa melakukan hal ini, ini pasti lelucon!”
Aku kemudian merebut kertas itu dari tangan Flame dan ikut membacanya. Sekarang aku tahu apa yang membuat Flame bereaksi lebih keras. Di kertas itu tertulis sebuah perjanjian kerjasama antara aku dan Volta. Tertulis disitu kalau aku bekerjasama dengan Volta untuk merebut Orb merah dan sebentar lagi aku akan membebaskan Kyogre menggunakan Orb biru. Omong kosong macam apa ini? Aku sama sekali tak pernah merasa membuat surat bodoh ini.
”Ini bohong... ini bohong...” bisikku bereaksi. ”Aku tak pernah membuat surat seperti ini, aku tidak berniat membantu Volta ataupun akan membebaskan Kyogre. Ini bohong!”
”Sayangnya L, itu adalah bukti yang kuat,” sahut Maxie. ”Aku tak mau pengkhianat sepertimu masih berada di kapalku. Lebih baik kuputuskan untuk melepasmu daripada nantinya akan membahayakan misi kami.”
”Apa Paman sudah gila? Apa Paman lupa siapa yang membawakan Orb biru pada Paman?” bela Flame. ”Kalaupun L adalah pengkhianat, tak semestinya dia membawakan Orb biru itu. Dia pasti akan langsung melumpuhkanku dan merebut Orb biru begitu saja. Apa paman lupa?”
”Bisa saja itu Orb palsu...” sangkal Maxie.
”Itu asli Paman! Siapapun bisa memastikan itu asli!”
”Bisa saja itu hanya akting, dan dia akan kembali merebut Orb biru itu bersamaan dengan Kyogre.”
”Paman! Aku percaya dengan L! Dia telah menyelamatkanku sejauh ini, dia telah banyak membantu, tak mungkin dia seorang pengkhianat!” Flame terus-menerus membelaku. Dia melakukan hal yang sama yang pernah dia lakukan saat aku tertangkap oleh Tim Magma dan juga saat bertemu Volta dulu. Dialah satu-satunya pembelaku. ”L telah banyak berjasa bagi kita, dia salah satu anggota terbaik, dia...”
”CUKUP!” bentak Maxie keras. Flame terkejut dan langsung berhenti bicara. Aku bisa melihat ketakutan di wajahnya walaupun aku tahu dia berusaha melawan rasa takutnya itu untuk terus membelaku.
”Pa... Paman....” Flame mulai berkaca-kaca.
”Flame, aku ingin kau mengerti,” ujar Maxie merendahkan suaranya. ”Awalnya Badut adalah temanmu juga, dia juga anggota terbaik kita. Tapi lihatlah, apa yang telah dia lakukan? Dia merebut Orb merah, bola yang bisa mengendalikan Groudon. Tahukah kau apa artinya itu? Pengkhianat tetaplah pengkhianat walaupun dia bersembunyi di balik bulu Mareep.” Maxie terdiam. Dilihatnya keponakannya yang mulai berlinang air mata itu. ”Sekarang biarkan aku menyelesaikan urusan ini dan kau segera keluar dari ruangan ini. Aku ingin berbicara dengan L secara empat mata sebelum dia pergi dari Magmarine.”
”Paman... Paman jahat!” usai berkata itu Flame langsung berbalik dan keluar dari ruangan Maxie. Dia membanting pintu kabin dengan sangat keras. Aku bisa melihat air matanya jatuh saat dia berbalik tadi.

”Dia akan segera memahami hal ini,” ujar Maxie padaku setelah kepergian Flame.
”Tuan Maxie, aku berharap pembicaraan ini bisa menjelaskan semuanya,” sahutku mencoba tegar. ”Aku ingin penjelasan darimu.”
”Tentu saja,” jawab Maxie dengan tegas. ”Karena itulah aku menyuruh Flame keluar. Aku akan mengatakan alasan sebenarnya kenapa kau harus keluar dari Tim Magma.”
Alasan sebenarnya? Apa maksudnya ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...