SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Minggu, 16 Januari 2011

L's Diary: Eps. 202 - Kembali ke Pencarian

SERVADA CHRONICLES: HUNTER SEASON

BAB XXX KOTA MOSSDEEP


wooper gifEpisode 202: Kembali ke Pencarian

”Jadi itu keputusanmu?” tanya Steven di telepon. Saat ini aku sedang menelepon Steven untuk mengabarkan keputusanku.
”Ya, itu keputusanku,” jawabku tegas. ”Aku akan tetap mencari Groudon apapun resikonya.”
”Baiklah kalau begitu, aku tidak bisa mencegahmu. Tapi jangan salahkan aku bila terjadi apa-apa padamu, aku sudah memperingatkanmu dan selanjutnya bukan urusanku lagi. Semoga kau beruntung.”
KLIK!
Steven menutup teleponnya. Sepertinya dia kesal. Tapi inilah keputusanku, kuharap aku mengambil keputusan yang tepat.
”Jadi kamu akan tetap mencari Groudon?” tanya kak Lydia.
Aku mengangguk. ”Kakak sudah dengar sendiri kan?”
”Kalau begitu jaga dirimu baik-baik,” sahut kak Lydia. ”Mulai sekarang kamu akan berhadapan dengan orang-orang yang akan menghentikanmu.”
”Aku tak takut, karena mimpi takkan pernah tercapai bila kita takut untuk meraihnya...”

*

Sementara itu tanpa kuketahui, di markas Elite Four kota Ever Grande....

”Dia sudah memutuskan, sekarang kuserahkan pada kalian,” ujar Steven pada tiga orang di depannya. ”Aku tidak akan ikut campur karena aku bukan seorang Champion lagi.”
”Ini akan jadi menarik... sebuah awal konfrontasi yang terasa menyenangkan,” komentar Sid, lelaki berambut punk.
”Jangan bermain-main dengan hal ini Sid, kau konyol sekali,” tukas Glacia, wanita berambut krem pirang.
”Ini sudah menjadi tugas kita, tanpa Ester sekalipun,” sambung kapten pelaut, Drake.
”Apa kita perlu melibatkan juara yang baru?” tanya Sid.

”Huh, bocah ini cukup di tanganku saja,” jawab Drake angkuh.
”Kau terlalu meremehkan bocah ini Drake,” sahut Glacia. ”Dia adalah kekasih Ester, kau mau bagaimana? Apa kita perlu melukainya? Bagaimana tanggapan Ester nanti?”
”Sudah kubilang aku tak peduli dengan hal itu,” jawab Drake ketus. ”Tugas tetaplah tugas, Ester pasti bisa mengerti. Lagipula bukan bocah itu yang membuatku bersemangat. Tetapi...”
”Tetapi apa?”
Drake tersenyum misterius lalu menjawab. ”Tetapi Hurricane... dia yang membuatku harus terlibat!”

*

Rumah Kakek Briney...

”Kak L! Senang melihatmu kembali!” sambut Parmin saat aku memasuki rumah kakek Briney. Parmin memang menetap di rumah kakek Briney bersama Profesor Hurr.
”Jadi bagaimana? Mau terus?” tanya Profesor Hurr.
Aku mengangguk. ”Tak ada alasan bagiku untuk menghentikannya.”
”Kalau begitu bersiaplah, kita akan pergi.”
”Pergi? Pergi kemana?” tanyaku terkejut.
”Kak L tahu tidak? Profesor sudah membuat sebuah mesin yang sangat canggih!” jawab Parmin antusias.
Aku menoleh ke arah profesor. ”Benarkah itu? Mesin apa?”
Profesor tersenyum. ”Ikuti aku.” Profesor membungkuk dan membuka lantai... tunggu dulu? Membuka lantai? Rupanya di bawah rumah kakek Briney terdapat sebuah ruang bawah tanah yang pintunya ada di lantai, cukup tersembunyi dan tersamarkan berkat warna lantai yang sama. Profesor turun dan masuk ke dalamnya sementara aku mengikuti di belakangnya.

Ruangan bawah tanah itu cukup gelap, namun cahaya lampu temaram di tengah ruangan membuatku bisa melihat sekitar. Ruangan itu tidak terlalu luas, penuh dengan barang-barang, kotak-kotak, dan sebuah benda besar tertutup kain berada di tengah-tengah ruangan.
”Lunar, biar kuperkenalkan kamu pada penemuan terbaruku,” ujar Profesor. Dia menarik kain lebar yang menutupi benda di tengah ruangan hingga kini aku bisa melihat benda itu cukup jelas. Benda itu tampak seperti mesin rumit dengan banyak indikator dimana-mana serta sebuah tuas dan sebuah lubang di salah satu bagian mesin.
”Mesin apa ini?”
”Mesin ini kuberi nama.... Hurr Terra Search Engine, tapi kamu bisa menyebutnya... TerraSearch!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...