SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Minggu, 16 Januari 2011

L's Diary: Eps. 203 - TerraSearch dan Perjalanan ke Mossdeep

wooper gifEpisode 203: TerraSearch dan Perjalanan ke Mossdeep

”TerraSearch?”
”Ya, TerraSearch,” Professor Hurr mengiyakan. ”Mesin ini berfungsi untuk melacak suhu panas abnormal di Hoenn, suhu yang muncul di gua Terra.”
”Suhu?”
”Saat mengunjungi institut cuaca, aku menemukan data-data perubahan cuaca ekstrim di beberapa wilayah. Saat aku mencocokkannya dengan peta kemungkinan lokasi gua Terra, aku terkejut karena perubahan cuaca tersebut terjadi di lokasi-lokasi tersebut. Perubahan cuaca tersebut terjadi bukan karena pemanasan global, tetapi terjadi akibat panas dari dalam bumi. Tentu saja kemungkinan besar hal ini dikarenakan oleh kemunculan gua Terra karena menurut data, tidak ada garis vulkanis melintasi wilayah tersebut. Aku bertambah yakin saat kamu mengatakan bahwa terjadi cuaca sangat panas di kota Fallarbor saat gua Terra itu muncul. Jadi kesimpulanku...”
”Keberadaan gua Terra terkait perubahan cuaca, ditandai dengan cuaca yang sangat panas?” aku mencoba menebak.
”Tepat sekali,” jawab Profesor Hurr. ”Dengan berpatokan pada cuaca yang sangat panas, kita bisa menemukan gua tersebut, dan itulah kegunaan utama mesin TerraSearch ini.”
”Wow! Ini benar-benar luar biasa!” seruku senang. ”Kalau begitu segera gunakan mesin ini untuk melihat lokasi yang memiliki cuaca panas, kita pasti bisa menemukannya dengan cepat!”
”Jangan senang dulu Lunar,” potong Profesor. ”Mesin ini masih belum bisa kita gunakan.”
”Kenapa? Apa ada masalah?”
”Ya, untuk itulah kita akan segera pergi.”
”Pergi? Pergi kemana?”
”Ke Space Center kota Mossdeep,” jawab Profesor Hurr. ”Kita butuh energi pembangkit untuk menyalakan mesin ini serta hubungan dengan satelit, karena itulah kita butuh kerjasama dari Space Center.”
”Kalau begitu ayo kita langsung berangkat!”

*

Kapal kakek Briney, lautan selatan Hoenn....

Aku memandangi lautan luas di haluan kapal, bersandar pada pagar pembatas yang ada disana. Saat ini aku, Parmin, dan Profesor Hurr menumpang di kapal kakek Briney menuju ke kota Mossdeep. Selama perjalanan yang sangat panjang ini yang bisa kulakukan hanya menatap laut biru sementara Parmin tertidur di dalam kapal setelah seharian tadi muntah-muntah karena mabuk laut.
Saat seperti ini aku teringat pada nona Ester. Aku teringat pertemuan pertama kami di gunung Pyre saat itu serta saat-saat indah bersamanya, terutama saat berlibur di pantai Slateport. Aku memikirkannya... aku merindukannya. Aku merindukan senyum tulusnya, aku merindukan tawanya, aku merindukan wajah hitam manisnya, aku benar-benar merindukan semua kenangan itu. Nona Ester, cepatlah sadar... aku rindu padamu...
”Memikirkan Spectra ya?” tiba-tiba Profesor Hurr berdiri di sampingku, membuatku sedikit terkejut.
”Ya, aku tak bisa berhenti memikirkannya,” jawabku pelan.
”Wajar kalau kamu memikirkan dia, dia itukan kekasihmu,” sahut Porfesor. ”Terlebih lagi saat ini dia sedang tak sadarkan diri di rumah sakit, siapapun yang mengenalnya pasti akan memikirkannya, apalagi dia sangat berarti buat kamu bukan?”
Aku mengangguk lemah. ”Iya, dia kekasih pertamaku... kuharap dia yang terakhir untukku. Aku mencintainya sejak pertama kali melihat wajahnya yang hitam manis. Aku semakin mencintainya saat mengetahui betapa baik budi yang dimilikinya. Siapapun akan jatuh cinta padanya.” Aku terlarut dalam perasaanku hingga tak terasa air mata menetes di pipiku.
”Ini, basuhlah air matamu,” Profesor Hurr memberikan selembar tisu padaku. Aku serta merta menerimanya dan langsung mengusap air mataku. ”Cinta memang rumit,” lanjut Profesor. ”Kamu mengingatkanku pada masa laluku dulu.”
”Oh ya? Memang seperti apa masa lalu Profesor?”
”Saat masih muda, aku memiliki seorang teman akrab... namanya Molotov,” kisah Profesor Hurr. ”Tetapi persahabatan kami terputus saat kami mencintai wanita yang sama. Semuanya berjalan begitu cepat, hingga dari seorang sahabat... kami berubah menjadi saling bermusuhan... semuanya hanya karena seorang wanita.” Profesor melihat ke langit biru, air mukanya tampak sedih.
”Maaf bila membuat Profesor sedih,” ujarku merasa tidak enak. Kenapa jadi berbalik aku yang menghibur Profesor?
”Tidak apa-apa Lunar, cinta memang bisa membuat orang sedih, terluka, tertawa, atau bahagia. Misterius sekali ya? Dan lebih misterius lagi karena sangat susah untuk menelitinya, bandingkan dengan penelitian terhadap Pokemon yang banyak dilakukan.”
Aku tersenyum. ”Profesor ada-ada saja...”
”Hahaha... aku sendiri heran kok tiba-tiba menjadi seperti dokter cinta,” timpal Profesor sambil tertawa.
”Dokter cinta? Memangnya lagunya Dewi-Dewi?” balasku bercanda.
”Hush... mereka sudah bubar,” sahut Profesor tertawa renyah. Dia lalu berhenti tertawa dan tersenyum bijak sambil meletakkan telapak tangannya di bahuku. ”Aku senang kamu sudah kembali ceria. Percayalah padaku, orang yang baik akan mendapat kebaikan juga. Kita semua berharap yang terbaik untuk Spectra, semoga dia lekas sadar dan kembali berkumpul dengan kita semua terutama dengan kamu, kekasihnya.”
Aku tersenyum mendengarnya dan berkata, ”Ya, terima kasih banyak Profesor...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...