SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Sabtu, 16 April 2011

L's Diary: Eps.250 - Retakan Menuju Neraka

Rata PenuhPhotobucketEpisode 250: Retakan Menuju Neraka

Sudah terlambat bagiku untuk berhenti... sekarang aku harus melanjutkannya, menyelesaikannya apapun yang akan terjadi nanti. Pertama-tama aku harus membawa Parmin ke tempat yang aman, setelah itu urusanku dengan Groudon.
Kugendong tubuh panas Parmin, kurasakan kulitnya yang melepuh terbakar menempel pada kulit tanganku begitu panas, tapi aku tetap berusaha mengendong tubuhnya membawa ke tempat yang aman dari amukan Groudon. Tapi tampaknya Groudon tidak mau membiarkanku pergi begitu saja. Pokemon itu meraung keras dan kurasakan tanah gua kembali bergetar keras. Aku berusaha bertahan sebisa mungkin hingga mencapai sudut gua yang aman, namun tubuhku oleng dengan mudahnya, membuatku terjatuh. Meski begitu aku terus berusaha bangkit mengingat nyawa Parmin dalam bahaya. Aku takkan memaafkan diriku sendiri bila sesuatu yang buruk terjadi pada Parmin... bila Parmin tidak bisa bertahan lalu meninggal dunia. Tuhan, kumohon selamatkanlah Parmin.
Gempa yang diciptakan Groudon tak hanya menggetarkan tanah saja, namun juga menggetarkan langit-langit gua, membuat stalaktit-stalaktit mulai berjatuhan. Keadaan ini semakin berbahaya saja. Dengan cepat kembali kugendong Parmin dan berjalan tertatih hingga akhirnya aku berhasil mencapai sudut yang aman. Perlahan kuletakkan tubuh lemah Parmin disana dan setelah itu aku berbalik ke arah Groudon.
Aku berjalan pelan dan mantap ke arah Groudon, meskipun gempa bumi yang ditimbulkan Pokemon itu masih terus saja terjadi, meskipun bebatuan dan stalaktit-stalatktit berjatuhan di sekelilingku karena gempa tersebut. Yang aku heran tak ada satupun dari bebatuan maupun stalaktit tersebut yang mengenaiku. Meski begitu aku tak memikirkannya... karena saat ini yang aku pikirkan adalah pertarunganku dengan Groudon... aku akan mengakhirinya dengan cepat.

*

Sinar panas kemarau Groudon sudah tidak lagi ada di dalam ruangan utama gua Terra. Sinar itu berganti dengan debu-debu pasir yang bertebaran begitu derasnya di dalam gua. Aku tak mengerti dengan asal debu-debu tersebut, tapi aku yakin sesuatu dalam diriku yang membuatnya muncul.
Kini aku berdiri tepat di depan Groudon dan Groudon menatapku tajam saat ini. Aku memang sudah kehabisan Pokemon, dimana Pokemonku satu-persatu berhasil ditaklukkan oleh Groudon. Aku benar-benar tak menyangka Groudon begitu kuat dan sulit untuk dijatuhkan bahkan dengan serangan super efektif sekalipun. Dari semua rencanaku kini hanya tersisa satu saja... dan aku yakin dengan satu hal ini aku akan berhasil mengakhiri perburuanku terhadap Pokemon benua. Akan tetapi, entah kenapa aku tak memiliki keberanian untuk menggunakannya... meskipun begitu aku akan tetap mencoba.

”Groudon, sekarang kau adalah milikku! Aku akan menangkapmu dengan Master...” baru saja aku hendak melemparkan bola berwarna ungu dengan inisial M tersebut saat tiba-tiba Groudon menghentakkan kaki besarnya dengan sangat keras di tanah hingga tanah di depannya meretak dan retakannya bergerak ke arahku. Aku yang begitu terkejut dengan retakan itu tak bisa bergerak saat retakan itu sampai tepat di bawah kaki kiriku. Mendadak kurasakan sakit yang sangat membelah tulang di kaki kiriku, diikuti tanah yang meretak menciptakan celah berlubang di bawahku dan aku pun terjatuh ke dalamnya. Beruntung tangan kiriku bergerak cukup cepat sehingga aku masih mampu meraih tepian tanah yang retak. Meski begitu tangan kiriku tak sanggup menahan berat tubuhku terlalu lama. Aku berniat menggunakan tangan kananku untuk bertahan memegang di tepian yang lain, namun tangan kananku dengan erat memegang Master Ball. Aku tak bisa melepaskan bola itu begitu saja karena bola itu adalah satu-satunya senjata tersisa untuk mendapatkan Groudon. Mau tak mau aku harus menggunakan tangan kiriku sekuat mungkin untuk keluar dan menyelamatkan diri dari celah lubang ini atau aku akan terjun bebas masuk ke dalam jurang yang gelap dan terlihat dalam. Aku berkali-kali bergidik menelan ludah saat melihat ke bawah. Perburuan mencari Groudon benar-benar perburuan yang menantang maut.

Dengan susah payah aku berusaha mengangkat serta menarik tubuhku menggunakan tangan kiriku, berharap Groudon tidak melakukan serangan berikutnya karena itu bisa membahayakanku dan sekali gempa bumi saja bisa langsung mengantarkanku ke dalam jurang neraka yang terbentang tepat di bawah kakiku.
Aku berhasil kembali naik ke daratan dan kurasakan jantungku berdetak sangat kencang. Aku tak pernah setakut ini sebelumnya, bahkan kejadian ini lebih mengerikan bila dibandingkan dengan melihat Pokemon hantu. Perlahan kucoba mengatur nafasku yang bergerak tidak karuan. Pengalaman di pintu kematian benar-benar membuatku sangat terguncang. Kini aku menoleh dan melihat pada Groudon yang berdiri dengan angkuhnya di seberangku. Kulihat Pokemon itu tidak melakukan apa-apa... hanya melihatku dengan rasa penasaran. Sepertinya dia tengah berpikir bagaimana mungkin aku bisa selamat dari serangannya yang paling mematikan... retakan.
Sekarang aku mencoba berdiri dengan menjejakkan kaki kananku. Namun saat aku akan menjejakkan kaki kiriku, aku langsung terjatuh ke tanah. Oh tidak... aku tidak bisa merasakan kaki kiriku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...