
Aku termenung dan melamun, memunculkan kembali bayangan-bayangan kasar peristiwa yang terjadi dua bulan yang lalu. Ada banyak hal telah terjadi, dan kini aku berada di puncak turnamen setelah dua tahun perjalanan sebagai seorang trainer Pokemon. Aku masih sangat ingat, tujuanku menjadi trainer Pokemon awalnya adalah untuk bisa mendapatkan Pokemon legenda yang telah kuincar sejak masih kecil. Kini setelah semuanya berlalu, aku masih saja menjadi trainer Pokemon, kali ini mengikuti liga yang bergengsi di provinsi ini yang di luar dugaan aku mampu mencapai partai final.

“Aku tidak bersembunyi, aku hanya minum di bar,” jawabku ketus, mencoba menutupi keterkejutanku.
“Oh ya?” Erou langsung merebut gelas minuman yang ada di depanku. Dia meminumnya seteguk dan meletakkannya kembali ke meja. “Jahe? Seorang finalis liga Pokemon minum wedang jahe? Ckckck…” ledeknya. “Seharusnya kau minum minuman berkelas ala orang-orang kaya, itu menaikkan prestise.”
Minuman berkelas? Kata-kata itu mengingatkanku pada seseorang…
“Aku kedinginan, wedang jahe bisa menghangatkannya,” jawabku tenang. “Dan apa hakmu mengurusi minumanku?”
Erou bergerak ke depanku dan menatapku tajam. “Karena aku lawanmu, bocah lemah!”
“Oke, aku tak suka basa-basi, katakan saja langsung apa yang kau inginkan,” tanyaku mulai kesal.
Erou terdiam. Dia lalu mengambil kursi dan duduk di depanku. “Dengarkan Lunar Servada. Aku yakin kau pasti menginginkan pertarungan yang menarik. Sejak hari pertama liga ini digelar bukankah selama ini lawan yang kau hadapi adalah lawan-lawan yang mudah dengan pertarungan membosankan dan tak menarik?”
“Umm…” aku terdiam. Memang benar yang dikatakan oleh Erou, sejauh ini lawan yang kuhadapi adalah lawan-lawan yang mudah dan pertarungan yang terjadi pun pertarungan yang membosankan, sehingga membuatku merasa tak bersemangat. “Ya, begitulah…” akhirnya aku mengiyakan.
“Nah, kupastikan kau tidak akan bosan saat bertarung denganku karena aku adalah trainer yang kuat, mungkin terkuat disini. Aku jauh-jauh dari Johto kesini bukan cuma ingin melihat air terjun,” jelasnya kemudian. “Aku disini mencari kesenangan, kesenangan dalam bertarung Pokemon.”
“Uh-huh…” sahutku bergumam mencoba menunjukkan minat.
“Aku menginginkan hal yang tidak biasa, dalam hal ini aku menantangmu!” Erou berdiri dengan angkuh.
“Apa tantanganmu?” tanyaku cepat sambil ikut berdiri. Kini kami saling menatap seperti akan berkelahi. Pelayan bar tampak ketakutan melihatnya dan mungkin mengira kami akan berkelahi.
Lama kami terdiam saling menatap, mata kami saling bertemu dan mungkin kalau lebih lama lagi, aku akan menangis. Aku tidak kuat dalam perang tatapan mata, itulah mengapa aku menghindari kontak mata sebisa mungkin.
“Tantanganku adalah…” ujar Erou memecah kebisuan. “Adalah…”
*
Hari ini pertarungan final berlangsung. Aku sudah berada di ruang tunggu arena, bersiap berjalan menyusuri lorong untuk muncul di arena. Di tanganku tergenggam sebuah bola berwarna hijau, Nest Ball khas dari Verdanturf. Pokemon dalam Nest Ball ini akan menjadi Pokemon pertamaku, seperti yang telah kusepakati dengan Erou kemarin malam.
Aku baru saja akan berdiri dari tempat duduk saat kusadari seseorang berdiri di depanku, sedari tadi menatapku yang menunduk memandangi Nest Ball.
“Sammon…” sapaku mencoba ramah saat menyadari kawanku itu.
“Lunar,” balasnya. “Aku sengaja tidak ikut dalam liga ini karena aku ingin melihatmu disini, di arena ini pada hari ini. Aku yakin kau bisa mencapai hari ini, kau trainer yang kuat.”
“Sammon, apa maksudmu?” tanyaku tak mengerti. Aku heran dengan sikap Sammon yang begitu hangat padaku, padahal sebelumnya dia sangat membenciku akibat perbuatanku pada profesornya. Ugh, kenapa peristiwa itu kembali teringat?
“Lunar, kau mungkin melakukan kesalahan, tapi sebagai seorang teman aku mendukungmu. Menangkan pertarungan ini untukku, kau pasti bisa.”
“Sammon, maafkan aku… aku tak bermaksud…”
“Aku sudah memaafkanmu, dan aku tidak bisa menghakimi ambisimu,” potong Sammon singkat. Dia menepuk bahuku dan berkata, “Lakukanlah yang terbaik, yang bisa kau lakukan.”
Aku mengangguk. “Terima kasih Sammon.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...