
Kembali ke L’s Diary, dalam sudut pandangku…
“Houndoom menyerang Sandslash! Pertarungan ini masih belum berakhir!” teriak Flame diikuti tepuk tangan meriah para penonton. Ya, pertarungan yang kukira akan berakhir ini ternyata masih berlanjut, tentunya tinggal beberapa serangan lagi mengingat kedua Pokemon sudah habis-habisan mengeluarkan energinya.
“Kupikir Houndoom, hanya bisa melakukan pukulan penghisap, ternyata dia tak lupa dengan jurus apinya,” kataku setelah Houndoom menyerang Guardian dengan semburan api. “Aku ingat dia tak mau menyerang Dian pada pertemuan pertama kita waktu itu saat kau menyuruhnya menyemburkan api.”
“Aku juga tak menyangka dia akan mau menyerang dengan jurus itu,” sahut Guy. “Walaupun tentunya pukulan penghisap jauh lebih efektif untuk mengalahkanmu. Kalau begitu… DarDoom, sudahi dengan pukulan penghisap!”
“Dian, tarian pedang!”
Houndoom baru akan menyerang namun langsung terhenti ketika Dian menari-nari untuk kedua kalinya.
“Sial, lagi-lagi tarian pedang… ini memang berat,” gerutu Guy yang kini tidak dapat bersikap tenang lagi.
“Apa kau akan terus mengambil resiko peningkatan kekuatan Sandslash milikku dengan tidak melakukan serangan langsung?” tanyaku sumringah.
“Tapi sekali saja sudah cukup untukku Lunar,” kata Guy memaksakan senyum, seolah ingin menampakkan sikap tenang. “Berapa kalipun Sandslash melakukan tarian pedang, akan tetap Houndoom yang menyerang terlebih dahulu. Beberapa pukulan penghisap dan sekali semburan api tadi sudah cukup melukainya. Satu kali pukulan penghisap saja akan bisa menghentikan langkahmu di turnamen ini. Maaf kawan, aku yang akan menang… aku mengharapkan serangan kritis!”
“Kalau begitu aku bergantung pada selubung pasir!”
“Selubung pasir ya? Kau sangat mencurigakan Lunar,” pancing Guy dengan tatapan menyelidik. “Aku melihat jelas kau mengeluarkan badai pasir ini dari tubuhmu, bukan dari Sandslash. Dan kau mengatakan sesuatu tentang PokeHuman. Apa yang sebenarnya terjadi Lunar? Apa kau berbuat curang?”
“Aku tidak berbuat curang, Guy,” belaku. “Anggap saja ini anugerah dan keuntunganku… Dan kau telah sial karena berhadapan denganku!” aku balas menatap Guy dengan tajam, berniat mengirimkan ketakutan lewat matanya. “Maka, persiapkanlah strategi terakhirmu!”
“Baik, kau benar-benar memaksaku berpikir keras!”
Aku dan Guy kembali terdiam. Kami saling menatap, memikirkan rencana terakhir yang akan kami gunakan untuk menyudahi pertarungan ini. Baik Sandslash maupun Houndoom hanya memiliki satu kesempatan untuk bisa menyerang, yang artinya siapapun yang bisa mendaratkan serangan terlebih dahulu, dialah yang akan memenangkan pertarungan sengit ini.
“Setelah diwarnai kemunculan badai pasir yang misterius, pertarungan ini akhirnya mencapai puncaknya!” pekik Flame memecah kebisuan di antara diriku dan Guy. “Siapakah yang akan menang?”
“Ayo Pincang!”
“Ayo Guy!”
“Pincang! Pincang! Pincang!”
“Guy! Guy! Guy!”
Suasana menjadi semakin tegang. Para penonton berkali-kali meneriakkan nama kami berdua, sudah tidak sabar untuk melihat akhir dari pertarungan penuh strategi ini. Aku benar-benar tak menyangka akan melewati pertarungan yang begitu berat di sepanjang turnamen ini… berbeda dengan liga Ever Grande sebelumnya. Turnamen ini benar-benar menguras pikiranku!
“Bersiaplah untuk kalah, Lunar! DarDoom, Semburan api!”
“Guardian, galian!”
Dian
dengan cepat menancapkan cakarnya hendak menggali tanah saat di waktu
yang bersamaan Houndoom menyemburkan api panjang dari mulutnya. Api itu
mengenai Dian terlebih dahulu, membuat Sandslash andalanku itu sempat
terhuyung. Saat itu semua penonton terhenyak kaget, termasuk diriku yang
cemas bahwa Dian akan langsung terjatuh pingsan. Namun rupanya
keberuntungan masih berpihak padaku. Dian masih mampu menguasai tubuhnya
dan berikutnya menggali tanah dan hilang begitu saja dari pandangan.
“Lunar, tahukah kau kalau sebenarnya Dian tengah menggali kuburannya sendiri? Pukulan penghisap akan langsung menghempaskannya!” kata Guy terdengar begitu meyakinkan.
Guy memang benar, membuatku langsung bergidik membayangkan kekalahan di depan mataku. Aku pun menggigit bibirku, berharap keberuntungan sekali lagi berpihak padaku…
“DarDoom… Pukulan penghisap!!!”
“Lunar, tahukah kau kalau sebenarnya Dian tengah menggali kuburannya sendiri? Pukulan penghisap akan langsung menghempaskannya!” kata Guy terdengar begitu meyakinkan.
Guy memang benar, membuatku langsung bergidik membayangkan kekalahan di depan mataku. Aku pun menggigit bibirku, berharap keberuntungan sekali lagi berpihak padaku…
“DarDoom… Pukulan penghisap!!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...