
PERINGATAN KERAS!!!
EPISODE INI TIDAK UNTUK DIBACA ANAK DI BAWAH UMUR 14 TAHUN!!!
”Lu... nar...”
Aku langsung menoleh. Tapi mata nona Ester masih terpejam dan mulutnya terkatup. Lalu suara itu... aku yakin itu suara nona Ester tetapi...
“Lu... nar... jangan heran... ini aku... Ester... kekasihmu...” suara nona Ester kembali terdengar, sangat jelas di telingaku. ”A...ku berbicara melalui tele...pati...”
Telepati? Ya, nona Ester memang memiliki kemampuan berbicara melalui telepati. Aku ingat pertama kali mendengar suaranya saat di gunung Pyre dulu, itu melalui telepati.
”Ester hanya bisa berbicara melalui telepati,” kata Glacia melihat kebingunganku.
”Nona Ester... Nona sudah sadar?” tanyaku senang. Tanpa terasa air mata menetes di pipiku. ”Syukurlah... syukurlah aku bisa mendengar suaramu lagi.”
”Ma... afkan aku Lu... nar, tapi... aku tidak akan la... ma.”
”Apa... Apa maksudmu?” tanyaku terkejut. ”Nona Ester, kumohon... berusahalah untuk sadar, kami semua disini menantikanmu.”
”Aku tahu... Lu... nar, tapi aku ti... dak bisa bertahan...”
“Tidak! Jangan katakan hal itu... kau pasti bisa!” sergahku langsung menggenggam tangannya erat. ”Nona Ester sangatlah kuat, hal seperti ini bukanlah hal sulit bagi nona Ester, aku tahu itu...”
”Ti... tidak Lu... nar...” sahut nona Ester. ”Aku... sudah kehilangan tubuhku.... aku sudah ti... dak bisa merasakan tubuhku la....gi. Aku... aku akan pergi...”
”Jangan katakan itu!” teriakku spontan. Glacia dan Sidney yang mendengarnya langsung terkejut. ”Kau tidak boleh pergi... Nona tidak boleh pergi!” Tak ada jawaban, hening beberapa saat. ”Kumohon nona.... kumohon...” aku tak bisa menahan air mataku lagi. Aku menangis.
”Maaf... kan aku Lu... nar.... aku juga.... masih ingin bersama....mu,” terdengar jawaban nona Ester. ”Te...tapi....”
Kurasakan sesuatu menyentuh bahuku. Aku menoleh dan ternyata Glacia yang memegang bahuku. Dia menatapku sedih seakan mengatakan untuk merelakan kepergian nona Ester.
”Aku tidak bisa!” sergahku kemudian. ”Nona Ester... kumohon...”
”Lu... nar... dengarkan aku... hidup mati seseorang bukan kita yang tentukan... aku sudah kehilangan tubuhku.... aku sudah kehilangan kesadaranku... aku sudah kehil....langan nyawaku... kumohon teri...malah kenyataannya...”
Tubuhku bergetar mendengar suara nona Ester. Suaranya berbeda dengan sebelumnya, suaranya kini berubah sedih.
”Nona Ester... aku mencintaimu... aku sangat mencintaimu... kumohon jangan tinggalkan aku. Aku yakin pasti ada cara untuk menyelamatkanmu... aku yakin itu!”
Hening sesaat dan suara nona Ester kembali terdengar. ”Aku ju...ga mencintaimu Lu... nar sayangku... aku tak ingin berpi... sah darimu... aku ingin bersamamu selama...nya... aku ingin menikmati hari kita seper.... ti dulu... aku ingin bermain di pantai denganmu lagi... menyaksikan kontes.... dan.... dan....”
”Kita akan melakukannya nona Ester... kita akan melakukannya!” tangan kananku meremas erat tangan kanan nona Ester. Aku sangat sedih sekarang, aku tak mau kehilangan nona Ester. ”Aku ingin menikah denganmu nona Ester... aku ingin hidup bersamamu... dan bersama kita akan menjadi pasangan paling serasi, paling abadi di Hoenn...”
Aku menoleh ke Glacia, lalu menoleh ke Sidney. ”Kalian berdua... kumohon lakukan sesuatu... lakukan sesuatu agar nona Ester sadar... agar dia kembali bisa menggunakan tubuhnya... kumohon...” Namun Glacia dan Sidney hanya diam tak menjawab. Sikap diam mereka seolah berkata ’Kami tidak bisa berbuat apa-apa’.
”Lu... nar... aku ingin berterima... kasih padamu karena te....lah menghiasi hari-hariku selama ini... terima kasih karena kau menyatakan pera... saanmu.... terima kasih atas semua hal yang pernah kita lalui bersama... sayang perjumpaan kita begitu singkat... andai sa... ja kita bertemu lebih awal... andai saja aku meme...san bola itu lebih awal... walaupun sehari saja aku ingin... menghabiskannya denganmu.... ”
”Nona Ester... jangan pergi... aku tak mau kehilanganmu...”
”Lu... nar... sayang sekali ya? Aku san...ngat ingin melihat... mata cokelatmu untuk kali tera... khir... sebelum aku pergi... aku ingin sekali saja... menatap mata cokelatmu yang indah... ya... yang mempesonakan aku... tetapi aku tidak bisa... melakukannya...”
Aku tak bisa berkata-kata lagi. Air mata telah mengalir sangat deras di pipiku. Aku menangis, aku menangis mendengar setiap kata-kata itu.
”Lu... nar... jangan menangis... bila kau mencintaiku... aku takkan pernah pergi dari hatimu... aku akan selalu hidup... selalu hidup di hatimu....”
”Tapi nona Ester... aku tak mau...”
”Kau... pasti akan mene...mukan gadis lain... yang lebih baik dariku... yang akan mencin....taimu dengan sepe...nuh hatinya, yang akan mem... membuatmu bahagia... aku yakin itu...”
”Aku hanya inginkan dirimu... aku tidak mau yang lainnya!”
”Lu... nar... sebelum aku pergi... aku ingin kau... melakukan sesuatu padaku... anggap ini pemberian tera...terakhirku padamu... yang dulu kau sempat memintanya padaku...”
”Katakan saja... aku pasti akan melakukannya padamu,” kataku lemah, pasrah.
”Aku mau kau.... menci...umku... mencium bibirku...”
Aku tertegun. Aku tahu firasat burukku selalu saja terjadi. Firasat yang kurasakan dalam perjalanan tadi benar-benar terjadi. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi, aku tak bisa mencegah lagi. Air mata ini seolah terkuras, aku benar-benar sedih saat ini.
Perlahan kudekatkan tubuhku, dan perlahan kucium bibir lembutnya. Aku menciumnya pelan dan lembut dengan air mata yang terus jatuh bercucuran di pipiku. Kurasakan bibirnya begitu hangat, terasa sangat hangat sebagaimana kehangatan yang pernah diberikannya padaku dulu, kehangatan yang selalu diberikannya kepada semua orang yang dikenalnya. Ini adalah ciuman pertama sekaligus ciuman terakhirku... untuk nona Ester...

”Tunggu nona Ester... tunggu... jangan pergi... JANGAN PERGI!!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...