
Aku membuka buku cokelat berjudul L’s Diary tersebut. Aku membaca halaman pertamanya dan memang benar itu adalah buku harianku. Tulisan di buku itu bermula saat aku baru saja memulai perjalanananku sebagai seorang pelatih Pokemon dengan meminjam Wooper milik kakakku. Hmm, jadi dulu aku meminjam Wooper untuk menangkap Pokemon pertamaku?
Kubuka satu persatu halaman buku harian itu, membacanya dengan seksama, berharap bisa mengembalikan ingatanku yang hilang dan..... aku memang tidak bisa mengingatnya secara pasti, tetapi aku merasa sangat familiar dengan semua kejadian yang tertulis di buku itu. Saat aku pergi ke gurun pasir untuk mencari fosil Pokemon, dimana aku menemukan.... hei, Pokemon pertamaku!
Aku terus membaca buku tersebut, mengembalikan lagi setiap hal-hal yang terlupakan ke dalam memoriku, dan mendapati begitu banyak petualangan yang telah aku alami selama kepergianku dari kota Verdanturf. Aku terkejut setiap kali membaca halaman demi halaman yang ada, karena di luar dugaan aku telah mengalami hal-hal yang sangat luar biasa dan menantang maut, terlebih saat aku menyadari kalau aku pernah bergabung dengan Tim Magma dan... akulah yang merusak lantai rumah Sammon!

Aku terus membaca buku harian tersebut, hingga tak terasa dua jam telah berlalu sejak aku menemukan buku harian itu. Kini aku telah mencapai pada halaman terakhir buku harian itu. Di situ tercatat tanggal 18 Januari, saat dimana aku berada di kota Slateport.
18 Januari Ini adalah hari terakhirku bersama Tim Magma. Ironisnya ini adalah hari ulang tahun Flame. Maxie telah memecatku, tetapi dia memberikan tugas terakhir padaku untuk menemani Flame merayakan ulang tahunnya di kota Slateport. Malam itu di kota Slateport sedang berlangsung festival kostum, sehingga kami berdua aman mengenakan seragam Tim Magma. Kami menghabiskan malam bersama, melihat kembang api, makan harum manis, dan melihat pasar malam. Sudah tentu ini adalah hari perpisahanku dengan Flame, ini adalah hari terakhirku bersama Flame, seorang sahabat yang sangat aku sayangi. Jujur saja, aku tidak tahu bagaimana perasaanku padanya dan juga bagaimana perasaannya padaku, terlebih setelah kami berciuman malam itu. Malam ini benar-benar malam yang takkan pernah bisa aku lupakan...
Berciuman? Aku berciuman dengan perempuan bernama Flame ini? Perempuan yang menjadi rekanku di Tim Magma?
Aku membalik halaman berikutnya dan selembar kertas foto tertempel disana. Ada tiga orang sedang berpose dalam foto tersebut, salah satunya aku dengan kaos hitam bertuliskan ”Friends” di sebelah kiri, sementara dua lainnya ada seorang lelaki berambut pirang yang berdiri di tengah dengan kostum basket bernomor empat, dan seorang perempuan berambut merah dengan pakaian renang warna hijau bertuliskan ”Ever”. Wajah dua orang itu tampaknya familiar. Apakah dua orang itu adalah sahabatku seperti yang tertulis di buku harian. Aku berusaha mengingatnya dengan keras. Aku benar-benar ingin mengingatnya. Tiba-tiba kepalaku terasa sangat sakit. Kepalaku terasa berat, sangat berat. Entah kenapa tiba-tiba hal-hal yang kubaca tadi tergambar jelas di kepalaku. Ingatan-ingatan itu seolah kembali muncul. Aku kini perlahan mulai mengingat semuanya dari awal........
”ARGH!!!” Semakin aku mengingat, kepalaku semakin terasa sakit. Benar yang dikatakan oleh kak Lydia, aku tak boleh mengingat terlalu banyak. Tetapi, tetapi aku tak mau hidup seperti ini terus. Bagaimanapun aku ingin hidupku kembali lagi... aku ingin menjadi diriku yang dulu... aku ingin menjadi Lunar Servada yang seutuhnya!
Aku terjatuh ke lantai, tetapi masih tetap sadar. Tubuhku terasa sangat lemah dengan kepala terasa sangat sakit. Saat itu kusadari kakakku kembali masuk ke dalam kamarku.
”Lunar... kamu tidak apa-apa?” tanyanya panik. ”Apa kamu memaksakan diri mengingat masa lalumu?”
”Ya... maafkan aku Kak... tapi aku tak mau hidup dalam ketidaktahuan seperti ini,” jawabku lemah.
”Pentingkan kesehatanmu, Kakak tidak bisa membiarkanmu memaksakan diri seperti ini!”
”Ti... tidak apa-apa Kak,” ujarku susah payah. ”Karena... karena sekarang aku sudah ingat. Sekarang... sekarang aku sudah ingat semuanya... termasuk bagaimana aku memulai perjalananku dulu....”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...