
Aku masih berada di kamarku, berusaha keras membersihkan pasir-pasir yang menumpuk di lantai dan juga tempat tidurku. Kak Lydia marah-marah mendapati kamarku begitu penuh dengan pasir. Dia menyuruhku membersihkannya dan mewanti-wanti untuk tidak bermain-main dengan pasir sebanyak itu di dalam kamar. Tetapi, aku kan tidak pernah bermain-main dengan pasir? Aku sendiri tidak tahu mengapa ada begitu banyak pasir kekuning-kuningan di dalam kamarku, karena memang itulah yang kudapati saat aku terbangun dari mimpi buruk.
Mimpi buruk? Oh, iya... aku bermimpi buruk semalam. Aku bermimpi berada di gurun pasir dan diserang oleh sekumpulan Seviper. Apa mungkin pasir-pasir ini ada hubungannya dengan mimpi anehku itu? Tapi, mana mungkin pasir dari gurun yang ada di mimpiku bisa terbawa ke dunia nyata? Itu... itu mustahil!
Aku benar-benar tak habis pikir dengan yang telah terjadi. Meski begitu aku harus tetap menyingkirkan pasir-pasir ini. Aku baru saja mengalami kejadian yang sangat aneh.
Saat membersihkan pasir-pasir dan memasukkannya ke dalam bak, aku melihat sebuah rak kecil di sudut kamarku. Itu adalah rak tempat aku menyimpan barang-barang kenangan. Sudah sangat lama aku tidak membukanya, aku tak ingat kapan terakhir kali kubuka laci ini.
Aku lalu mencoba membuka satu-satunya laci yang ada di rak itu, tetapi laci itu terkunci. Aku mencoba mengingat-ingat dimana kuletakkan kunci laci tersebut. Kali ini aku bisa mengingat sebuah kunci aneh yang ada pada jaket hitamku. Mungkin kunci tersebut adalah kunci untuk membuka laci ini.

Kuambil jaket hitamku dan merogoh sakunya, mengambil sebuah kunci kecil dari dalamnya. Segera kumasukkan kunci dan kubuka lacinya. Kulihat benda apa yang tersembunyi di dalam ruang kecil laci tersebut dan mendapati sebuah rompi merah dengan tudung bertanduk di atas kaos dan celana panjang hitam. Di situ juga ada sebuah sabuk, sarung tangan, dan sepatu berwarna senada dengan pakaian yang kutemukan. Pakaian apa ini? Apakah ini sebuah seragam? Kenapa aku bisa menyimpan pakaian ini disini? Apakah pakaian ini adalah milikku?
”Itu kostum cosplay Tim Magma yang kau pakai di festival kostum kota Slateport,” tiba-tiba terdengar suara kakak di belakangku. Aku menoleh, kakakku memang sedang berdiri mengamati keherananku. ”Kostum itulah yang terakhir kamu kenakan saat aku menemukanmu dulu. Kamu sempat menceritakannya pada Kakak sebelum kemudian kamu jatuh pingsan dan tak sadarkan diri selama satu bulan. Kamu tahu, Kakak sangat mengkhawatirkanmu.”
”Sebenarnya apa yang terjadi Kak?” tanyaku ingin tahu. Entah mengapa aku merasa ada yang disembunyikan oleh kakakku terkait ingatanku yang hilang ini.
”Mungkin Kakak harus menceritakannya sekarang, biarpun itu akan membuatmu berpikir keras berusaha mengingat semua yang telah terjadi. Tapi di luar itu Kakak tak tahan melihatmu berada dalam kebingungan karena tak tahu apa yang terjadi.”
”Oke, Kakak bisa menceritakannya sekarang,” sahutku penasaran.
Kak Lydia menarik nafas panjang, tampak bersiap untuk bercerita. ”Saat kamu... koma...” dia mulai bercerita, ”dokter yang memeriksamu mengatakan kalau kamu mengalami penyakit aneh yang pernah terjadi di masa lalu. Dunia kedokteran menamainya sindrom Psyduck.”
”Sindrom Psyduck?”
”Ya, sindrom Psyduck. Kakak tidak tahu kenapa mereka menamainya seperti itu, tapi Kakak takkan membahasnya saat ini. Yang pasti, dokter mengatakan penderita sindrom ini akan mengalami kehilangan ingatan pada periode waktu tertentu, tetapi tidak semua ingatan yang terlupakan. Ingatan yang hilang biasanya adalah ingatan yang memiliki kesan dan arti mendalam bagi penderita, meskipun ada kemungkinan beberapa ingatan masih tetap bertahan.
”Penderita sindrom ini akan sering mengalami demam, yang bisa menurunkan kekuatan tubuhnya. Biasanya awal dari penyakit ini adalah demam, seperti yang terjadi padamu saat di kota Slateport. Tidak diketahui secara pasti apa penyebab dari penyakit ini, tetapi dipastikan ini salah satu penyakit yang berbahaya,” kisah kak Lydia panjang lebar.
”Kenapa Kakak tidak bilang dari awal? Dan kenapa pula dokter tidak mengatakan apa-apa mengenai penyakit ini?” cecarku kesal.
”Kamu harus mengerti keadaan ini, Lunar,” sahut kak Lydia pelan. ”Penderita penyakit ini bisa mengalami kerusakan otak dan memori permanen apabila berusaha keras mengingat hal-hal yang terlupakan tersebut, karena itulah Kakak tidak mengatakan hal ini padamu, Kakak khawatir keadaanmu akan semakin parah.”
Aku terdiam. Jadi, jadi inilah yang terjadi padaku? Jadi selama ini aku mengalami penyakit aneh yang disebut sindrom Psyduck? Itu alasannya mengapa aku tidak bisa mengingat beberapa hal dalam hidupku, termasuk apa yang terjadi selama aku menjadi pelatih Pokemon.
”Lunar, semoga ingatanmu cepat pulih. Kakak hanya menyarankan agar kamu tidak memaksakan untuk mengingat kejadian-kejadian atau hal-hal yang terlupakan. Itu akan berbahaya bagimu. Biarkan ingatanmu pulih dengan sendirinya.”
”Bagaimana.... bagaimana bila ingatanku tidak pernah pulih?” tanyaku putus asa. ”Aku merasa sesuatu telah hilang dari dalam diriku...”
”Kakak tak bisa bicara apa-apa mengenai ini Lunar,” sahut kakakku pelan. ”Sudahlah, kau bisa istirahat sekarang. Pasir-pasir itu sepertinya sudah tidak terlalu mengganggumu.” Kakakku kemudian keluar dari kamar, meninggalkanku seorang diri.
Aku masih terduduk memandangi seragam Tim Magma yang ada di tanganku. Aku benar-benar sangat ingin tahu pengalaman apa yang kualami dengan seragam ini. Aku benar-benar sangat ingin tahu bagaimana festival kostum yang diceritakan kak Lydia. Tetapi...tetapi aku sama sekali tidak bisa mengingatnya. Hal ini membuatku merasa sangat kesal.
Tiba-tiba sebuah buku bersampul cokelat tua terjatuh dari dalam seragam Tim Magma yang terlipat itu. Aku mengambilnya dan kubaca sampulnya. Sampulnya bertuliskan ”L’s Diary”.
L’s Diary? Apa buku ini milikku juga? Apakah ini sebuah buku harian? Dan, siapa L?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...