SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Selasa, 01 November 2011

L's Diary: Eps.309 - Tarian Pedang Pemungkas

PhotobucketEpisode 309. Tarian Pedang Pemungkas

Masih dalam sudut pandang Pokemon yang tidak kumengerti...

“Lihatlah dirimu sekarang Dian... terbaring tak berdaya dengan sangat menyedihkan...” desis Kage penuh kebencian. “Sudah kubilang kalau aku bukanlah Ninjask yang dulu... aku kini lebih kuat... itu semua karena Lunar dan juga karena perasaan Pin-Eye padanya. Kau tahu, Pokemon serangga sepertiku bergantung pada perasaan trainernya, dan memang hal itu terbukti... ikatan antara Pokemon dengan trainernya sangatlah penting. Aku sudah mengalaminya sendiri, di antaranya saat aku melawan Kecleon desa Rumput, dimana saat aku akulah yang menjadi pilihan utama Lunar karena kau sedang bersama Badut, kau pasti sangat iri mendengarnya.
“Sebenarnya saat itu aku tak yakin bisa mengalahkan Kecleon yang juga merupakan Pokemon ninja terhebat di desa Rumput,” lanjut Kage, “...tapi lihatlah hasilnya... aku berhasil mengalahkannya karena Lunar menaruh kepercayaannya padaku, karena dia juga ikut bertarung melalui perasaannya... itulah yang membuat Pokemon bisa menang, bahkan bila dia lemah. Kau pasti sudah jelas melihat dan mengalaminya sendiri saat melawanku di Lavaridge, membuatku terkalahkan.
“Tapi situasinya berbeda sekarang...” Kage terus berbicara. “Lihatlah dirimu... terbaring tak berdaya, hanya butuh beberapa bola bayangan lagi untuk memenangkan pertarungan ini dan... dendam kekalahanku akan segera terbalas! Bola bayangan!”
Kage kembali melemparkan bola-bola hitam dengan brutal ke arah Dian yang masih terbaring. Dian yang masih kesulitan berdiri hanya bisa menangkis serangan itu dengan cakar dan tangannya, membuatnya merasa kesakitan.
“Kage, dengarkan aku!” teriak Dian kemudian. “Apa kau tak tahu apa yang terjadi bila kau memenangkan pertarungan ini? Ini adalah pertarungan pertaruhan, kalau Lunar kalah dia akan menikah dengan Pin-Eye. Apa kau ingin Lunar menikah dengan gadis yang tidak disukainya?”
“Aku tahu itu Dian,” sahut Kage menghentikan serangannya. “Tapi justru itulah yang aku inginkan. Apabila aku menang, maka Lunar akan menikah dengan Pin-Eye, itu artinya aku akan bisa bersama baik Pin-Eye maupun Lunar, keduanya adalah trainer yang hebat. Kita akan menjadi satu keluarga lagi...”
“Jangan jadi egois! Pikirkanlah perasaan Lunar!” Dian tampak marah dengan jawaban Kage.
“Maafkan aku Dian, tapi aku harus bertarung secara profesional dan menurut pada trainerku, aku takkan mengalah... aku harus memenangkan pertarungan ini... tak peduli walau harus mengorbankan perasaan Lunar!”
“Ku... kurang ajar!” umpat Dian kesal. Darahnya mendidih mendengar ucapan Kage yang dinilainya kurang ajar. “Kau... kau membuatku marah... dasar tak tahu balas budi!”
“Kau marah? Lalu apa yang bisa kau lakukan, Hah? Cukup sekali bola bayangan saja dan kau akan...”
“Serangan pasir!” tiba-tiba Dian berdiri dan menusukkan kedua cakarnya ke tanah, memunculkan banyak pasir berdebu ke arah Kage.
“Apa?” Kage terkejut dengan serangan tiba-tiba Dian. Dia tak menyangka Dian masih bisa berdiri. “Rupanya kau masih kuat... ini pasti karena ikatanmu dengan Lunar... takkan kubiarkan! Ikatanku dengan Pin-Eye-lah yang lebih kuat! Bola bayangan!”
Kage melemparkan beberapa bola bayangan secara bersamaan ke arah Dian. Beberapa bola mengenai Dian, tapi bukannya kesakitan, Sandslash milik Lunar itu justru bergerak-gerak kesana kemari seperti menari.
“Apa? Apa yang kau lakukan?” sentak Kage tak percaya.
“Aku menangkis seranganmu...” jawab Dian mantap, namun terlihat di matanya kalau Pokemon itu menahan rasa sakit.
“Harusnya kau sudah kalah... dan... kenapa kau menangkis seperti menari? Apa kau sudah gila?”
“Aku bukan gila Kage... aku melakukan tarian pedang!” jawab Dian terus menggerakkan tubuhnya.
“Dasar bodoh, itu hanya akan membuatmu kalah lebih cepat... Bola bayangan!”
“Serangan pasir!” Dian dengan cepat menusukkan cakarnya ke dalam tanah, kembali melemparkan pasir-pasir ke arah Kage, membuat bola-bola hitam itu meleset menghantam tanah.
“Serangan pasir takkan memiliki efek pada serangan andalanku yang berakurasi tinggi... akan kuakhiri ini dengan serangan itu... Poros udara!”
Kage melesat cepat ke arah Dian. Namun ternyata Dian sudah tidak ada di tempatnya tadi berdiri, membuat Kage kaget bukan main.
“Di... Dian?!”
“Aku disini!” tiba-tiba tanah dibawa Kage bergetar dan Dian keluar dari dalamnya, melompat ke arah Kage. Kage berhasil menghindar, membuat Dian kembali masuk ke dalam tanah.
“Apa kau bodoh? Jurus galian tidak akan memiliki efek apa-apa padaku yang bertipe terbang, kau hanya menggali lubang kuburmu sendiri!”
Dian kembali keluar dari dalam tanah, kali ini meluncur cepat ke atas, ke depan Kage yang tengah melayang. “Aku tahu kalau galian tidak mempan untukmu... aku hanya menggunakannya agar aku bisa... menyayatmu! Sayatan!”

Dian menyabetkan cakar kanannya dengan cepat ke arah Kage. Kage yang terkejut dengan kemunculan Dian tidak bisa menghindar, serangan itu mendarat tepat mengenai tubuhnya... menghempaskannya jatuh ke tanah... pingsan.
“Kau tahu Kage,” kata Dian saat mendarat menjejak tanah. “Ikatanku dengan Lunarlah... yang lebih kuat...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...