SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Selasa, 05 Januari 2010

L's Diary: Eps. 16 - Kesamaan Visi

wooper gifEpisode 16: Kesamaan Visi

Maxie menoleh pada gadis itu. ”Ada apa kau menggangguku Flame?” tanyanya.

Flame? Jadi nama gadis dengan rambut depan berwarna merah itu Flame?

”Paman harus menghentikan hal ini. Dia berkata benar. Dia bukan mata-mata Tim Aqua,” jawab gadis bernama Flame. Kulihat dia membawa tas ranselku.

“Kenapa kau membela orang ini? Memangnya kau punya bukti?” tanya Maxie agak kesal.

”Aku memeriksa tas orang ini dan menemukan bukti-bukti seperti ini,” ujar Flame menunjukkan sebuah kartu yang kukenali sebagai kartu pelatihku. ”Ini adalah kartu pelatih Pokemon yang menyatakan bahwa dia adalah pelatih Pokemon yang berasal dari kota Verdanturf.” Flame lalu mengeluarkan dua buah pokeball milikku. ”Pokemon yang dimiliki orang ini adalah Sandslash dan Ninjask, keduanya bukan Pokemon yang biasa digunakan Tim Aqua.”



Maxie tampak tertegun mendengar bukti-bukti itu. Dia lalu menatapku tajam. ”Jadi benar kau ini bukan mata-mata Tim Aqua?” tanyanya.

“Bukankah sudah berkali-kali kukatakan kalau aku ini tak tahu apa yang kau bicarakan?” jawabku dengan nada marah.

Maxie tersenyum sinis. ”Huh, meskipun benar kau bukan mata-mata Tim Aqua, tapi seorang penyusup sepertimu tidak bisa dibiarkan begitu saja.”

”Aku bukan penyusup, aku bahkan tidak masuk ke dalam markas kalian,” belaku.

Flame mendekati Maxie kemudian berkata, ”Paman Maxie, maafkanlah dia. Mungkin dia hanya seorang pelatih Pokemon yang tertarik dengan bebatuan cadas yang memiliki pintu. Ini bukan kesalahan dia sepenuhnya, bukankah Brodie juga bersalah karena membuka pintu markas tanpa melihat terlebih dahulu keadaan sekitar?”

Mendengar itu Maxie tampak berpikir. ”Kau benar Flame, ini tak sepenuhnya kesalahan dia. Brodie juga salah. Wajar kalau anak ini cukup tertarik.” Maxie menoleh ke arah dua lelaki yang berada di belakangnya lalu berbalik membelakangiku. ”Tabitha, lepaskan ikatan besinya.” Seorang lelaki yang dipanggil Tabitha mendekati sisi tempat tidur kemudian melepaskan kedua ikatan besi baik di tanganku maupun di kakiku. ”Kau bebas sekarang Nak,” ujar Maxie. ”Tapi kalau keberadaan markas ini sampai bocor pada pihak ranger ataupun polisi, kami tahu harus mencarimu dimana,” ancamnya padaku.

”Memangnya kalian ini siapa?” tanyaku. ”Kenapa kalian harus bersembunyi dan takut kepada ranger?”

Mendengar itu Maxie langsung berbalik dan menatapku dengan tajam. ”Apa katamu?” ujarnya dengan nada tinggi. ”Kau bilang kami takut pada ranger?” Maxie melotot padaku. Aku tak menyangka pertanyaanku itu bisa membuatnya semarah itu. Harusnya aku bersyukur mereka telah membebaskanku dan mestinya aku berlaku baik agar dapat segera keluar dari ruangan yang sangat panas ini. ”Kami ini tak pernah takut pada ranger atau polisi! Ingat itu baik-baik!”

”Lalu...kenapa kau bersembunyi? Bukankah itu cara penjahat?” tanyaku semakin penasaran padahal kutahu seharusnya aku bersikap baik pada mereka. ”Kalian ini siapa sebenarnya?”

”Oke, Nak, kalau itu bisa membuatmu diam!” Maxie tampak marah, namun tiba-tiba saja sikapnya langsung berubah tenang. ”Kami adalah Tim Magma, sebuah organisasi yang secara khusus dibentuk untuk mnciptakan dataran baru di wilayah Hoenn.....menggunakan Groudon!” Apa dia bilang tadi? Groudon? ”Dan bila ranger atau polisi mengetahui hal ini, mereka pasti akan mencari kami dan menggagalkan misi suci kami ini. Di mata mereka kami ini adalah penjahat, namun sebenarnya kami hanya berniat menciptakan dataran baru, benua baru di wilayah Hoenn ini demi mewujudkan perdamaian dunia. Mengertilah itu....



”Tak hanya ranger dan polisi yang berusaha mencegah usaha kami, melainkan juga Tim Aqua, sebuah organisasi yang menginginkan lautan yang luas dengan berusaha menangkap Kyogre. Mereka ini selalu berusaha menggagalkan usaha kami sehingga pantas kalau kau kami curigai sebagai seorang mata-mata, entah dari ranger, polisi, ataupun Tim Aqua,” kisah Maxie panjang lebar. ”Berterimakasihlah pada keponakanku Flame karena kau telah dibebaskan. Sebaiknya kau cepat pergi dari sini.”

”Tunggu dulu, kalau katamu menciptakan dataran baru adalah niat suci, tapi kenapa ranger mengejarmu?” tanyaku sangat ingin tahu.

”Kau ini bodoh atau apa sih?” Maxie menatapku tajam. ”Groudon adalah Pokemon legenda, dan keberadaannya dilindungi oleh ranger dari setiap usaha-usaha kejahatan. Mereka pikir kami ini penjahat, jadi mereka khawatir bila Groudon jatuh ke tangan kami. Kau harus tahu, dengan memperluas daratan Hoenn, maka akan tercipta perdamaian di seluruh wilayah Hoenn. Mengertikah kau?”

Aku mengangguk. ”Jadi begitu....”

”Baiklah, anggap urusan kami denganmu sudah selesai, sekarang Tabitha akan mengantarkanmu keluar.”

”Kalau aku tidak mau bagaimana?” tantangku spontan. Semua yang berada di dalam ruangan itu langsung terhenyak kaget.

”Apa maksudmu? Jadi benar kau ini mata-mata?” Maxie tampak terkejut.

”Bukan, kujelaskan lagi kalau aku ini bukan mata-mata, aku ini hanya seorang pelatih Pokemon,” jawabku berusaha menenangkan mereka, padahal seharusnya akulah yang bersikap tenang karena aku masih berada di dalam sarang penyamun. ”Hanya saja aku adalah pelatih Pokemon yang memiliki misi dan visi yang sama dengan kalian, yaitu menangkap....Groudon!”

”Jadi kau mau bergabung dengan kami?” tanya Maxie angkuh. ”Kau pikir kami akan tertarik untuk merekrut pelatih Pokemon yang lemah sepertimu?”

Aku menggeleng pelan. ”Kau salah bila menganggapku lemah,” jawabku. ”Aku lalu menunjuk pada pokeball milikku yang ada di tangan Flame. ”Pokeball yang dibawa oleh nona Flame itu berisi seekor Ninjask, Pokemon yang kudapatkan dari Jiken, pemimpin Ninja desa Abu....sebagai hadiah karena aku telah berhasil mengalahkannya!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...