SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Jumat, 06 Mei 2011

L's Diary: Eps.255 - Nisan dan Lencana Hujan

PhotobucketEpisode 255: Nisan dan Lencana Hujan

Aku berdiri terpekur menatap sebuah batu nisan di pemakaman gunung Pyre yang berkabut tebal. Nama seorang gadis baik hati, wanita yang sangat aku sayangi terukir disana... Ester Spectra, yang telah mengukir namanya jauh di dasar hatiku.

Di pemakaman ini, di gunung inilah kami pertama kali bertemu satu tahun yang lalu. Di tempat inilah aku pertama kali mendengar suara lembutnya, dan di tempat ini pula aku pertama kali melihat wajahnya yang hitam manis. Wajahnya begitu cantik, begitu manis hingga membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama, membuatku langsung menyatakan perasaan cintaku padanya... membuatku merasa sangat bahagia saat dia menerimanya.
Kini nona Ester telah berpulang. Nona Ester telah pergi untuk selama-lamanya. Aku takkan bisa lagi melihat wajah manisnya yang selalu ceria, memberikan semangat kepada siapa saja yang melihatnya. Aku juga tak bisa melihat lagi senyum tulusnya, begitu tulus hingga aku yakin mampu mengeringkan lahar di gunung Chimney. Dia gadis baik, wanita yang sangat hebat. Dia berjuang untuk keselamatan semua orang, untuk kepentingan banyak orang tanpa sedikit pun memikirkan keselamatan dirinya. Dia seorang anggota Elite Four, dia salah satu trainer terkuat di Hoenn. Dia kekasihku... dan aku begitu bangga padanya...
”Aku ikut berduka atas kematian Ester,” terdengar suara lelaki di belakangku. Aku menoleh dan terlihat disana seorang lelaki berpakaian ala kerajaan dengan jambul berwarna putih dan kumis tipis terpilin manis. Aku masih bisa mengenalinya sekalipun dalam kabut putih yang tebal. Dia Paman Juan, ketua gym kota Sootopolis, lelaki yang pernah kulihat di kota Mossdeep kala itu. ”Dia gadis yang kuat, wanita yang tangguh, aku mengenalnya,” lanjut Paman Juan. ”Sebagai kekasihnya pastilah kamu sangat kehilangan.”
”Iya,” sahutku menarik nafas panjang. ”Aku begitu mencintainya, aku tak ingin kehilangannya.”
”Aku tahu perasaanmu,” kata Paman Juan tenang. ”Semua orang yang pernah mengenalnya pasti akan sangat kehilangan dan terpukul, terlebih lagi kamu yang tak lain adalah kekasihnya. Tapi ketahuilah, kita tidak boleh tenggelam dan terlarut dalam kesedihan itu. Yang pergi biarlah pergi, setiap pertemuan pastilah ada perpisahan. Kita tidak bisa menebak kapan perpisahan itu akan terjadi, tapi kita harus selalu siap menerimanya karena hal itu bisa datang kapan saja.
”Aku sangat yakin kalau Ester tidak ingin melihatmu bersedih,” lanjut Paman Juan. ”Lanjutkan hidupmu, itu yang ingin dia katakan. Yakinlah, orang yang kita cintai akan selalu hidup di hati kita... kenangan indah bersama mereka akan selalu membuat kita tersenyum, akan selalu menguatkan kita, akan selalu menjadi semangat bagi kita. Aku yakin, Ester hidup abadi di hatimu, dan kamu harus bersyukur untuk itu.”
”Terima kasih Paman Juan,” jawabku lirih. ”Aku tahu, aku hanya belum siap untuk hal ini. Ini terjadi begitu cepat.”
”Waktu yang akan menyembuhkan luka. Ingatlah selalu Ester dan jadikan dia semangat setiap kali kamu memulai harimu.” Paman Juan berhenti bicara. Dia merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebuah lencana kecil berbentuk segitiga yang tersusun dari tiga segitiga. ”Terimalah ini,” ujarnya sembari berjalan mendekatiku dan memberikan benda itu padaku. ”Ini adalah lencana terakhir di Hoenn, lencana kota Sootopolis, lencana hujan.”

”Tapi aku belum melawan Paman, aku tak layak menerimanya,” tolakku halus.
Paman Juan menggeleng. ”Kamu sudah layak, karena kamu telah melawan ketua gym Sootopolis, muridku yang kini menjadi juara... Wallace.”
Wallace? Oh iya, sang juara Hoenn yang menghentikan langkahku untuk masuk ke gua Terra waktu itu.
”Tapi aku kalah, jadi lencana itu tidak bisa kumiliki,” kataku kemudian.
”Tak usah kamu pikirkan hal itu, terimalah saja lencana ini. Wallace menyuruhku untuk memberikannya kepadamu, dia ingin kamu memilikinya. Dia bilang kamu layak mendapatkannya setelah pertarungan itu. Dengan demikian kamu telah mendapatkan delapan lencana Hoenn... dan kamu bisa mengikuti liga Pokemon Ever Grande. Bukan itu saja, kamu juga bisa menantang trainer Pokemon terkuat di Hoenn.”
Trainer terkuat di Hoenn? Sekarang aku mengerti siapa yang dimaksud... dia adalah...
”Baiklah,” jawabku menerima lencana hujan dari Paman Juan. ”Terima kasih Paman... akan kupastikan aku mengikuti liga Pokemon Ever Grande... dan akan kupastikan aku akan menantang trainer terkuat itu...”
”Kalau begitu sekarang aku pergi,” kata Paman Juan pamit. ”Terserah kamu bila mau berlama-lama disini, tapi ketahuilah bahwa tidak ada yang bisa mencegah kematian, belajarlah untuk menerimanya.”
”Aku mengerti,” anggukku setuju. Paman Juan tersenyum lalu berbalik dan berjalan meninggalkanku sendiri di makam nona Ester.
Aku kini berbalik memandang nisan nona Ester. Aku menghampiri samping kanan makam dan berjongkok, menatap nisan sembari mengusapnya sedih. Kukeluarkan sebuah botol minuman dari tas pinggangku dan kuletakkan botol itu perlahan di depan nisan, di atas pusara nona Ester.
”Nona Ester... ini minuman yang sangat kau suka... minuman berkelas... minuman mewah yang selalu kau pinta... aku meletakkannya disini agar kau bisa meminumnya kapanpun kau mau...”

Aku terpekur sedih memandangi nisan kekasihku tersayang. Memang berat tapi aku harus bisa menerimanya. Nona Ester telah pergi, dia pergi begitu cepat meninggalkan sejuta kenangan indah bersamanya. Demi nona Ester, aku harus menjadi kuat. Aku tidak boleh lemah... aku harus kuat! Aku memang harus kuat, agar aku bisa membalas kematian nona Ester!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...