
Aku kini sudah berada di kota Slateport, sebuah kota di sebelah selatan daratan utama Hoenn. Kota ini memiliki sebuah pelabuhan dan juga pantai yang indah. Begitu banyak wisatawan yang datang untuk berlibur di pantai ini. Pantai ini bahkan lebih ramai daripada pantai di kota Lilycove.
Saat ini aku sedang berada di alun-alun kota Slateport, masih memakai seragam grunt Tim Magma. Aku tak khawatir apabila ada polisi atau ranger yang akan menangkapku akibat seragam ini karena saat ini di alun-alun kota sedang berlangsung festival kostum. Ada banyak sekali orang di alun-alun ini dengan mengenakan berbagai macam kostum aneh yang tak bisa dilihat pada hari-hari biasa. Ada yang mengenakan kostum perawat, hantu, Pokemon, karakter video game, bahkan kostum bang haji Rhoma Irama. Festival kostum ini tentu saja menjadikanku aman memakai seragam Tim Magma. Tapi apa yang kulakukan di festival kostum ini? Kenapa aku ada disini? Bukankah seharusnya aku berjalan pulang ke kota Verdanturf setelah dipecat oleh Maxie?
”L, kita pergi kesana yuk? Sepertinya akan ada kembang api besar di lepas pantai,” ajak seorang wanita berambut merah yang berseragam sama denganku. Ya, siapa lagi kalau bukan Flame. Ini adalah tugas terakhirku di Tim Magma, yaitu menemani Flame menikmati hari ulang tahunnya di kota Slateport. Hari ini tanggal 18 Januari, sudah lewat delapan belas hari dari tahun baru, namun di kota Slateport perayaan tahun baru justru dimulai tanggal 18 Januari, yang secara kebetulan bertepatan dengan ulang tahun Flame.
Courtney mengatakan kepadaku kalau tugas terakhirku adalah menemani Flame merayakan ulang tahunnya yang kesembilan belas di kota ini. Tentu saja aku tak keberatan, bagaimanapun dia adalah sahabatku, dan di hari terakhirku yang ironisnya bertepatan dengan hari ulang tahunnya, aku ingin meninggalkan kenangan yang indah.
Aku dan Flame berlari menuju ke lepas pantai. Sudah banyak pasangan pemuda-pemudi berkumpul disana untuk menyaksikan peluncuran kembang api di tengah lautan. Dari pantai nantinya kita bisa melihat kembang api tersebut di langit malam dengan jelas. Ya, hari telah malam saat kami tiba di kota ini.
Aku dan Flame duduk di sebuah tempat duduk yang ada di lepas pantai. Tak lama kemudian sesuatu yang merah menyala terbang ke langit dan meledak menciptakan kembang api yang sangat indah, membentuk bunga, hingga bentuk Pokemon. Flame yang melihatnya berkali-kali berdecak kagum. Aku senang melihatnya begitu gembira. Ini adalah hari ulang tahunnya, karena itu dia harus menikmatinya dan bergembira.

Seusai acara kembang api, kami pergi ke pasar kaget yang ada di alun-alun. Disana banyak kios dan stan yang menjual berbagai makanan dan barang kenang-kenangan yang bagus. Ada juga yang menjual boneka Pokemon, balon, poster, hingga komputer.
”Kostum kalian bagus. Kostum apa itu?” tanya penjual harum manis saat aku dan Flame membeli harum manis disana.
”Ini kostum Tim Magma, organisasi yang ingin menciptakan daratan,” jawab Flame polos.
”Wow, itu pasti menarik sekali. Hanya kalian saja yang memakai kostum seperti itu, kalian benar-benar kreatif,” puji bapak penjual harum manis itu.
”Haha.. mereka hanya kurang mengenal Tim Magma,” jawab Flame sambil menerima harum manis yang disodorkan oleh bapak itu. ”Sebenarnya Tim Magma itu baik, hanya saja banyak orang yang mengenalnya sebagai kelompok penjahat.”
”Ya, ya... apapun untukmu nona manis,” sahut bapak itu ramah. ”Kau tampak sangat ceria hari ini. Kau pasti senang bisa menikmati festival kostum ini dengan ditemani kekasihmu.”
”Ke...kasih?” Flame terkejut. Entah mengapa pipinya bersemu merah. ”Maksudmu L? Dia bukan kekasihku, dia itu...”
”Aku sahabatnya,” potongku kemudian. ”Nona manis ini sangat senang karena bisa merayakan ulang tahunnya di festival yang sangat menarik ini.”
”Oh, jadi kau berulang tahun hari ini?” tanya bapak itu kaget. Flame mengangguk sambil memberikan senyum ramah. ”Kalau begitu,” bapak itu mengambil sebungkus harum manis yang sudah jadi dan mengulurkannya pada Flame, ”terimalah harum manis ini, anggaplah sebagai hadiah ulang tahun dari paman penjual harum manis yang baik hati ini.”
”Wah, terima kasih banyak ya Paman?” Flame menerima harum manis itu dengan senang. ”Paman baik sekali.”
”Hahaha... sudahlah,” rendah bapak itu sambil memegang belakang kepalanya. ”Aku minta maaf karena telah salah mengira kalian sebagai sepasang kekasih. Habisnya kalian terlihat sangat serasi.”

”Serasi? Benarkah?” tanyaku spontan. Bapak itu mengangguk.
”Ah, Paman bisa saja....” pipi Flame kembali bersemu merah. Dia lalu memegang tanganku erat. ”L, ayo kita duduk disana,” ajaknya. Dia lalu memandang ke arah penjual harum manis. ”Terima kasih banyak Paman!”
”Sama-sama!” sahut penjual harum manis. Setelah itu Flame menarikku pergi ke sebuah tempat di alun-alun itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...