SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Rabu, 18 Agustus 2010

L's Diary: Eps.126 - Gurun Pasir

wooper gifEpisode 126: Gurun Pasir


Aku terkejut mendapati diriku berada di sebuah gurun pasir yang sangat luas. Pasir-pasir beterbangan membentuk badai di sekitarku, beberapa di antaranya berhasil membuat tubuhku kesakitan. Aku lalu melangkahkan kakiku di atas gumpalan pasir yang tebal, membuatku kesusahan melangkahkan kaki. Entah kenapa aku merasa mengenal gurun pasir ini.
Aku bingung kenapa tiba-tiba aku bisa ada disini. Sekarang yang harus aku lakukan adalah mencari jalan keluar pergi dari tempat yang mengerikan ini. Entah mengapa bulu kudukku terasa merinding saat melihat jejak lebar menyerupai ban mobil. Tetapi bukankah mobil tidak bisa melewati gurun berpasir tebal ini? Lalu, jejak apa itu?
Tiba-tiba seekor Seviper, Pokemon berbentuk ular berwarna hitam gelap dengan taring yang panjang muncul dan langsung menyerangku. Aku terkejut dan berusaha menghindar, tetapi Pokemon ular itu lebih cepat dariku. Seviper pun berhasil dengan sukses membelit tubuhku. Belitannya begitu keras hingga aku kesulitan bernafas. Aku sudah pasrah bila ini adalah akhir hidupku karena memang aku sama sekali tidak bisa bergerak dan hanya butuh satu kali belitan keras bagi Seviper untuk bisa meremukkan tulang-tulangku hingga aku mati. Mungkin ini adalah akhir hidupku.


Saat dalam keadaan putus asa itulah tiba-tiba belitan Seviper merenggang diikuti suara jeritan keras. Aku terjatuh di pasir tebal dan mendapati diriku baru saja terselamatkan dari kematian. Aku menoleh mencari penyebabnya dan kulihat seekor Pokemon berduri tajam di punggungnya tampak menghadapi Seviper. Pokemon itu sepertinya pernah kulihat, sepertinya ada ikatan antara diriku dengan Pokemon itu.
Pokemon berduri cokelat itu melayangkan sayatan-sayatan tajam ke arah Seviper, membuat Seviper tampak kesakitan dan menjerit-jerit. Aku benar-benar bergidik saat melihat Pokemon itu menyerang Seviper dengan brutal. Sepertinya Pokemon itu sangat marah.
Dengan serangan brutal seperti itu, tak butuh waktu lama hingga Seviper terjatuh pingsan tak berdaya. Sandslash menatap Seviper yang terbaring di pasir dengan penuh kebencian. Sepertinya dia sangat puas melihat lawannya itu terkalahkan. Tunggu dulu... apa tadi aku bilang? Sandslash? Apakah itu nama Pokemon berduri cokelat tersebut? Baiklah, sebut saja dia Sandslash untuk sementara ini.
Sandslash lalu menoleh ke arahku dan memandangku tajam. Perlahan dia bergerak mendekatiku, membuatku bertanya-tanya apa yang akan dia lakukan. Aku merasa ketakutan, hingga kemudian rasa takut itu berangsur-angsur menghilang. Entah mengapa aku merasa sangat mengenal Sandslash itu.
Sandslash sudah berdiri di sampingku. Di luar dugaan dia menggesek-gesekkan kepalanya pada kakiku, membuatku geli. Aku lalu menunduk dan memandang wajahnya. Entah mengapa aku begitu rindu pada Pokemon ini.
”Kau beruntung Nak,” tiba-tiba terdengar suara bergetar. Aku mendongak dan mendapati di sekitarku sudah banyak Seviper yang mengelilingiku. Sial, aku terkepung! Kulihat Sandslash tampak waspada dengan kedua cakar putihnya terhunung ke atas.
Tapi Pokemon tidak bisa berbicara, lalu siapa tadi yang berbicara? Aku pun mencari di antara Seviper-Seviper yang mengerumuniku, berharap menemukan seseorang, tapi aku tak bisa menemukan yang kucari. Yang kutemukan hanya seekor Seviper yang tampak lebih tinggi dari Seviper lainnya. Tunggu dulu.... lebih tinggi? Kenapa bisa?
Kuperhatikan Seviper tersebut dan aku langsung menahan nafas. Itu... itu bukan Seviper, paling tidak itulah yang aku lihat. Kepalanya mungkin berbentuk kepala Seviper, tetapi... dia memiliki tubuh seperti manusia!
”Si...siapa kau?” tanyaku tergagap.
Sosok berkepala Seviper maju dari barisan Seviper, membuatnya berada lebih depan dari semuanya. Matanya yang merah menatapku tajam.
”Lunar Servada... aku sangat ingin membunuhmu...” ujarnya dengan suara bergetar yang mengerikan. Dia lalu berjalan pelan mendekatiku. Aku hendak menjauh darinya, tapi entah mengapa aku tak bisa menggerakkan kakiku. Kulihat Sandslash pun hanya terdiam sementara sosok aneh itu terus melangkah hingga berada tepat di depanku. Tangannya yang hitam besar dan aneh bergerak ke arah leherku, seperti akan mencekikku dan memang itulah yang terjadi. Tangan sosok itu mencekik leherku keras, membuatku kesulitan bernafas. Aku terus berusaha berteriak meminta pertolongan, namun cekikan erat sosok itu membuatku sulit mengeluarkan suara. Saat cekikan sosok itu sedikit merenggang, aku tak menyia-nyiakannya dengan langsung berteriak keras dan kemudian....

..............................

”Tolooong!”
Aku terbangun dari tidurku. Rupanya itu tadi hanya mimpi. Aku menghela nafas panjang bersyukur menyadari bahwa semua itu hanya mimpi. Untunglah... untunglah hanya mimpi. Tetapi... apa ini? Aku melihat ke sekelilingku dan mendapati begitu banyak pasir di dalam kamarku, memenuhi lantai kamar hingga setinggi tiga puluh sentimeter. Kenapa... kenapa bisa ada begitu banyak pasir?
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Kak Lydia terkejut mendapati keadaan kamarku yang penuh dengan pasir. Dia memandangku dengan penuh pertanyaan.
”Lunar.... apa-apaan ini?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...