SERVADA CHRONICLES: BATTLE SEASON
BAB LVIII. VERSUS GUY PART.3

Suasana arena begitu panas. Debu-debu pasir berterbangan kesana-kemari, dengan para penonton tampak terpana di tempat duduk mereka masing-masing melihat pertarungan keras yang tengah terjadi di arena Battle Dome. DarDoom, Houndoom milik Guy tengah bersiap melontarkan bola api dari mulutnya ke arah Guardian, Sandslash milikku. Guardian sendiri telah bersiap dengan serangan balasan dari Houndoom itu, namun Pokemonku itu tidak menampakkan gelagat akan bergerak menghindar. Dian hanya berdiri terpaku dengan tatapan tajam ke arah Houndoom. Houndoom pun demikian. Pokemon hitam bertanduk menyerupai anjing itu tak jua menyemburkan api dari mulutnya. Padahal, terlihat jelas nyala bara api di rahangnya yang terbuka lebar….
*
Dalam sudut pandang Pokemon, tanpa kumengerti…

“Bagaimana kau bisa menebak seperti itu?” tanya DarDoom tampak terheran meski begitu dia tetap mempertahankan api di rahangnya, seolah siap melepaskannya kapan saja.
“Pukulan penghisap… itu yang membuatku terpikirkan kembali pertarungan kita dulu,” jawab Dian. “Pukulan penghisap adalah jurus yang tidak memaksakan serangan, itu bergantung pada serangan yang digunakan lawan. Artinya, kau tidak memiliki niat untuk menyerangku.”
“Terbaca olehmu rupanya,” sahut DarDoom, masih dengan bola api di rahangnya. “Memang begitu. Aku tidak menyangka kau mengingat hal itu.”
“Sejak pertarungan melawan Ninjask di Lavaridge, aku mengingat semua pertarunganku dengan baik…. Termasuk pertarungan melawanmu di gunung Chimney. Karena itulah aku menduga kau masih saja tidak berani menyerangku.”
“Mungkin aku perlu berterima kasih pada ketidakberanianku ini,” kata DarDoom menanggapi ucapan Dian. “Karena ternyata aku mampu unggul melawanmu walaupun dari segi elemen kaulah yang lebih unggul. Pukulan penghisap membuatku selalu menyerang lebih cepat. U MAD BRO?”
Dian terdiam. Ucapan DarDoom membuatnya tidak bisa berkata apa-apa. DarDoom memang benar, pukulan penghisap membuat Pokemon berduri itu seolah tak bertaji apa-apa.
“Strategi Guy memang hebat, baru kali ini aku kewalahan seperti ini dimana posisiku sebenarnya unggul,” kata Dian kemudian. “Tapi aku tidak akan menyerah begitu saja Dar, aku tidak akan membiarkan Lunar kalah! Aku akan berusaha semampuku untuk memenangkannya!”
“Aku juga akan berusaha untuk memenangkan Guy!” balas DarDoom.
“Kalau begitu kenapa kau tidak juga menyemburkan apimu?” tanya Dian cepat.
“Itu…” kini ganti DarDoom yang terdiam. Pokemon berekor panah itu sepertinya ragu. “Sebenarnya aku berharap Guy akan memerintahkanku menggunakan pukulan penghisap sehingga aku tidak memiliki beban untuk melakukan serangan,” kata DarDoom kemudian. “Tapi rupanya Guy menginginkanku menggunakan semburan api. Dia sepertinya mengerti kalau aku tidak menikmati serangan pukulan penghisapku dan tidak ingin memaksaku melakukannya lagi. Padahal dia bisa menang bila aku menggunakan pukulan penghisap….”
“Jawab aku Dar!” teriak Dian keras. “Kenapa… Kenapa kau tidak mau menyerangku? Kenapa?!”
“Itu… Itu karena…”
“Bila kau tetap tidak mau menyerang, maka aku yang akan melakukannya! Sayatan!” Dian melompat cepat menghunus cakarnya yang berkilat di tengah badai pasir. Namun serangan itu mampu dihindari DarDoom dengan gesit. Sayatan Dian punya hanya menyapu angin.
“Jangan membuatku tidak memiliki pilihan!” sentak DarDoom terkejut dengan serangan cepat Dian. Dia mempertahankan api di rahangnya, membuka rahangnya lebih lebar seakan siap menyemburkan api. “Aku bisa menyemburkan api ini kapan saja aku mau!”
“Kalau begitu lakukan! Jangan hanya pandai menggertak!” teriak Dian kembali melompat untuk mendaratkan sayatan keduanya. Kali ini… api merah akhirnya tersembur keluar dari mulut DarDoom…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...