SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Selasa, 01 November 2011

L's Diary: Eps. 310 - Bentuk Lain Cinta

Episode 310. Bentuk Lain Cinta

Kembali ke L’s Diary, kembali ke sudut pandangku...

“Ti... tidak mungkin...” Pin-Eye tampak tak percaya dengan yang dilihatnya. Kage, Ninjask andalannya terkapar tak sadarkan diri di atas tanah. “Bagaimana bisa sebuah sayatan menjatuhkan Kage dengan telak?”
“Tarian pedang,” jawabku pendek. “Karena Dian telah melakukan tarian pedang...”
“Tarian pedang?”
“Sebagai ninja harusnya kau tahu... itu bukan sekedar tarian, itu meningkatkan kekuatan serangan fisik penggunanya,” kataku menjelaskan. “Dian memaksakan dirinya terkena bola bayangan untuk melakukan tarian itu, dia mempertaruhkan dirinya sendiri untuk bisa melakukan sayatan yang kuat...”
“Aku tak percaya ini... aku telah kalah,” kata Pin-Eye tampak putus asa. Dia berjalan pelan menghampiri Ninjask miliknya dan jatuh terduduk disana. “Kage, kenapa kau bisa kalah?”

“Terimalah kekalahanmu Pin-Eye,” kata Melona ikut bicara. “Seperti yang telah kalian pertaruhkan, kau harus menepati janjimu untuk berhenti mengusik Lunar, berhenti memaksanya menikah.”
“Tetapi aku... tetapi aku mencintainya! Aku tak tahu harus bagaimana bila aku tak menikah dengannya... aku hanya ingin...”
“Dengar Pin-Eye,” ujarku memotong perkataan Pin-Eye. Kuhampiri dia dan merunduk mengimbanginya. Kupandangi matanya yang sembab dan kuhapus perlahan. Pin-Eye lalu membalas pandanganku. “Kau tak harus menikah denganku bila kau pikir kau mencintaiku,” kataku kemudian. “Cinta tidak harus seperti itu, tidak harus memiliki.”
“Mudah bagimu mengatakan itu Lunar, kau tidak tahu rasanya,” jawab Pin-Eye lemah.
“Aku tahu,” kataku mengangguk. “Aku juga pernah merasakanya. Merasakan bagaimana saat cintamu tidak bisa kau berikan... saat aku tidak bisa bersama dengan wanita yang aku cintai... yang telah pergi selamanya, takkan pernah kembali lagi.”
“Apa maksudmu?”
Aku berdiri dan berbalik membelakangi Pin-Eye. “Aku dulu memiliki seorang kekasih yang sangat aku cintai... tapi dia telah meninggal dunia dalam tugasnya,” kisahku. “Apa kau pikir aku bisa menerima kepergiannya? Apa kau pikir aku bisa merelakan cintaku pergi begitu saja? Tidak Pin-Eye... aku tidak bisa...
“Aku berduka cukup lama untuk kematiannya,” lanjutku. “Aku mengutuk betapa kejamnya hidup ini yang telah memisahkanku dengannya... dengan orang yang sangat aku cintai, yang sangat aku kasihi... aku bahkan belum sempat melakukan banyak hal dengannya...” Perlahan air mata jatuh menetes di pipiku. Aku terbawa perasaanku, membuatku merasa sangat sedih.
“Bahkan sempat terpikir di benakku,” lanjutku sambil menyeka air mata. “Sempat terpikir di benakku untuk pergi menyusulnya... apa gunanya aku hidup bila aku tidak bisa melaluinya bersama orang yang aku cintai? Apa gunanya?!” Aku terdiam. Kurasakan dadaku begitu sakit, kenangan ini benar-benar menyakitkan. “Tapi nona Ester tidak menginginkan itu,” sambungku berhasil menguasai diriku. “Nona Ester tidak ingin aku terpuruk, dia ingin aku melanjutkan hidupku... dia ingin aku bisa tabah menerima kepergiannya... karena hidup harus terus berjalan...”
“Bila kau mencintainya... kau harus bisa melakukan hal terbaik yang bisa kau lakukan... untuk membuatnya bangga... itulah wujud dari cinta yang sebenarnya.”
Aku tak bisa menahan diriku lebih lama lagi. Aku jatuh terduduk dan menangis sejadinya. Nona Ester... kenapa kau pergi... kenapa kau meninggalkanku begitu cepat? Aku tak sanggup hidup tanpamu... aku ingin kau ada disini sekarang, menghiburku seperti yang dulu kau lakukan... Nona Ester... aku benar-benar mencintaimu...

*

Sementara itu, nun jauh di puncak gunung Pyre, tanpa kutahu...

“Dia masih mencintaiku...” ujar sesosok tubuh menyerupai Spectra. “Kalian dengar itu? Dia masih sangat mencintaiku...”
Sosok menyerupai Spectra itu melihat jauh ke depan, dikelilingi Pokemon-Pokemon hantu, di pemakaman gunung Pyre.
“Aku bahagia mendengarnya mengatakan masih mencintaiku... bahkan setelah aku mati, dia masih mencintaiku. Lunar Servada, aku bangga padamu... terima kasih telah menjadi kekasihku... terima kasih telah mencintaiku begitu tulus... tapi terimalah kenyataannya... kita tidak akan bisa bersatu...”
Spectra terdiam. Dia lalu berjalan pelan menuju kabut tebal gunung Pyre ditemani Pokemon-Pokemonnya. Langkahnya terhenti sebelum memasuki kabut dan dia menoleh ke belakang.
“Lunar, lanjutkan hidupmu... buatlah aku bangga, dan penuhilah takdirmu....” usai mengatakannya, sosok itu kembali melangkah berjalan memasuki kabut dan tak terlihat lagi... hilang ditelan kabut...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...