Episode 12: Usaha Terakhir Sandshrew
Baiklah, gerakan bola Sandshrew yang menggelinding tadi memberikanku sebuah ide. Biarpun kesempatan untuk mengalahkan Ninjask dengan ide ini sangat kecil, tapi harus mencobanya.
”Sandshrew, menggelinding ke arah bayangan-bayangan itu!” perintahku. Sandshrew lalu menggelinding dan menabrak satu-persatu bayangan Ninjask. Dengan begini akan ketahuan mana Ninjask yang asli.
”Apa?” Jiken terperangah. Sepertinya dia tak menduga hal ini. Tuk, dan Sandshrew lalu menabrak Ninjask yang asli.
”Itu dia!” teriakku. ”Sandshrew, sekarang cakar!” dengan tiba-tiba Sandshrew keluar dari tubuh bolanya dan langsung mengayunkan cakarnya ke arah Ninjask. Kali ini kena!
”Ho, rupanya kamu pintar juga bocah!” Jiken menggeram. ”Sekarang akan kuakhiri!” Ninjask, gunakan poros udara!” Ninjask melesat tinggi dan kemudian meluncur ke arah Sandshrew.
”Sandshrew, serangan pasir!” Sandshrew melemparkan pasir ke arah Ninjask tepat saat Ninjask akan menghantamnya. Kepulan debu karena serangan pasir pun mengepul menutupi kedua Pokemon tersebut.
Aku dan Jiken menunggu debu tersebut menghilang. Mungkin karena serangan pasir tadi terlalu dekat dengan Sandshrew dan Ninjask sehingga debunya bertahan cukup lama. Tapi perlahan demi perlahan debu yang menyelubungi Sandshrew dan Ninjask pun pudar. Kini kami bisa melihat apa yang terjadi dengan kedua Pokemon yang tengah bertarung tadi.
Aku tak percaya dengan yang kulihat. Tampak Ninjask berhasil menusuk perut Sandshrew sementara Sandshrew berusaha keras menahan tusukan Ninjask, namun Sandshrew berhasil menusuk mata Ninjask! Ninjask pun terjatuh ke tanah. Pokemon itu tidak bisa melanjutkan pertarungan.
”Berhasil!” aku berseru kegirangan. Akhirnya aku dan Sandshrew berhasil mengalahkan Jiken dan Ninjask-nya! Semuanya yang melihatnya terperangah seolah tak percaya, termasuk Jiken.
”Kurang ajar! Ninjask, kembali!” Jiken marah besar. Dia mengembalikan Ninjask ke dalam pokeball dengan menatapku tajam.
”Luar biasa, kau berhasil L,” ujar Flannery memberi selamat. ”Aku tak menyangka hal ini sama sekali.”
”Aku....hanya beruntung....” sahutku mencoba menutupi perasaan senangku. Aku tak mau terlalu senang sekarang, karena aku belum tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Aku tak tahu apakah Jiken akan menepati janjinya. ”Tuan Jiken, kau harus menepati janjimu. Sebaiknya kau dan anak buahmu pergi dari sini sekarang.”
Jiken tersenyum misterius. Dia menatapku, menatap Flannery, lalu berkata, ”Baiklah, kuakui kau hebat L, kau bisa mengalahkanku, maka akan kutepati janjiku. Ninja desa Abu takkan pernah ingkar janji. Dan kau Flannery, kau harus berterima kasih padanya karena telah menyelamatkan kotamu.” Jiken berbalik, dia memandang semua ninja yang sedari tadi menunggu perintah. ”Baiklah anak-anak.....kita pulang sekarang!” seru Jiken pada semua ninja.
Lagi-lagi Jiken tersenyum misterius. Dia lalu menatapku dan berkata, ”Baiklah, akan kukatakan kenapa kami, ninja desa Abu sangat ingin merebut sumber air panas ini.” Jiken pun mulai bercerita. ”Kami berniat membangun desa yang lebih maju lagi, kalau bisa lebih maju dari kota Fallarbor, tetangga kami. Lalu saat kami mengetahui bahwa kota Lavaridge memiliki sumber pemandian air panas, terpikirkan oleh kami untuk merebut daerah ini.”
”Mengapa?”
”Untuk mendapat penghasilan dan ketenaran sehingga banyak yang akan datang ke desa kalian,” sambung Flannery.
”Betul sekali nona api yang bergelora,” sahut Jiken. ”Desa kami terletak di kaki gunung Chimney, dimana setiap harinya selalu turun hujan abu dari gunung Chimney. Itulah mengapa desa kami disebut desa ninja Abu. Keadaan inilah yang membuat kehidupan di desa kami sangat merana. Banyak warga kami para ninja Abu yang tidak memiliki mata pencaharian karena wilayah kami sangat tidak memungkinkan untuk bercocok tanam. Pada akhirnya kami melakukan segala cara untuk dapat bertahan hidup di tengah kehidupan gunung Chimney yang ganas. Desa kami pun segera menjadi desa yang ditakuti oleh banyak orang sehingga kehidupan kami pun menjadi semakin susah dikarenakan tidak ada satupun orang yang berani datang ke desa kami. Mendengar nama desa ninja Abu, mereka pun jadi ketakutan. Kami seperti masyarakat yang terasing. Karena itulah kami berniat menganeksasi sumber air panas di kota ini. Selain dapat mendatangkan pemasukan, wilayah desa Abu pun akan semakin luas mengalahkan kota Fallarbor....” kisah Jiken panjang lebar.
”Begitu ya....” aku mencoba memahami kisah ninja desa Abu tersebut.
”Kenapa kalian tidak mencoba membuatnya sendiri?” celetuk Flannery tiba-tiba.
”Apa maksudmu?” tanya Jiken tak mengerti.
”Kalian bisa membuat sumber air panas di desa kalian dengan memanfaatkan geyser gunung Chimney,” jawab Flannery. ”Sumber air panas kota Lavaridge sendiri dulunya tidak seperti ini. Kami warga kota yang membangunnya dengan membuat aliran dari geyser gunung Chimney.”
”Benarkah itu?” tanya Jiken tak percaya.
Flannery menjawabnya dengan mengangguk. ”Aku bisa membantu kalian kalau kalian bersedia.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...