SERVADA CHRONICLES BATTLE SEASON
BAB LXIV: FINAL FRONTIER PART 3
Episode
442: Keributan Penonton
Pertarungan final Frontier Festival
berlanjut mempertemukan aku melawan Volta. Setelah melalui duel yang ketat,
kini baik aku dan Volta tinggal menyisakan satu Pokemon untuk diadu.
Pertarungan Pokemon terakhir kami ini bukan hanya bakal menentukan pemenang
atas turnamen ini, melainkan juga menjawab pertanyaan, siapakah yang lebih
hebat di antara kami berdua. Dan tentunya aku berharap itu adalah aku.
“Hei Lunar, akhirnya saat penentuan tiba
ya. Aku sudah menunggu lama untuk ini,” seru Volta bersemangat. “Sepertinya
kita sama-sama mengetahui Pokemon apa yang akan muncul ke arena. Aku
menggunakan Pokemon utamaku, dan kamu menggunakan Pokemon utamaku. Bukan
begitu, Pincang?”
Aku mengangguk. “Ya, sudah bisa
dipastikan apa Pokemon terakhirmu, dan kamu pun sudah bisa memastikan apa
Pokemon terakhirku. Karena ini bakal jadi ulangan dua pertarungan kita di masa
lalu, sekaligus menjawab pertanyaan yang belum terjawab hingga saat ini,” uraiku
panjang.
“Kamu benar Lunar,” sahut Volta. “Pada
dua pertemuan tersebut, dua Pokemon kita ini selalu menjadi penentu. Sayangnya,
kita sama-sama berbagi satu kemenangan, yang artinya saat ini kita masih
imbang. Karena itu, duel terakhir ini akan menentukan siapa yang lebih
hebat.... siapa yang benar-benar trainer Pokemon sejati.”
“Lunar temanku,” lanjut Volta. “Selepas
perpisahan mendadak kita malam itu, telah banyak hal terjadi padaku.
Pengalamanku pun bertambah, termasuk dalam melatih Pokemon. Aku pun yakin hal
yang sama terjadi padamu. Bahkan kudengar kamu memburu Pokemon legenda
sendirian....”
“Dan kamu mencuri Pokemon legenda dengan
membuat kekacauan,” potongku cepat.
Volta mendengus. Dia menunduk, lalu
langsung menatapku tajam. “Itulah... kenapa aku sangat menginginkan pertarungan
ini. Aku sangat ingin tahu... siapa yang benar-benar berkembang!”
Sorakan penonton terdengar membahana di seantero Battle Dome yang menjadi tempat pertarungan. Suaranya bahkan menjadi begitu keras bila dibandingkan dengan pertarungan-pertarungan sebelumnya. Maklum saja, duel ini adalah duel terakhir, sekaligus menentukan siapa yang akan menjadi juara. Baik aku maupun Volta, sama-sama jadi unggulan. Kekuatan kami bisa dibilang seimbang.
Sorakan penonton terdengar membahana di seantero Battle Dome yang menjadi tempat pertarungan. Suaranya bahkan menjadi begitu keras bila dibandingkan dengan pertarungan-pertarungan sebelumnya. Maklum saja, duel ini adalah duel terakhir, sekaligus menentukan siapa yang akan menjadi juara. Baik aku maupun Volta, sama-sama jadi unggulan. Kekuatan kami bisa dibilang seimbang.
“Lihatlah
penonton! Lihatlah apa yang tengah terjadi di arena!” teriak Flame memberi
komentar. “Kedua finalis saling beradu
urat syaraf sebelum melemparkan Pokemon terakhir mereka. Ini jadi begitu
menegangkan bahkan sebelum pertarungan dimulai!”
“YEEEE!!!” sorakan keras langsung
terdengar begitu serempak setelah Flame mengakhiri komentarnya. Disusul
teriakan-teriakan dukungan yang dilontarkan padaku dan juga pada Volta.
“Ayo Badut, cepat kalahkan si Pincang
itu! Kamu pasti jadi juara!” teriak salah seorang pendukung Volta.
“Pincang! Jangan mau kalah! Balaskan
kekalahanmu di liga Ever Grande! Kamu harus menang di sini!” balas pendukungku tak
mau kalah.
Teriakan-teriakan terus terdengar di
arena, seakan-akan seluruh penonton di dalam Battle Dome saling berteriak
keras. Teriakan dan sorakan itu begitu tak beraturan, memunculkan suasana
begitu riuh ramai di arena. Bahkan sudah ada penonton yang mulai hilang kendali
dengan melemparkan kembang api dan botol ke tepi arena. Ada juga yang mulai
memukuli pendukung yang berseberangan dengannya. Mendapati situasi tak kondusif
yang bisa berujung kerusuhan ini, Flame tampak bingung. Namun dia langsung
mengambil langkah cepat.
“Mohon
perhatian untuk para penonton! Mohon untuk tetap tenang! Jangan membuat
keributan dan jangan terprovokasi! Saya harap semuanya diam!” teriak Flame.
Namun tetap saja para penonton ribut sendiri dan tak mengindahkan ucapan Flame,
membuat gadis itu menjadi marah.
“AKU
BILANG DIAM!” Flame kembali berteriak, kali ini terdengar begitu keras
sehingga membuat mikropon berdenging. Sontak saja para penonton terdiam
dibuatnya. Mereka terkejut mendengar suara gadis itu yang begitu menggelegar.
Mendapati semuanya terdiam, Flame lalu
berdehem dan melanjutkan perkataannya. “Baiklah
semua pemirsa yang menyaksikan final ini secara langsung maupun melalui siaran
televisi, duel yang kalian tunggu-tunggu akan segera terjadi. Pertempuran
terbesar tahun ini, siapa yang akan jadi pemenangnya? Lunar si Pincang, ataukah
si Badut?” tanya Flame melihat ke berbagai penjuru Battle Dome. “Kalian penasaran bukan?” tanyanya lagi
sambil terus memandang ke segala penjuru. “Dan
ya, kalian hanya bisa menyaksikannya di sini... di Frontier Festival!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...