Episode
435: Teka-Teki Pokemon Kedua
“Treas, kembali!” panggilku
mengembalikan Treas kembali ke dalam Pokeball, setelah dia dihajar Magmortar.
“Kuakui, Magmortarmu itu luar biasa. Apa itu Pokemon yang diberikan Nanta
padamu?”
Volta mengangguk kecil. “Ya, kamu lihat
sendiri kan? Magmar yang tak berguna itu kini bisa jadi Pokemon yang sangat
mengerikan bagimu. Seperti yang dilakukannya pada Cradily-mu,” terangnya.
“Memang Magmortar lemah terhadap serangan tipe batu dari Cradily, tapi
kecepatan Cradily sudah sangat berkurang karena jurus mengutuk. HP-nya pun
tinggal 30 persen saja. Mudah saja bagi Magmortarku untuk segera mengirimnya
kembali masuk dalam Pokeball.”
“Apapun yang kamu katakan... Volta!”
sahutku mencoba menggertak. “Tapi pahami satu hal, aku masih ada Pokemon untuk
kutunjukkan padamu.”
“Oh ya? Aku tak sabar melihatnya...
temanku Lunar...” Volta terkekeh.
-----------------------
“Itu benar Magmar yang Tuan berikan pada
Volta?” tanya seorang lelaki besar berjas hitam di tribun VIP. Pertanyaan itu
diajukan pada lelaki pirang ber-sweater hitam yang duduk di sampingnya.
“Ya, tentu saja. Siapa lagi?” jawab
lelaki pirang yang tak lain adalah Nanta Paciolo itu. “Aku hanya
mengembalikannya, karena Magmar itu sebenarnya merupakan milik Volta itu
sendiri. Dia meninggalkannya di DayCare,” jelas Nanta. “Kamu tahu tidak Verda?
Ternyata menonton pertarungan secara langsung seperti ini seru juga ya.
Sepertinya sudah lama sekali aku tidak terlibat dalam tetek bengek liga Pokemon
seperti ini.”
“Tentu saja Tuan. Akan lebih seru lagi
bila rencana kita dimulai,” kata Verda, lelaki bertubuh besar itu.
“Itu kalimatku, Verda!” sahut Nanta
memandang ke arah Verda dengan sinis. Dia lantas menoleh, melihat ke arena.
“Memang akan lebih seru lagi bila rencana kita dimulai. Dan memang akan segera
dimulai. Apapun hasil pertarungan ini. Tapi tentu saja, dengan Magmar yang
kuberikan waktu itu, yang kini telah menjadi Magmortar, aku yakin saudara
sepupuku itu yang akan memenangkannya!”
-------------------------------
“Pertarungan
yang begitu seru antara Lunar dan Badut. Keduanya sama-sama telah kehilangan
satu Pokemon. Kini, Pokemon apakah yang akan dikeluarkan oleh Lunar untuk
menghadapi Magmortar?” ujar Flame yang suaranya menggema dan terdengar di
seantero Battle Dome karena dikeraskan melalui speaker yang ada di setiap sudut
bangunan ini.
Ya, seperti kata Flame, kini giliranku
untuk mengeluarkan Pokemon keduaku setelah kegagalan Cradily. Sebuah Pokeball
telah tergenggam erat di tanganku. Kupandangi Pokeball itu erat-erat, seakan
ragu untuk melemparkannya. Tapi aku tak punya pilihan, karena aku menyimpan
Guardian itu untuk pertarungan terakhir. Walaupun kuyakin Sandslash-ku itu
sanggup menjatuhkan Magmortar dengan cepat.
“Ada apa denganmu, Lunar?” tanya Volta
seakan melihat keraguanku. “Apa kamu tidak percaya dengan Pokemon yang ada di
tanganmu itu? Apakah Pokeball di tanganmu itu berisi Tropius, Pokemon tipe
rumput yang bisa dengan mudah dibakar oleh Magmortar?”
“Oh aku tahu! Kalau tidak salah Tropius-mu
yang namanya terdengar seperti BBM itu telah membuatmu kesusahan sendiri saat
melawan Guy,” lanjut Volta dengan nada mengejek. “Apa kamu takut kalau
Tropius-mu itu tak menuruti perintahmu, atau bahkan malah berbalik menyerang
dirimu sendiri?”
“Namanya Solar,” selaku memberitahu.
“Ya, itu dia... Solar,” sahut Volta
terkekeh. “Temanku Lunar, sebenarnya bukan masalah nama apa yang akan kamu
berikan pada Pokemonmu. Apakah itu Solar, Bensin, Premium, Pertamax, Elpiji,
atau LNG, semuanya akan bisa dikalahkan Magmortarku dengan mudah. Selama tentunya
Pokemonmu itu bertipe rumput...” mendadak ucapan Volta berhenti. Dia terdiam,
seperti sedang berpikir. “...Tapi setelah dipikir-pikir,” sambungnya. “Nama
yang kamu pilihkan untuk Tropiusmu itu sangat pas. Karena saat serangan api
Magmortar mengenainya, dia pasti akan berubah menjadi api yang sangat besar,
seperti api yang menyulut solar. Kamu jenius sekali Lunar...”
“Please deh Volta,” dengusku kesal. “Itu
tadi pujian atau hinaan ya?”
“Lupakan saja perkataanku itu,” jawab
Volta. “Yang penting sekarang segera keluarkan Pokemonmu, karena aku sudah tak
sabar untuk mengalahkanmu!”
Aku diam. Merenung. Kupandangi Pokeball
di tanganku. Aku tak tahu apa ini pilihan yang benar, tapi aku harus segera
menentukan sikap. Baiklah, aku tak boleh ragu. Aku akan melakukannya.
Sekarang... atau tidak sama sekali!
“Symphony.... Aku memilihmu!”
BAB LXII SELESAI
Keterangan alih bahasa:
-
Petarung: fighting
-
Batu: rock
-
Rumput: grass
-
Api: fire
-
Luncuran batu: rock slide
-
Mengutuk: curse
-
Melindur: sleep talk
-
Istirahat: rest
-
Pukulan karate: karate chop
-
Tergelincir: flinched
-
Ledakan api: fire blast
- Pingsan: fainted
Kak, movienya battle season kapan?
BalasHapusSegera, menunggu salah satu bab di Battle Season. Ditunggu ya. :)
BalasHapus