
Tak lama setelah aku mengeluarkan Mangrove…
Sesuatu yang biru bergerak terguling-guling di tanah hingga kemudian berhenti. Itu seekor Wooper… Mangrove!
“Hiya!! Kamu hebat Lavender! Tinggal satu Pokemon lagi!” teriak Henry girang. “Kamu pasti bisa mengalahkan si Pincang! Aku bangga padamu!”
“Terima kasih Henry, aku sedang dalam kondisi terbaikku,” sahut Lavender tersenyum senang.
Sementara itu penonton tampak terperangah tak percaya dengan apa yang terjadi. Mereka tak percaya dua Pokemonku terkalahkan dengan mudah. Ya, kalian tidak salah baca… dua Pokemonku memang terkalahkan dengan mudah.

“Ada apa dengan si Pincang? Kenapa dia jadi begitu lembek hari ini?” komentar seorang penonton tampak kecewa.
“Sepertinya dia mengalah, aku tidak melihatnya mengeluarkan kemampuan terbaiknya,” komentar yang lain.
“Ini sangat beresiko, harusnya si Pincang bertarung dengan kekuatan penuh karena pertarungan ini menggunakan sistem gugur… sangat menentukan…”
Mendengar komentar-komentar itu membuatku terdiam sejenak. Di satu sisi aku sedih karena membuat para penggemarku kecewa, tapi di sisi lain aku ingin melihat pasangan kekasih itu berbahagia. Well, inilah saatnya membalik meja…
Aku mengeluarkan PokeBall terakhirku yang akan kugunakan dalam pertarungan ini. Ini seperti berjudi, tapi aku percaya dengan kemampuanku sendiri. Aku yakin cukup dengan Pokemon utamaku ini aku mampu mengalahkan tiga Pokemon Lavender yang masih bertahan… atau jangan panggil aku si Pincang dari kota Verdanturf!
“Majulah dan kerahkan kemampuan terbaikmu… Guardian!”
Sandslash andalanku muncul ke arena, menghunus cakarnya yang tajam. Janjiku pada Lavender telah kupenuhi, sekarang saatnya mengeluarkan kemampuan yang sebenarnya!
“Sandslash andalan Lunar telah muncul ke arena, sekaligus menjadi Pokemon terakhirnya,” komentar Flame menanggapi kemunculan Guardian. “Mampukah Lunar membalik keadaan ataukah dia akan menerima kekalahan memalukan dari seorang trainer perempuan?”
Suasana hening sejenak. Para penonton khususnya penggemarku tampaknya sudah bisa menerima dua kekalahanku sebelumnya. Kini mereka tampak tidak sabar menantikan baik diriku maupun Lavender memberikan perintah pada Pokemon masing-masing.
“Aku sudah menuruti keinginanmu, Lavender,” kataku pada Lavender. “Kulihat kamu dan kekasihmu sudah menikmati kemenangan itu… kini aku tidak akan main-main lagi.”
Lavender tersenyum, sebuah senyum yang terasa ganjil. Dia lalu menunjuk ke arahku dan berkata, “Maaf kak Lunar, tapi pertarungan ini adalah milikku… akulah yang akan memenangkannya!”
“He?” aku terhenyak kaget. “Lho, bukannya kita sudah sepakat?”
“Awalnya memang begitu,” jawab Lavender. “Tapi melihat kegembiraan Henry, aku tidak mau merusaknya dengan kalah pada pertarungan ini…” lanjutnya. Lavender menunduk sebentar lalu mendongak mantap ke arahku. “Pokemon kak Lunar hanya tinggal Sandslash saja, sementara Pokemonku masih tersisa utuh tiga. Akan kumanfaatkan peluang ini untuk menjatuhkan kakak dan lolos ke babak selanjutnya!”
“He? Are you kidding me?” lagi-lagi aku terkejut mendengar ucapan Lavender yang di luar dugaan mengubah kesepakatan kami.
“Nope, I’m not kidding,” jawab Lavender mantap. “I’m serious now…! Gardevoir, hipnotis! Tidurkan Sandslash!”
Gardevoir memunculkan sinar spiral ke arah Guardian dan tak lama kemudian Dian tampak mengantuk, lalu tertidur. Apa? Tertidur? Ini… ini bisa lebih buruk lagi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...