SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Sabtu, 16 Januari 2010

L's Diary: Eps. 24 - Konfrontasi dengan Regu M

wooper gifEpisode 24: Konfontasi dengan Regu M


Kami melangkah perlahan di antara sungai lava yang semakin lama semakin memanggang kami. Panasnya lebih panas dari sumber air panas di kota Lavaridge! Kami harus segera cepat merebut bola merah dari tangan regu lain sebelum kami terpanggang hidup-hidup di dakam gunung ini.

“Kita telah mendapatkan satu bola merah dengan sangat mudah tanpa bertarung. Selanjutnya tinggal dua bola merah lagi. Kalau kita berhasil merebut semuanya, kita akan lulus menjadi tim elit,” ujar Badut bersemangat.

”Tapi tak bisakah kita beristirahat sebentar Badut? Lihatlah Flame, dia nampak sangat kelelahan,” sahutku sambil menunjuk ke arah Flame.



”Kita harus cepat bergerak, atau keadaan Flame lebih buruk dari ini,” jawab Badut tegas. Memang benar kata Badut, berdiam diri saja akan membuat kami bernasib seperti regu D. Kami memang harus bergerak. Tapi aku merasa kasihan pada Flame. Dia terlihat sangat kelelahan walaupun tampaknya dia memaksakan diri. Aku tahu, Flame pasti tak ingin mengecewakan regu kami.

”Berhenti!” tiba-tiba saja Badut berteriak keras. Aku dan Flame pun langsung berhenti bergerak. ”Aku merasakan kehadiran musuh disini,” lanjutnya. Kudengar dari Flame kalau indera Badut cukup tajam untuk mendeteksi keberadaan musuh. ”Keluar kau kalau berani! Jangan hanya bisa main sembunyi!” Badut berteriak ke segala penjuru arah seolah mencari keberadaan musuh.

”Hahahaha!” tiba-tiba muncul tiga orang Grunt dari balik bebatuan. Seorang Grunt yang memakai ikat kepala merah yang kutaksir lebih muda dariku tertawa. Tampaknya dialah pemimpin dari regu itu. ”Penciumanmu hebat juga Badut, atau boleh kupanggil Anjing Tim Magma,” sindir Grunt tersebut.

Badut tersenyum kecut. ”Rupanya kau M, dan kedua temanmu. Tampaknya kalian berada di atas angin ya sehingga bisa tertawa keras seperti ini.”



”Bukannya kami sombong, tapi kami telah mengalahkan regu A, dan kini tinggal tersisa regu kalian saja,” jawab grunt yang oleh Badut dipanggil dengan panggilan M. ”Tapi kukira kalian bukanlah lawan yang sulit, mengingat kulihat ada pecundang L dalam regu kalian.”

”Jaga bicaramu!” sergahku kasar menyadari M tengah mengejekku. ”Kita lihat siapa yang pecundang!”

”Oke, kalau itu mau kalian,” jawab M sombong. ”Casey dan Jones, kurasa mereka adalah bagian kalian,” ujar M pada kedua anggota regunya. ”Mereka mudah dikalahkan kok.”

Dua anggota regu M yang dipanggil Casey dan Jones kemudian maju. Masing-masing mereka melemparkan pokeball ke udara.

”Keluarlah Numel!” teriak Casey. Kemudian keluarlah Pokemon berbentuk unta kecil, pra-evolusi dari Camerupt.

”Keluarlah Poochyena!” teriak Jones. Kemudian keluarlah Pokemon yang pernah mengejarku di rute 117 dulu.

Badut menyeringai misterius melihat Pokemon yang dikeluarkan kedua grunt tersebut. ”L, kuserahkan Numel padamu, biar aku yang menghadapi Poochyena.”

”Baik,” jawabku. ”Keluarlah Ninjask!” Aku kembali mengeluarkan Ninjask, Pokemon pemberian Jiken setelah sebelumnya Ninjask kalah dalam pertarungan melawan Brodie di Magstadium. Kali ini Ninjask tidak bekerjasama dengan Sandslash, sehingga aku berharap Ninjask bisa membantu.

”Keluarlah Electabuzz!” Badut melemparkan pokeball dan kemudian muncullah Pokemon andalannya, Electabuzz. ”Electabuzz maju! Serang Poochyena dengan pukulan petir!” Badut tampak bersemangat sekali. Semangat pertarungannya inilah yang aku suka.

Electabuzz melangkah cepat ke arah Poochyena dan langsung menghantamkan pukulan mautnya pada Poochyena. Poochyena pun terjatuh.

Aku pun tak mau kalah. ”Ninjask, gunakan poros udara!” perintahku pada Ninjask. Ninjask dengan cepat meluncur ke arah Numel dan menghantam Numel. Poros udara atau Aerial Ace memang tidak pernah meleset. Numel segera saja terjatuh.

“Numel, serbuk api!” perintah Casey melihat serangan Ninjask tadi. Numel bangkit dan menembakkan serbuk api ke arah Ninjask. Namun tentu saja serangan itu meleset, mengingat Ninjask adalah Pokemon dengan tingkat hindaran terbaik, apalagi yang melatihnya adalah Jiken sebelum diberikan kepadaku.

”Ninjask, bola bayangan!” aku tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan cepat Ninjask melemparkan bola hitam ke arah Numel. Numel jatuh dan pingsan.

Casey tampak geram lalu mengembalikan Numel ke dalam pokeball sementara Badut berhasil mengalahkan Poochyena milik Jones.

”Hahahaha....kalian berdua memang tim yang hebat,” puji M setelah mengetahui kedua rekannya berhasil kami kalahkan. ”Tapi kalian tidak melupakan aku bukan?” M menyeringai. ”Aku, Monsta, atau biasa dipanggil M, akan mengalahkan kalian dan merebut bola merah itu!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...