
Di kamar hotel aku langsung menonton video rekaman yang diberikan Gaby. Kupikir aku memang harus menyaksikan pertandingan itu untuk mengatur strategiku menghadapi partai final. Jujur saja aku tidak menyaksikan pertarungan itu secara langsung karena aku terlambat bangun. Beruntung pihak panitia membangunkanku sehingga aku tidak terlambat pada pertarungan semifinal menghadapi Tomi. Well, sebenarnya aku datang tepat waktu… di detik-detik terakhir sebelum hitungan diskualifikasi selesai. Pyuh, sepertinya aku benar-benar tidak serius pada liga ini.
Erou Kernway, yang dibicarakan oleh Gaby adalah seorang lelaki tinggi besar berambut abu-abu acak-acakan ala Giring Nidji tapi berwajah mirip Morgan SM*SH (Yunomisowell!). Dia memakai pakaian berjubah dan tatapan wajahnya menyorotkan keangkuhan absolut. Sementara itu Nerou terlihat tenang namun menyiratkan ketangguhan. Keduanya bertarung dengan ketat dan bisa kurasakan mereka berdua telah mengeluarkan kemampuan terbaik mereka masing.
Erou memiliki Infernape yang tangguh, menjatuhkan Metagross Nerou dengan sekali serangan. Tapi Nerou membalas dengan cepat pula. Dragonite miliknya mampu membalikkan keadaan dan kini yang aku saksikan di televisi, keduanya tinggal menyisakan Pokemon terakhir mereka. Well, sebenarnya tidak sesederhana itu, hanya saja aku kurang pandai dalam menceritakan kembali sesuatu yang aku lihat. Tapi intinya pergerakan Erou sudah bisa aku lihat, kuharap aku mampu menandinginya di partai final.
Aku mengulang beberapa bagian dalam video saat PokeNav milikku tiba-tiba berdering. Kuangkat alat komunikasi canggih di generasi ketiga itu dan terdengar suara familiar, kakakku.
“Lunar, sedang dimana kamu?” Tanya kak Lydia di seberang sana. Kakakku seorang peternak Pokemon dan juga top coordinator di Hoenn. Sebenarnya dia ingin sekali pergi ke Ever Grande untuk menyaksikan pertarunganku, namun kondisi kesehatannya belum membaik sejak peristiwa saat itu… dan semua karena salahku hingga mencelakakannya.
“Aku ada di kamar hotel,” jawabku.
“Apa kamu sedang menonton televisi?” tanyanya lagi.
“Aku sedang menyaksikan rekaman pertarungan semifinal, memangnya ada apa?” tanyaku penasaran.
“Coba kamu lihat di channel Hoenn TV, mereka sedang menayangkan ulasan liga, mungkin bisa berguna untukmu.”

“Bagaimana persiapan Anda menghadapi partai final nanti?” Tanya Gaby.
“Biasa saja, hanya sedikit pemanasan bersama Rattata,” jawab Erou angkuh, sudah kuduga.
“Bagaimana pendapat Anda terhadap Lunar Servada, sanggupkah Anda mengalahkannya?” Tanya Gaby lagi.
“Lunar Servada bukan halangan bagiku, apalagi dia pincang. Dia akan mudah dikalahkan, kupikir satu Pokemonku saja cukup untuk menjatuhkannya.”
“Sombong sekali dia,” desisku kesal. Wajar saja bila Gaby menjadi kesal dan memintaku untuk bisa memenangkan pertarungan.
“Aku adalah trainer Pokemon terkuat disini, tidak ada yang bisa menghentikanku, bahkan si pincang itu bukan masalah bagiku. Takkan ada yang bisa menghentikan keinginanku untuk menjadi juara liga Pokemon tahun ini.”
Cis, ucapan lelaki ini semakin membuatku kesal. Dia benar-benar angkuh seperti julukannya.
“Adakah pesan yang ingin Anda sampaikan pada Lunar Servada?” Tanya Gaby kemudian.
“Oh, tentu saja,” jawab Erou. Kali ini kamera bergerak membidik wajahnya secara penuh. Erou menatap ke kamera dan berkata, “Si pincang dari Verdanturf, Lunar Servada… keberhasilanmu mencapai final adalah sebuah keberuntungan, kau tak layak menyandang gelar juara… aku akan mengalahkanmu dengan cepat, secepat aku menyingkirkan seekor Rattata dengan repel… camkan itu baik-baik… ckckck..”
Darahku semakin mendidih mendengarnya. Aku tak terima… lelaki sombong itu telah membuatku marah!
“Lunar, kamu masih disana?” Tanya kak Lydia di telepon.
“Ah, iya… aku menyaksikan Hoenn TV,” jawabku kaget. “Orang itu membuatku marah.”
“Kakak berharap kamu bisa memenangkan final ini, karena kamu membawa nama kota kita, Verdanturf. Kami disini mengadakan nonton bareng dan mereka menertawakan julukanmu yang konyol,” kata kak Lydia. “Tapi kenapa wawancara denganmu hanya berisi narasi dan gambar sekilas saja? Kenapa pihak televisi tidak menayangkan proses wawancaranya?”
“Oh itu… entahlah, mungkin menurut mereka wajahku tidak camera face…. karena jerawat…”
Sedetik kemudian tawa kak Lydia meledak keras di PokeNav, membuatku semakin kesal saja…
Wkakakak! Tamat riwayatmu pincang!!!
BalasHapus