SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Senin, 17 Maret 2014

Lunar's Diary: Eps.419 - Sel-A


Episode 419: Sel-A

Di kamar hotelku…

Pertarungan babak perempat final Frontier Festival telah selesai. Empat orang semifinalis telah ditentukan. Di semifinal nanti, aku akan berhadapan dengan Reaper yang telah mengalahkan Henry. Sementara di semifinal yang lain, Volta akan melawan petarung perempuan bernama Yuki yang di perempat final terakhir sukses menjatuhkan petarung bernama Yura. Pertarungan semifinal akan digelar besok, dan lawanku bukan lawan yang mudah, dia adalah Reaper, sosok misterius yang telah membuat Henry hilang ingatan. Dia juga yang telah melukai Solar, Tropius milikku. Aku yakin itu.
Aku mesti memikirkan strategi yang matang untuk bisa mengalahkan Reaper, bila aku ingin terus bertahan dalam Frontier Festival. Melawan Guy di Perempat Final saja aku mesti mati-matian hingga batas kemampuanku.Yang pasti, aku tidak boleh kalah dari Reaper. Aku harus bisa mengalahkannya, dan membuka kedoknya selama ini.
TOK! TOK!
“Siapa?” tanyaku ketika kudengar suara ketukan pintu.
“Ini aku, Flame,” jawab suara perempuan dibalik pintu yang kukenali sebagai Flame. Flame?Apa dia sudah sembuh? Sebenarnya aku tidak ingin bertemu dengan Flame setelah insiden PokeHuman kemarin. Aku merasa bersalah telah membuatnya terluka. Tapi… “Masuklah Flame,” ujarku kemudian, mempersilakannya masuk.
Perlahan pintu kamar terbuka. Perempuan berambut merah berjambul yang kukenali sebagai Flame masuk ke dalam. Tanpa kupersilakan, dia lantas duduk di kursi yang ada di kamarku, memandang ke arahku. Belum sempat dia bicara, aku terlebih dulu mengeluarkan pertanyaan.
“Bagaimana keadaanmu?Apa kau baik-baik saja?”
Flame mengangguk pelan. “Ya, aku baik-baik saja. Efek tubuh api itu memang sempat membuat tubuhku kehilangan cairan. Tapi sekarang sudah pulih kembali,” jawabnya menjelaskan.
“Syukurlah. Flint sangat khawatir dengan keadaanmu,” sahutku.
“Memangnya kamu tidak khawatir?” tanyanya kemudian.
“Tentu aku khawatir,” jawabku cepat.“Aku sangat khawatir, bila pusaran pasir dari Guardian melukaimu.”
“Itu justru menolongku,” tutur Flame. “Kamu menyelamatkanku dengan pusaran pasir. Pusaran pasir itu berhasil mengurung kemampuan tubuh apiku.”
Aku diam tak menyahut. Flame pun demikian, diam tak bersuara. Dengan rasa bersalahku, aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi kemudian aku berkata…
“Itu pertama kalinya aku melihat tubuh api atau Flame Body. Aku tak menyangka bisa sebesar itu. Aku sangat takut terjadi apa-apa denganmu,” kataku dengan wajah tertunduk. Aku tidak mampu melihat wajah polosnya setelah apa yang kulakukan waktu itu. Mestinya aku tidak meladeni Volta, yang menantang duel PokeHuman.
Flame tersenyum. Dia lantas memegang tanganku lembut. “Kamu lihat sendiri kan, apa yang pernah aku ceritakan dulu. Kemampuan PokeHuman yang menurutku adalah… kutukan.”
Aku langsung teringat ketika aku, Flame, dan Volta masih tergabung dalam regu elit di Tim  Magma. Saat itu Flame pernah bercerita padaku bahwa tubuhnya memiliki kemampuan mengeluarkan api. Dia menceritakan, kemampuannya tersebut pernah aktif dan membuatnya membakar Kota Cinnabar, tempat tinggalnya. Akibat kemampuan itu, dia dikucilkan oleh masyarakat Cinnabar. Dia tidak punya teman, dan menjalani hidupnya dalam kesendirian bersama Eevee, Pokemonnya yang telah menjadi sahabatnya sendiri. Kini setelah melihat langsung bagaimana ‘kutukan’ itu muncul, aku tak menyangka tubuh api bisa sebesar itu. Kemampuan tubuh api itu benar-benar mengerikan. Wajar bila masyarakat Cinnabar lantas menjauhi Flame.Tidak, semestinya Flame tidak dikucilkan. Apa yang terjadi pada Flame bukanlah kesalahan Flame. Semestinya masyarakat bisa menerima dan memahaminya, bukan lantas menjauhinya.Flame juga manusia, dia juga berhak hidup.
“Aku hidup dalam ketakutan,” kisah Flame kemudian. “Pada hari terakhirmu di Tim Magma waktu itu, aku membakar kapal selam. Kutukan ini kembali muncul ketika aku marah saat menyadari Brodie yang menyebabkan kamu diusir oleh Paman Maxie.”
Eh? Ja… Jadi…
“Continent Magmarine mengalami kerusakan parah, dan Paman Maxie mengirimku kembali ke Kakek Blaine di Cinnabar.”
“Jadi kamu pun dikeluarkan dari Tim Magma… di hari itu?” tanyaku tercengang.
Flame mengangguk. “Ya.Aku dikuasai emosi dan tidak bisa mengendalikan kemampuanku. Paman Maxie tidak punya pilihan kecuali mengeluarkanku dari tim demi keselamatan para grunt Magma. Dan setibanya di Cinnabar, aku menjadi objek penelitian Kakek Blaine. Dia berusaha agar kemampuan tubuh api dapat hilang sepenuhnya dari tubuhku, sehingga aku dapat hidup dengan normal.
“Tapi PokeHuman merupakan misteri yang kompleks yang belum terpecahkan dengan ilmu pengetahuan.Meski telah melewati terapi selama kurang lebih satu tahun, kutukan ini belum juga hilang,” sambung Flame. “Blaine yang seorang ilmuwan belum juga mampu memecahkan misteri sel-A.”
“Sel-A?”
Flame mengangguk.“Ya, sel-A. Sel yang disebut-sebut menjadi pemicu munculnya kutukan ini. Serta vektor utama atas kemampuan Pokemon. Dalam penelitian yang dilakukan Kakek Blaine, diketahui bahwa sel ini memiliki karakteristik berbeda dengan sel manusia pada umumnya, dan dapat berkembang atas reaksi-reaksi tertentu.”
“Reaksi-reaksi tertentu?Reaksi apa?” tanyaku semakin tertarik.
“Emosi, perasaan manusia.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...