SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Jumat, 06 Mei 2011

L's Diary: Eps.256 - Di Dua Rumah Sakit yang Berbeda

wooper gifEpisode 256: Di Dua Rumah Sakit yang Berbeda

--Not in my diary—


Parmin terbangun di kamar tempatnya dirawat di rumah sakit Fallarbor. Dia merasakan sakit di kepalanya, namun kemudian semuanya terasa biasa saja.
”Kamu sudah pingsan untuk waktu yang lama, wajar bila saat terbangun merasakan pusing,” ujar Dokter A yang rupanya ada di ruangan itu.
”Aku dimana?” tanya Parmin heran. ”Dimana kak L?”
”Kamu ada di rumah sakit... Lunar Servada membawamu kesini setelah kamu diserang Pokemon. Tubuhmu terbakar hebat, tapi aku bersama tim dokter telah menyembuhkan luka bakar itu. Sekarang kamu bahkan tidak bisa melihat ada luka bekas luka bakar lagi di tubuhmu,” jawab Dokter A menjelaskan.
Parmin langsung teringat pertarungan di gua Terra. Dia ingat saat itu Groudon melontarkan ledakan api dan membakar tubuhnya. Yang terakhir dia rasakan adalah panas yang sangat dan setelahnya dia sudah tak bisa mengingatnya lagi.
Parmin melihat pada kedua tangannya, tampak putih bersih seolah tidak pernah terbakar. Dia heran karena seharusnya banyak luka bakar di tubuhnya. Dia lalu melihat ke kakinya, hal yang sama yang terjadi pada tangannya, tidak ada luka bakar.
”Beruntung teknologi kedokteran sudah semakin canggih saja, jadi kamu tidak perlu merisaukan bekas luka bakar yang mengganggu,” jelas Dokter A melihat keheranan Parmin.
”Berapa lama aku disini dan... dimana kak L?” tanya Parmin kemudian.
”Kamu sudah berada disini untuk satu bulan lamanya, selama itu kami berusaha melakukan perbaikan pada jaringan tubuhmu. Kamu tak perlu cemas dengan biayanya karena Lunar sudah membayar untuk ini,” jawab Dokter A. ”Dan mengenai Lunar atau kamu memanggilnya kak L, dia sudah pergi. Dia meninggalkan surat untukmu. Aku menyimpan surat itu dengan baik dan percayalah aku bukan orang yang suka ingin tahu masalah orang lain.”

Dokter A mengeluarkan sebuah amplop dari saku jasnya dan memberikannya pada Parmin. Parmin menerimanya, membuka amplopnya dan mulai membaca...

Untuk Parmin, Maaf bila kak L pernah menyusahkanmu, pernah melibatkanmu dalam perburuan ambisius kak L untuk mendapatkan Groudon. Semuanya sudah berakhir sekarang, kak L sudah berhenti mencari Groudon. Terima kasih karena telah menemani kak L selama ini, semua bantuanmu tidak akan pernah kak L lupakan. Maaf bila kak L pergi begitu saja, karena ada sesuatu yang harus kak L lakukan. Mungkin lebih baik bila kita berpisah, bila kamu tidak mengikuti kak L lagi. Gapailah impianmu, gapailah keinginanmu. Kak L yakin kamu bisa mendapatkannya. Kamu pelatih yang hebat, tapi mungkin kamu belum menyadarinya. Perjuangkan apa yang kamu inginkan, sebagaimana kak L memperjuangkan Groudon. Sayang kak L belum mengenalmu lebih jauh, tapi kita pasti akan bertemu kembali. Sampai jumpa temanku, semoga kebaikan selalu bersamamu. Sekarang adalah waktu bagimu untuk berpetualang sesuai keinginanmu sendiri, jangan bergantung pada orang lain. Sampai jumpa dan teruslah bersemangat seperti yang telah kamu ajarkan ke kak L. Terima kasih atas semuanya...

--Lunar Servada—

Parmin melipat kertas surat itu perlahan dengan rapi. Dia lalu turun dari tempat tidur dan langsung berlari keluar kamar, menyusuri koridor hingga keluar dari rumah sakit. Sesampainya di depan pintu rumah sakit, bocah berambut keriting itu berteriak keras...
”KAK L!!! TERIMA KASIH!!!”

*

Lain di Fallarbor, lain pula di rumah sakit Mauville...

Profesor Hurr terduduk di tempat tidurnya. Keadaannya sudah membaik, namun kata dokter masih membutuhkan banyak istirahat.
”Apa yang Profesor pikirkan?” tanya Sammon yang menungguinya di samping tempat tidur melihat Profesor tampak murung.
”Tidak, tidak ada yang aku pikirkan,” jawab Profesor dengan tatapan menerawang keluar jendela.
”Apa Profesor memikirkan Lunar Servada?” tebak Sammon penasaran.
Profesor Hurr menggeleng. ”Tidak, aku tidak memikirkannya... aku hanya memikirkan seorang sahabat...”
”Sahabat? Siapakah dia kalau aku boleh tahu...”
Profesor Hurr terdiam. Bayangan pertarungan waktu itu kembali muncul di kepalanya. ”Aku memikirkan Molotov... Molotov Drake...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...