SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Rabu, 01 Agustus 2012

L's Diary: Eps.406 - DarDoom Bercerita

PhotobucketEpisode 406. DarDoom Bercerita

Masih dalam sudut pandang Pokemon yang tidak kumengerti…

“Kau memaksaku!” DarDoom akhirnya menyemburkan api yang mengenai bagian perut Dian. Alih-alih berhasil menyayatkan cakarnya, panas yang diakibatkan semburan api DarDoom di perutnya membuat Dian mundur cepat dan meringis kesakitan.
“Itulah yang kuinginkan Dar,” kata Dian sambil memegangi perutnya. “Aku menginginkan pertarungan yang adil. Kita sama-sama bertarung sebagai petarung sejati…”
“Kenapa kau terus memaksaku bila aku tidak mau?” tanya DarDoom dengan nada menyesal. “Aku tidak bisa…”
“Kenapa? Kau belum menjawab pertanyaanku?” tantang Dian. “Kau masih belum menjawab pertanyaanku kenapa kau tidak mau menyerangku secara langsung.”
DarDoom terdiam. Api yang ada di rahangnya kini sudah tidak ada lagi. Guardian terdiam melihat sikap diam DarDoom. Sepertinya dia tidak bisa memaksa lawannya itu untuk menjawab pertanyaan yang membuatnya penasaran.
“Kalau begitu aku tidak akan memaksamu lagi Dar…” kata Dian kemudian. “Aku tidak akan memaksamu lagi untuk menyerangku secara langsung. Akan tetapi…” Dian terdiam sejenak lalu melanjutkan, “Akan tetapi biarkan aku tahu apa alasanmu yang sebenarnya, agar kalaupun aku kalah dalam pertarungan ini… aku tidak akan penasaran lagi. Aku akan ikhlas bila pada akhirnya aku kalah, walaupun itu tentu saja mengecewakan Lunar.”
DarDoom menatap Guardian lama. “Baiklah Dian, sepertinya aku memang harus menjawabnya,” kata DarDoom terdengar ragu. “Aku akan menjelaskan kenapa aku tidak menyerangmu di pertemuan pertama kita… dan juga di pertarungan ini,” sambung DarDoom akhirnya menyerah. “Itu karena Lunar.”
“Karena Lunar?”
DarDoom mengangguk. “Ya, karena Lunar mirip sekali dengan tuanku… dengan pelatihku yang sebenarnya.”
“Pelatihmu yang sebenarnya?” tanya Dian semakin tak mengerti. “Maksudmu Guy bukan pelatihmu?”
“Guy adalah lelaki yang menyelamatkanku, yang sekarang kuanggap sebagai pelatihku,” jawab Dar. “Tapi bukan dia pelatih pertamaku.”
“Jadi begitu ya… pantas saja,” tanggap Dian terlihat paham. “Lalu apa karena dia mirip dengan pelatih aslimu, lalu kau tidak mau melawan Pokemonnya?”
DarDoom terdiam. Dia melihat ke arah Lunar yang tampak berteriak-teriak memberi perintah pada Dian. Suara lelaki pemilik Dian itu memang tidak terdengar olehnya karena saat ini dia dan Dian tengah berbincang sebagai sesama Pokemon.
“Saat pertama kali melihatnya di gunung Chimney…” kenang Dar, “…aku langsung terkenang kembali pada masa-masa petualangan luar biasa yang pernah kulewati bersama pelatih pertamaku itu. Aku ingat bagaimana saat itu aku masih berwujud seekor Houndour yang lemah, hingga kemudian aku berevolusi menjadi lebih kuat dalam wujud Houndoom.
“Aku ingat saat pertama kali lelaki itu menolongku,” sambung Dar bercerita. “Dia menyelamatkanku dari peperangan brutal yang terjadi di region tempatku berasal. Aku ingat dia sempat membawaku ke rumahnya, bertemu dengan dua anaknya.”
“Waow! Dia sudah punya anak? Dia pasti pelatih yang hebat,” decak Dian kagum. “Pantas bila dia begitu berarti bagimu.”
“Ya, dia tak hanya hebat, dia juga sangat baik.”
“Jadi karena itu kau tidak mau menyerangku? :okay:”
“Aku akan merasa sangat berdosa bila menyerang pelatihku sendiri… meskipun sebenarnya itu cuma mirip saja, bukan benar-benar pelatihku. Kau pasti bisa merasakan apa yang kurasakan ini,” jelas Dar.
“I see… I see…” Dian mengangguk sambil sok bahasa Inggris. “Aku bisa memahaminya, karena aku pernah mengalami hal itu,” kenang Dian. Pokemon berduri itu kembali teringat pada insiden di gurun pasir rute 111 saat dia secara tidak sengaja menghajar Lunar, pelatihnya sendiri. Dia sangat menyesal saat menyadari serangannya sangat melukai pelatihnya itu. “Pelatih pertama… Original trainer memang pasti sangat meninggalkan kesan bagi setiap Pokemon… I know that feeling bro…”
Dian terdiam memandang DarDoom dengan tatapan sayu seakan bersimpati padanya. Dia lalu berjalan pelan mendekati Pokemon bertanduk melengkung itu seakan ingin memeluknya atau sekedar meletakkan tangan di bahunya untuk berbagi kesedihan. Akan tetapi yang terjadi ketika Dian sudah berada tepat di depan Pokemon itu adalah….
“Tapi gak gitu juga kaleee!!!” pekik Dian keras. “Loe masih kudu ngelawan gue! Loe kate gue ada disini buat nangis menye-menye gak jelas gitu? Pertarungan ini bloman kelar tau! Buruan gih serang gue!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...