SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Kamis, 07 April 2016

Eps. 456: Ingatan Dua Peristiwa

Episode 456: Ingatan Dua Peristiwa

Masih jelas ingatanku saat aku datang ke reruntuhan Gunung Cinnabar, tak lama setelah aku mendapatkan Groudon. Flame menjadi alasanku ada di sana, untuk mengembalikan kembali pulau Cinnabar, kediamannya itu seperti sedia kala. Pulau Cinnabar yang eksotis itu memang sebelumnya hancur lebur akibat letusan Gunung Cinnabar. Dengan membawa serta Groudon, harapanku adalah membangun kembali pulau itu dengan kemampuan kemarau yang dimilikinya. 
Tetapi nyatanya, aku tidak bisa mengendalikan Groudon di luar tubuhku. Dia mengamuk membabi buta, menyebabkan gempa yang begitu dahsyat. Susah payah aku berupaya mengendalikannya, bahkan aku nyaris mati waktu itu. Dia sama garangnya saat pertama kali kutemui di Gua Terra. Memasukkannya ke dalam lenganku sama sakitnya dengan saat mengeluarkannya dari lenganku. Rasanya lengan kiriku seperti akan hancur, retak, dan begitu menyakitkan. Saat itulah kusadari risiko yang ditanggung oleh inang Pokemon Legenda. Sebuah risiko yang tak pernah kusadari sebelumnya.
Kemudian saat Mickey datang ke Pasifidlog dan menghancurkan segalanya di sana. Tentacruel raksasa yang dikeluarkannya benar-benar membahayakan, membuatku tak punya pilihan selain memunculkan Groudon. Tapi sekali lagi Pokemon itu begitu buas. Dia memang berhasil menjatuhkan Tentacruel, namun dampak yang dihasilkannya juga begtu besar. Dia menghasilkan tsunami yang begitu dahsyat. Beruntung gelombangnya menghantam dinding kokoh Sootopolis dan tidak memakan korban jiwa.
Dua peristiwa tersebut membuatku tahu persis kenapa para Elite Four Hoenn bersusah payah mencegahku menemukan Gua Terra. Aku baru menyadari bahwa Pokemon legenda memang tidak seharusnya berada dalam kendali manusia, Pokemon legenda harus tetap berada di alam liar untuk menjaga keseimbangan lingkungan yang terhubung dengannya. Tapi aku sudah membuat perjanjian, dan sekarang penyesalanku takkan berarti apa-apa.
Sekarang aku harus hidup dengan rasa sakit ini, dan menjaganya hingga titik darah penghabisan. Karena bila Groudon muncul dalam kondisi tak terkendali, Volta akan bisa mendapatkannya dengan mudah. Dia itu sudah gila. Kudengar dari Celly, Volta hampir saja meledakkan satu kota dengan rencana jahatnya. Dan aku yakin dia bisa melakukan apapun untuk bisa mendapatkan Groudon, bahkan bila harus menghabisiku.
“Ingatlah Lunar, kamu sudah kehabisan Pokemon,” kata RedClaw tampaknya memahami apa yang kurasakan. “Apa yang akan kamu lakukan sekarang?
“Aku yakin Guardian masih bisa menangani ini,” jawabku.
Dia hanya akan jadi sasaran empuk. Dia hanya akan jadi Sandslash gepeng...
“Berhentilah bicara RedClaw,” potongku kemudian. “Aku percaya pada Pokemonku, dan aku yakin bertarung dengan mereka sampai penghabisanku,” sambungku. “Kini kusadari, bahwa sejak aku menempatkanmu dalam lenganku, sejak saat itu pula aku sudah menjadi bagian dari dunia ini. Bagian dari dunia yang ingin terus melihat dunia. Karenanya, takkan kubiarkan Volta merebutmu dan memanfaatkanmu untuk ambisinya.”
“Begitu... Jadi sekarang kamu peduli?
“Ya, selama ini aku dibutakan oleh ambisi dan keinginan yang tak berdasar. Aku hanya dikuasai nafsu sekejap, yang lahir dari masa laluku. Kusadari bahwa aku terjebak dalam masa laluku, aku terjebak dalam keinginanku untuk bisa mendapatkanmu dan membuktikan bahwa aku layak untuk diakui. Tanpa kusadari bahwa apa yang kulakukan selama ini, selama aku memburumu adalah.... sia-sia belaka.”
Aku terdiam. Tak ada jawaban RedClaw. Tampaknya Pokemon raksasa itu tengah berpikir mendengarkan ucapanku. Perkataan yang entah kenapa muncul begitu saja dan baru kusadari setelah tiga season lamanya serial ini berjalan. Aku terjebak, aku terjebak dalam masa laluku. Aku terjebak dalam sebuah cita-cita kosong. Semestinya kudengarkan kakakku, kudengarkan para Elite Four itu. Tapi tidak, aku justru melawan mereka dan terus saja mengejar mimpi yang kupercayai. Tanpa kusadari bahwa apa yang kulakukan selama ini sia-sia belaka. Tak ada apapun yang bisa kubanggakan saat ini.... tak ada apapun yang bisa kurasakan saat ini. Semuanya... semuanya sia-sia....
Tidak!” suara RedClaw kembali terdengar. “Apa yang telah kamu lakukan dan telah kamu lewati tidak sia-sia,” lanjutnya.
“Apa maksudmu? Apakah kamu tahu apa arti dari perjalananku selama ini?” tanyaku tak mengerti maksud perkataannya.
“Aku tahu, aku sangat tahu,” jawab RedClaw. “Berada dalam tubuhmu bukan berarti aku hanya diam saja di sini, menunggu masaku untuk bisa merasakan pertarungan terakhirku. Tapi, berada bersamamu membuatku bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Karena itu aku katakan, kamu tidak sia-sia. Pemburuanmu padaku selama ini telah melahirkan berbagai pengalaman yang membentuk dirimu. Dirimu yang sekarang adalah hasil dari proses perjalanan itu. Dan aku bisa menyimpulkan, perjalananmu adalah hal terbaik yang pernah kamu lakukan!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...