SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Rabu, 15 September 2010

L's Diary: Eps.137 - Kunjungan Spectra

SERVADA CHRONICLES - HUNTER SEASON

BAB XX: KOTA MAUVILLE


wooper gifEpisode 137: Kunjungan Spectra

”Bagaimana keadaannya Dok?” tanya kakakku pada dokter Lim yang sedang memeriksaku di ruang tamu rumah.
”Keadaannya membaik, lebih baik dari sebelumnya,” jawab dokter Lim sambil melepaskan stetoskop dari telinganya. ”Saya terkejut melihat perkembangan ini. Saya pikir ke depannya Lunar tidak bermasalah lagi dengan sakit kepalanya. Mungkin masih terasa, tetapi tak ada masalah dengan ingatannya.”
”Berarti saya tidak akan mengalami demam-demam aneh itu lagi?” aku ikut bertanya.
”Saya tak berani menjamin, yang pasti jagalah kesehatanmu. Kesehatan itu adalah harta yang sangat berharga,” jawab dokter Lim bijak. ”Baiklah, saya bisa pergi sekarang. Sepertinya tidak ada resep yang saya tinggalkan kali ini.”
”Kalau begitu terima kasih banyak dokter Lim.”
Kak Lydia kemudian mengantarkan dokter Lim keluar rumah sementara aku duduk dengan santainya di sofa. Aku bersyukur keadaanku sudah membaik, karena dengan demikian aku bisa melanjutkan sesuatu yang tertunda karena ingatan yang hilang. Lagipula sekarang aku sudah memiliki...
”Lunar, ada wanita yang datang mencarimu,” tiba-tiba kudengar kakakku berteriak dari depan pintu. ”Dia bilang dia... kekasihmu?”
Aku beranjak dari sofa dan menuju ke pintu rumah. Kulihat di depan rumah seorang wanita berkulit cokelat dengan bunga merah muda di kedua telinganya duduk di kursi kayu yang ada di halaman rumah kami. Di belakangnya tampak seekor Pokemon menyerupai mumi dengan satu mata berwarna merah. Sial, itu Pokemon hantu!


”Hai Lunar sayangku!” sapa wanita itu sambil mengedipkan sebelah matanya. Dia kemudian bangkit dari tempat duduk dan berjalan menghampiriku. ”Kamu tak lupa dengan kekasihmu kan?”
”Lunar, katakan kalau ini hanya lelucon,” kata kak Lydia sambil melihat ke arahku. ”Dia bukan kekasihmu kan?”
”Dia kekasihku Kak, namanya Spectra, nona Spectra,” jawabku apa adanya. ”Tapi aku memanggilnya nona Ester.”
”Benarkah?” seru kakakku tampak terkejut. ”Memangnya kapan kalian jadian?”
”Err... kami bertemu di gunung Pyre, saat aku mengantar barang kesana, dan...” ucapanku terputus saat kulihat tiba-tiba nona Ester memegang kedua tangan kak Lydia dan menggenggamnya erat.
”Wah... aku tak menyangka kalau kamu adalah adik dari Lydia Servada, si Angin Perak dari Verdanturf,” ujar nona Ester antusias. Dia lalu melihat ke arah kak Lydia. ”Tahu tidak? Aku ini penggemar berat Anda, nona Angin Perak dari Verdanturf!”
”Masa’? Wah, senangnya memiliki penggemar,” sahut kakakku langsung besar kepala. Kakakku memang dijuluki Angin Perak dari Verdanturf karena kepiawaiannya dalam kontes Pokemon. Bisa dibilang dialah legenda kota Verdanturf dalam ajang kontes Pokemon. Dia dijuluki Angin Perak karena jurus yang sering digunakannya adalah angin perak dari Masquerain, Pokemon andalannya dalam kontes.
Nona Ester mengangguk. ”Iya, aku senang sekali bertemu dengan Anda.”
”Tapi apa benar kamu kekasih adikku?” tanya kak Lydia seolah tak percaya. Wajar saja kalau dia tidak percaya, selama ini kan aku tidak pernah punya kekasih.
Nona Ester mengangguk lagi. ”Iya, dia datang menyelamatkan nenekku, dan kami jadian saat itu. Dia menyatakan cintanya dan kenapa tidak? Lunar itukan tampan.”
”Masa’?”
”Kakak ini bagaimana sih? Ada tamu bukannya disuruh masuk,” gerutuku kesal melihat sikap kakakku yang masih juga tidak percaya. Aku kemudian memegang tangan nona Ester dan mengajaknya masuk. Sebenarnya alasanku menarik nona Ester untuk masuk ke dalam rumah adalah karena takut dengan Pokemon mumi yang berdiri di depan rumahku.
”Rumahmu nyaman ya,” ujar nona Ester setelah duduk di sofa. ”Sederhana sekali.”
”Sebenarnya rumah ini juga berfungsi sebagai peternakan Pokemon, Servada Ranch. Ada halaman kecil di belakang,” jawabku. ”Nona Ester, aku sangat terkejut nona datang kemari. Benar-benar sangat mendadak. Nona tahu alamatku darimana?”
”Aku bertanya pada orang PokeMart dan mereka menunjukkan rumah ini,” jawab nona Ester. ”Aku datang untuk berkunjung sekaligus mengantarkan Tropius.”
”Lunar... Lunar...” kakakku tiba-tiba ikutan nimbrung. ”Seharusnya laki-laki yang mengunjungi kekasihnya, bukan yang wanita,” komentarnya mengejek.
”Bukan masalah kok Kak,” jawab nona Ester membelaku. ”Aku ingin tahu rumah Lunar.”
”Baiklah, Kakak akan mengambilkan minum. Kalian berbincanglah yang akrab.” Kakakku kemudian berjalan ke dapur. Sepertinya dia shock karena mengetahui aku akhirnya memiliki kekasih.
Aku dan nona Ester sekarang duduk berdampingan. Aku terdiam cukup lama, tak satupun dari kami yang mengeluarkan suara. Aku merasa sangat canggung dan sepertinya nona Ester juga begitu. Aku kemudian mengambil inisiatif dengan menyalakan televisi di depan kami.
”Nona suka acara apa?” tanyaku sambil menekan tomboh pengganti saluran pada remote televisi.
”Bolehkah menonton acara berita?” sahut nona Ester. Aku mengangguk mengiyakan dan segera mengganti ke saluran berita Hoenn News. Kini tampak seorang reporter wanita sedang membacakan sebuah berita.
Kita beralih pada berita internasional,” ujar pembaca berita. ”Dari provinsi Kanto dilaporkan gunung Cinnabar kembali meletus dengan dahsyatnya dan menyebabkan kepanikan massal disana. Saat ini tim SAR dan tim penanggulangan bencana nasional sedang berusaha menyelamatkan warga yang tinggal di pulau Cinnabar.”
”Semoga tidak terjadi apa-apa disana,” komentar nona Ester.
Aku terdiam dan tercekat. Kulihat pemandangan mengerikan yang disajikan di televisi. Tampak sebuah gunung berapi menyala merah membara dan mengeluarkan semburan api ke berbagai arah. Warga tampak berlarian menyelamatkan diri dari bencana tersebut dengan dibantu beberapa orang petugas. Saat tengah menyaksikan gambar tersebut secara tidak sengaja mataku melihat pada seorang wanita berambut merah yang terekam kamera. Wanita berambut merah itu tampak menolong seorang nenek yang terjatuh. Aku memperhatikan wajah wanita itu dengan seksama. Aku merasa mengenal wajah itu. Bukankah dia itu... Flame?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...