
Di Rumah Sakit Ever Grande, tanpa aku tahu...
Glacia tampak duduk menunggui Spectra yang masih terbaring tak sadarkan diri. Sepertinya Glacia telah menunggui Spectra begitu lama hingga tanpa terasa wanita itu duduk tertidur sambil memegang tangan sahabat sekaligus rekan kerjanya itu.
”Gla... Glacia...”
Glacia tersentak bangun saat dia merasa mendengar suara Spectra. Dia melihat ke arah Spectra, berharap kawannya itu sadar namun mata Spectra masih terpejam.
”Gla... Glacia...”
Suara panggilan itu kembali terdengar olehnya, tetapi Spectra masih tak tak bergerak, matanya masih terpejam dan mulutnya tak berbicara. Kalau begitu jangan-jangan...
”Ester, kamu sudah sadar? Apa batinmu sudah sadar?” tanya Glacia cepat. Glacia tahu Spectra memiliki kemampuan berbicara melalui telepati dan dia menduga saat ini Spectra mencoba berbicara padanya melalui telepati karena tubuhnya tidak bisa digunakan untuk berinteraksi.
“Ya... Gla... cia...” terdengar jawaban Spectra terputus. “Aku berb... bicara padamu mela...melalui telepati...”
“Berusahalah Ester... berusahalah untuk sadar....” sahut Glacia dengan perasaan senang. ”Aku tahu kamu pasti bisa.”
”Ti... tidak Gla...cia...” jawab Spectra melalui telepatinya. ”Aku... aku mungkin hanya bisa mengatakan ini.... sa... satu kali saja...”
”Apa... apa maksudmu? Jangan berkata yang tidak-tidak... kamu pasti bisa bertahan Ester... Berusahalah!”
”Ak...aku berusaha... tapi cuma sam...pai sebatas ini kemampuanku...”
Glacia terdiam. Dia baru saja merasa senang saat Spectra berbicara padanya, walaupun itu hanya melalui telepati. Tetapi tiba-tiba saja dia merasakan hal yang buruk akan terjadi dan merasakannya langsung membuatnya sedih.
”Kalau begitu, katakanlah apa yang harus aku lakukan untukmu,” ujar Glacia pelan.
”Gla... cia... bisakah kau... panggil... panggilkan....”
*
L’s Diary...
Aku bergegas menuju Ever Grande saat Glacia menghubungiku, mengatakan kalau nona Ester ingin bertemu denganku. Aku sangat senang bahwa akhirnya nona Ester telah sadar dari komanya. Perasaan rinduku padanya sudah tak terbendung lagi saat ini, aku harus segera menemuinya!
Tetapi entah kenapa firasatku tidak baik akan hal ini. Saat Glacia menghubungiku, suaranya terdengar begitu lemah. Seharusnya Glacia berkata dengan gembira karena nona Ester telah sadar. Apa ada sesuatu yang disembunyikannya?
Aku berusaha membuang jauh-jauh firasat buruk itu. Saat ini harusnya aku senang karena kekasihku telah sadar dari tidur panjangnya. Nona Ester, tunggulah aku... ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu...
*

”Maafkan aku Solar,” kataku dan langsung memasukkan kembali Solar ke dalam Nest Ballnya.
Aku berjalan pincang dengan menyeret kaki kiriku masuk ke dalam rumah sakit Ever Grande. Kini aku tak bisa bergerak cepat karena serangan Groudon saat itu. Groudon menciptakan retakan yang ternyata menghancurkan sebagian fungsi kaki kiriku. Dokter bilang kondisinya cukup parah dan mungkin aku akan pincang selamanya. Aku sedih mendengarnya dan semakin menyesali keputusanku meneruskan pencarian Groudon saat itu yang pada akhirnya hanya berbuah petaka.
Aku langsung saja menuju kamar inap nona Ester. Saat memasukinya kulihat Glacia dan Sidney sudah ada disana di samping tempat tidur nona Ester. Kulihat sekilas wajah Glacia dan Sidney menampakkan ekspresi yang datar, dingin, dan... sedih. Tapi aku tak memedulikan mereka dan berjalan menghampiri nona Ester.
Kini aku kembali melihat wajah nona Ester setelah lama tak menjenguknya. Tetapi yang kulihat sama saja saat terakhir kali datang ke kamar ini. Nona Ester masih saja terpejam dan tubuhnya sama sekali tak bergerak. Bukankah tadi Glacia bilang kalau nona Ester mau menemuiku? Tapi kenapa...
Aku menoleh ke Glacia. Baru saja aku hendak bertanya padanya mengenai keadaan nona Ester saat terdengar suara nona Ester memanggil...
”Lu... nar...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...