SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Senin, 02 Februari 2015

Lunar's Diary: Eps.442 - Keributan Penonton


SERVADA CHRONICLES BATTLE SEASON
BAB LXIV: FINAL FRONTIER PART 3

Episode 442: Keributan Penonton

Pertarungan final Frontier Festival berlanjut mempertemukan aku melawan Volta. Setelah melalui duel yang ketat, kini baik aku dan Volta tinggal menyisakan satu Pokemon untuk diadu. Pertarungan Pokemon terakhir kami ini bukan hanya bakal menentukan pemenang atas turnamen ini, melainkan juga menjawab pertanyaan, siapakah yang lebih hebat di antara kami berdua. Dan tentunya aku berharap itu adalah aku.
“Hei Lunar, akhirnya saat penentuan tiba ya. Aku sudah menunggu lama untuk ini,” seru Volta bersemangat. “Sepertinya kita sama-sama mengetahui Pokemon apa yang akan muncul ke arena. Aku menggunakan Pokemon utamaku, dan kamu menggunakan Pokemon utamaku. Bukan begitu, Pincang?”
Aku mengangguk. “Ya, sudah bisa dipastikan apa Pokemon terakhirmu, dan kamu pun sudah bisa memastikan apa Pokemon terakhirku. Karena ini bakal jadi ulangan dua pertarungan kita di masa lalu, sekaligus menjawab pertanyaan yang belum terjawab hingga saat ini,” uraiku panjang.
“Kamu benar Lunar,” sahut Volta. “Pada dua pertemuan tersebut, dua Pokemon kita ini selalu menjadi penentu. Sayangnya, kita sama-sama berbagi satu kemenangan, yang artinya saat ini kita masih imbang. Karena itu, duel terakhir ini akan menentukan siapa yang lebih hebat.... siapa yang benar-benar trainer Pokemon sejati.”
“Lunar temanku,” lanjut Volta. “Selepas perpisahan mendadak kita malam itu, telah banyak hal terjadi padaku. Pengalamanku pun bertambah, termasuk dalam melatih Pokemon. Aku pun yakin hal yang sama terjadi padamu. Bahkan kudengar kamu memburu Pokemon legenda sendirian....”
“Dan kamu mencuri Pokemon legenda dengan membuat kekacauan,” potongku cepat.
Volta mendengus. Dia menunduk, lalu langsung menatapku tajam. “Itulah... kenapa aku sangat menginginkan pertarungan ini. Aku sangat ingin tahu... siapa yang benar-benar berkembang!”
Sorakan penonton terdengar membahana di seantero Battle Dome yang menjadi tempat pertarungan. Suaranya bahkan menjadi begitu keras bila dibandingkan dengan pertarungan-pertarungan sebelumnya. Maklum saja, duel ini adalah duel terakhir, sekaligus menentukan siapa yang akan menjadi juara. Baik aku maupun Volta, sama-sama jadi unggulan. Kekuatan kami bisa dibilang seimbang.
Lihatlah penonton! Lihatlah apa yang tengah terjadi di arena!” teriak Flame memberi komentar. “Kedua finalis saling beradu urat syaraf sebelum melemparkan Pokemon terakhir mereka. Ini jadi begitu menegangkan bahkan sebelum pertarungan dimulai!”
“YEEEE!!!” sorakan keras langsung terdengar begitu serempak setelah Flame mengakhiri komentarnya. Disusul teriakan-teriakan dukungan yang dilontarkan padaku dan juga pada Volta.
“Ayo Badut, cepat kalahkan si Pincang itu! Kamu pasti jadi juara!” teriak salah seorang pendukung Volta.
“Pincang! Jangan mau kalah! Balaskan kekalahanmu di liga Ever Grande! Kamu harus menang di sini!” balas pendukungku tak mau kalah.
Teriakan-teriakan terus terdengar di arena, seakan-akan seluruh penonton di dalam Battle Dome saling berteriak keras. Teriakan dan sorakan itu begitu tak beraturan, memunculkan suasana begitu riuh ramai di arena. Bahkan sudah ada penonton yang mulai hilang kendali dengan melemparkan kembang api dan botol ke tepi arena. Ada juga yang mulai memukuli pendukung yang berseberangan dengannya. Mendapati situasi tak kondusif yang bisa berujung kerusuhan ini, Flame tampak bingung. Namun dia langsung mengambil langkah cepat.
Mohon perhatian untuk para penonton! Mohon untuk tetap tenang! Jangan membuat keributan dan jangan terprovokasi! Saya harap semuanya diam!” teriak Flame. Namun tetap saja para penonton ribut sendiri dan tak mengindahkan ucapan Flame, membuat gadis itu menjadi marah.
AKU BILANG DIAM!” Flame kembali berteriak, kali ini terdengar begitu keras sehingga membuat mikropon berdenging. Sontak saja para penonton terdiam dibuatnya. Mereka terkejut mendengar suara gadis itu yang begitu menggelegar.
Mendapati semuanya terdiam, Flame lalu berdehem dan melanjutkan perkataannya. “Baiklah semua pemirsa yang menyaksikan final ini secara langsung maupun melalui siaran televisi, duel yang kalian tunggu-tunggu akan segera terjadi. Pertempuran terbesar tahun ini, siapa yang akan jadi pemenangnya? Lunar si Pincang, ataukah si Badut?” tanya Flame melihat ke berbagai penjuru Battle Dome. “Kalian penasaran bukan?” tanyanya lagi sambil terus memandang ke segala penjuru. “Dan ya, kalian hanya bisa menyaksikannya di sini... di Frontier Festival!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...