SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Rabu, 01 September 2010

L's Diary: Eps.132 - Kebakaran di Gunung Pyre

wooper gifEpisode 132: Kebakaran di Gunung Pyre

Aku dan Tropius telah tiba di gunung Pyre. Kami masih melayang di atasnya dan belum juga mendarat untuk mengantarkan pesanan Nest Ball karena.... aku tak perlu memberikan alasannya. Aku ragu untuk mendarat atau tidak. Malam sudah semakin larut dan juga gelap, gunung di bawahku terlihat sangat menakutkan. Bagaimana ini? Apakah aku akan tetap mengantarkan Nest Ball atau aku menunggu besok pagi saja biar lebih aman? Ah, Noah pasti akan menertawakan dan memarahiku bila aku baru kembali besok. Pesanan hari ini haruslah diantarkan hari ini. Lagipula aku sudah sejauh ini, masa’ aku mau mundur sekarang? Baiklah, aku sudah menetapkan pilihan. Jangan menunda hingga besok apa yang bisa kamu lakukan hari ini. Aku akan turun sekarang, dengan segala resikonya!


Kuperintahkan Tropius untuk mendarat dan kami pun perlahan mulai terbang rendah. Perlahan-lahan hingga akhirnya kami benar-benar mendarat di sisi luar gunung Pyre. Gunung Pyre memang terdiri dari dua sisi, sisi bagian dalam dan sisi bagian luar. Keduanya sama-sama digunakan untuk menguburkan Pokemon yang sudah meninggal. Jangan tanya aku, yang pasti kedua bagian tersebut sama-sama mengerikan!
Oke, aku sudah turun dari Tropius sekarang. Tengah malam berada di kuburan bukanlah hal yang biasa, tetapi luar biasa bagiku! Kurasakan bulu kudukku sudah berdiri dan keringat dingin mulai membasahi tubuhku. ”Lunar, kuatkan hatimu, tak ada apa-apa disini, santai saja,” hiburku pada diriku sendiri. ”Yang perlu kamu lakukan cuma mencari rumah nona Spectra, memberikan Nest Ball padanya dan... pergi sejauh-jauhnya dari tempat menyeramkan ini!”
Aku mengeluarkan Ninjask, memerintahkannya menciptakan kilatan cahaya agar bisa menerangi jalan yang gelap. Gunung Pyre memang tinggi, dan aku tidak tahu pasti di mana rumah nona Spectra. Kini aku mulai mencari dan bagaimanapun aku harus segera menemukannya untuk bisa segera pergi dari mimpi buruk ini!
Saat sedang putus asa mencari dengan harapan tidak ada Pokemon hantu yang melihatku, tiba-tiba aku melihat cahaya terang di kejauhan. Kupikir cahaya itu berasal dari api besar yang menyala-nyala disana. Aku berjalan mendekati asal cahaya dengan Ninjask setiap di sampingku. Aku sudah bersiap-siap memberikan perintah padanya bila tiba-tiba muncul Pokemon hantu setelah sebelumnya aku menyemprotkan repel untuk menghindari Pokemon liar. Repel yang kusemprotkan sepertinya bekerja, mengingat tak ada satu Pokemon liar pun yang muncul. (Komentar Ninjask, ”Dasar pelatih penakut, tidak semua yang kau bayangkan itu akan terjadi.”).
Aku semakin dekat dengan sumber cahaya. Aku terus berjalan sambil memandang lurus tidak berani melihat kumpulan batu nisan yang ada di samping kanan dan kiriku. Berjalan di antara nisan-nisan ini benar-benar membuatku merinding ketakutan. Saat sedang berjalan itulah tiba-tiba sayap Ninjask bergetar kencang, meninmbulkan suara berisik. Biasanya apabila sayap Ninjask bergerak secapat itu, itu tandanya ada bahaya di sekitarnya.
”Ninjask, ada apa?” tanyaku terkejut. Ninjask terdiam sembari menatap ke dapan. Aku melihat ke arah dia menatap dan menemukan sebuah rumah yang sedang terbakar di seberang sana. Rupanya cahaya itu berasal dari rumah kayu yang terbakar itu. Kebakarannya begitu besar hingga apinya membumbung sangat tinggi.


”Kebakaran! Ninjask, kita harus segera kesana untuk memadamkannya!” tapi Ninjask tidak bereaksi. Dia malah bergerak cepat ke belakang tubuhku seperti bersembunyi. Oh ya, aku lupa! Ninjask kan takut api, mengingat Pokemon bertipe serangga dan terbang sangat lemah terhadap api, ditambah lagi api yang ada di depan sana terlihat sangat besar. ”Baiklah Ninjask, kau tak perlu memaksakan diri,” ujarku. Aku lalu memasukkannya kembali ke dalam Poke Ball seraya mengeluarkan Poke Ball lainnya dan melemparkannya ke udara. ”Sekarang giliranmu, Obalie!”
Obalie muncul dan langsung melompat ke bahuku, menjilati wajahku. ”Ayolah Obalie, jangan sekarang....” gerutuku. Obalie berhenti menjilat, menoleh dan melihat ke arah kobaran api.
”Oba-Oba....” ujarnya seolah mengajakku untuk mendekati kebakaran tersebut.
”Tentu saja,” jawabku. Aku dan Obalie kemudian berlari menuju ke rumah yang terbakar tersebut. Entah mengapa perasaan takutku langsung hilang. Aku memang tidak boleh takut sekarang, aku harus memadamkan kebakaran di rumah itu!
”Obalie, tembakan air!” Obalie mengeluarkan tembakan air yang memadamkan sebagian api di sisi depan, tetapi tidak pada sisi lainnya. ”Obalie, gelombang!” aku ingat jurus yang pernah digunakan Obalie untuk menyerangku dulu, maka kuperintahkan saja jurus tersebut. Jurus itu cukup ampuh, berhasil memadamkan sebagian besar api yang membakar rumah tersebut, walaupun api kembali muncul akibat hembusan angin yang keras. Sial, kuharap tidak ada siapa-siapa di dalam rumah itu, tetapi rupanya harapanku sia-sia karena kemudian...

”Kumohon.... tolonglah nenekku yang ada di dalam rumah itu...”

Suara siapa itu? Kenapa tiba-tiba muncul suara wanita di dalam kepalaku? Siapa... siapa yang mengatakannya? Aku mencari ke sekeliling dan tidak menemukan siapapun. Ah, masa bodoh! Kupikir seseorang sedang meminta bantuan dan ada seseorang di dalam rumah itu... yang harus segera aku selamatkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...