SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Minggu, 16 Januari 2011

L's Diary: Eps. 200 - Kisah Seorang Spectra

wooper gifEpisode 200: Kisah Seorang Spectra

Gunung Pyre...

”Maafkan aku Nek, aku tidak bisa menjaga nona Ester,” ujarku pada nenek nona Ester di rumah nona Ester di gunung Pyre. Hari ini aku berkunjung ke rumahnya untuk meminta maaf pada nenek nona Ester, satu-satunya keluarga yang dimiliki nona Ester. Kulihat nenek tampak terpukul atas peristiwa yang menimpa cucunya, terbaca jelas pada raut wajahnya yang keriput itu.
”Tidak apa-apa Nak, hal seperti ini sudah biasa terjadi,” sahut nenek. ”Nenek senang cucu Nenek bertemu dengan pemuda seperti kamu, yang begitu peduli padanya. Dia begitu malang dan itu terjadi sejak dia kecil.”
”Sejak kecil?”
Nenek mengangguk. Dia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke lemari buffet di ruang tamu, mengambil sebuah bingkai foto yang terisi potret nona Ester seraya memandangnya sedih.
”Ester ditinggal pergi kedua orang tuanya sejak kecil, Neneklah yang merawatnya hingga dia dewasa. Dia sering iri pada anak-anak lainnya yang memiliki orang tua, membuatnya sering menyendiri dan tenggelam dalam kesedihan. Teman-temannya sering mengolok-oloknya karena dia tidak memiliki orang tua, membuatnya semakin kesepian. Hanya Nenek saja yang peduli padanya, membuatnya begitu sayang pada Nenek.
”Ester kecil sering pergi bermain seorang diri di kuburan gunung Pyre,” lanjut Nenek. ”Dia berteman dengan kesendirian, dengan kesepian, hingga dia menemukan sesuatu yang dianggapnya sebagai teman terbaik.”
”Apa itu Pokemon hantu?” terkaku.
Nenek mengangguk. ”Ester berteman dengan Pokemon hantu sejak dia kecil. Berbeda dengan anak-anak lain yang takut pada Pokemon hantu, Ester sama sekali tidak menunjukkan rasa takutnya. Anak-anak lain menganggapnya aneh karena bermain-main dengan Pokemon hantu di kuburan gunung ini. Mereka sering mengganggunya dan itu membuat Ester maralh, tetapi dia tidak membenci mereka. Ester anak yang sangat baik, begitu baik malah...
”Suatu hari ada seekor Shuppet yang diganggu oleh anak-anak nakal. Anak-anak itu melempari Shuppet dengan bebatuan sampai terluka. Ester yang melihatnya marah dan kemudian melindungi Shuppet dari lemparan batu anak-anak nakal itu. Alhasil tubuhnya pun ikut terluka karena melindungi Shuppet. Melihat keteguhan Ester, anak-anak nakal itu pun pergi. Nenek begitu terkejut saat melihatnya pulang dengan badan penuh luka lemparan batu. Tapi Ester tidak menangis, dia memaksakan sebuah senyum saat pulang ke rumah. Dia meminta izin pada Nenek untuk merawat Shuppet dan Nenek membolehkannya. Ester sangat senang dan semenjak itulah Shuppet menjadi sahabat terbaiknya hingga berevolusi menjadi Banette.
”Semua Pokemon di gunung ini adalah sahabatnya, terlebih tentu saja Pokemon hantu,” Nenek terus berkisah. ”Ester begitu dekat dan akrab dengan semua Pokemon hantu di gunung ini, dia tumbuh bersama Pokemon-Pokemon hantu gunung Pyre, karena itulah dia begitu menyayangi mereka semua, tak heran bila kemudian dia memiliki kemampuan berbicara dengan Pokemon hantu, sebuah kemampuan yang sangat jarang ada.”
Nenek terdiam. Dipandanginya potret nona Ester begitu lekat dan kemudian diletakkannya bingkai foto itu di tempatnya semula. ”Sebagai neneknya, Nenek berharap dia bisa mendapatkan kebahagiaan yang selama ini diinginkannya. Kamu tahu, Nenek tak pernah melihat dia begitu bahagia setelah bertemu denganmu. Ester pernah bercerita mengenai dirimu, dan dia mengatakan kalau dia sangat menyayangimu. Terima kasih Lunar, terima kasih telah membahagiakan cucu Nenek satu-satunya. Ester adalah bunga harum yang indah bagi Nenek dan akan selalu menjadi kebanggaan Nenek, apapun yang terjadi padanya.”

*

Aku berada di kamar nona Ester. Kamarnya begitu rapi dan wangi, membuatku merasa betah di dalamnya. Aku berharap nona Ester bisa kembali sadar dan kembali ke kamarnya ini, dia pasti sangat merindukannya.
Kuamati setiap sudut kamarnya dan kutemukan sebuah potret di mejanya. Itu adalah potret nona Ester bersama dengan tiga orang yang kutemui di rumah sakit. Rupanya memang benar, nona Ester adalah anggota Elite Four Hoenn, empat pelatih terkuat di Hoenn. Setelah mendengar cerita dari nenek, aku tak heran bila nona Ester memiliki kekuatan yang hebat dan menjadikannya sebagai bagian dari Elite Four. Aku benar-benar tak menyangka kalau kekasihku adalah seorang pahlawan, seseorang yang begitu berarti bagi orang banyak, dan ... aku salut padanya. Dia begitu peduli pada orang lain, dia tidak menyimpan dendam, dan dia berusaha untuk terus tersenyum meskipun itu sulit baginya. Siapapun yang telah berlaku jahat padanya, dia tidak bisa diampuni. Seorang putri yang cantik dan baik hati seperti dia tidak pantas mendapatkan perlakuan keji seperti yang telah terjadi. Orang itu... siapapun dia yang telah melukai nona Ester, dia harus menerima hukumannya!

Kupandangi potret nona Ester. Kulihat senyumnya yang menawan, senyumnya yang begitu kurindukan. None Ester, aku berjanji padamu... aku berjanji akan membalas perlakuan orang itu padamu. Aku berjanji, akan kucari orang jahat itu dan akan kubalaskan lukamu. Mungkin saat ini aku lemah dan tidak bisa berbuat banyak, tapi aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi yang terkuat, karena hanya dengan itu aku bisa mengalahkannya. Aku akan menjadi yang terkuat dan bila perlu... aku akan menjadi seorang Elite Four seperti dirimu... untuk bisa menghentikan semua perlakuan jahat di dunia ini!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...