
Setelah insiden itu aku dipanggil oleh Scott ke kantornya. Scott terlihat kesal. Beberapa kali dia menggeretakkan giginya tak jelas.
“Lunar, kamu membuatku malu,” kata Scott tegas. “Walaupun kamu adalah salah satu trainer yang hebat, si Pincang dari Verdanturf, tapi kamu tidak bisa berbuat seenaknya seperti itu. Aku kecewa denganmu.”
“Maafkan aku Scott… Entah kenapa aku begitu emosi saat melihatnya di arena. Aku merasa lebih kuat dan ingin memukul seseorang,” kataku lemah, berusaha sebisa mungkin menunjukkan perasaan bersalah.
Scott memandangku dan menghela nafas panjang. “Aku mengerti perasaanmu… kamu pasti sangat menyayangi Tropiusmu. Meski begitu kekerasan bukan jalan yang tepat untuk menyelesaikannya.” Scott terdiam. Dia mengambil cemilan dari toples di mejanya dan mengunyahnya perlahan. “Mau nastar?” tanyanya menawariku.

“Tentu saja,” Scott mengiyakan. “Sebenarnya Lunar, aku sendiri curiga dengan peserta bernama Reaper itu. Aku tidak tahu kalau peserta seperti dia bisa ikut dalam turnamen ini.”
“Itu yang ingin aku tanyakan,” sahutku antusias. “Apakah diperbolehkan peserta dengan pakaian misterius seperti itu ikut dalam turnamen? Aku curiga kalau dia adalah orang lain, maksudku dia adalah peserta lain yang menyamar untuk mendapatkan dua tempat sehingga peluang menangnya menjadi besar.”
“Begini Lunar,” Scott bangkit dari tempat duduknya dan berjalan di sampingku yang duduk di kuris di depan meja kerjanya. “Aku sendiri heran bagaimana bisa Reaper masuk dalam daftar peserta Frontier peserta. Memang tidak ada peraturan seperti itu, yang melarang kostum peserta yang tidak menujukkan rupa. Aku tidak menyangka ada peserta seperti itu dan menurutku ini memang mencurigakan. Tapi turnamen telah dimulai dan tidak boleh ada perubahan peraturan setelah itu.”
“Sebagai pemilik turnamen, mungkin Anda bisa memintanya membuka tudungnya… ya hanya memastikan kalau dia bukan orang lain,” saranku kemudian.
Scott terdiam. “Aku tidak bisa Lunar,” jawabnya kemudian. “Itu di luar kuasaku, bahkan sebagai seorang pemilik Battle Frontier sekalipun.”
Mendadak suasana berubah hening di ruangan Scott. Aku tahu hal seperti itu mungkin tidak bisa dilakukan, tapi aku begitu penasaran dengan si brengsek Reaper yang telah melukai Solar. Yang membuatku lebih penasaran lagi adalah sosok Reaper itu sendiri yang menurutku…
“Tuan Scott, apa Anda pikir Reaper itu manusia seperti kita?” tanyaku memecah keheningan.
“Apa maksud pertanyaanmu Lunar? Tentu saja dia manusia,” jawab Scott terperangah. “Memang kamu pikir dia itu apa? Hantu? Roh gentayangan? Hanya manusia yang bisa menjadi trainer Pokemon,” lanjut Scott menyangkal perkiraanku. Dia terdiam lalu bergerak ke depanku sambil berkacak pinggang. “Apa yang membuatmu berpikir bahwa dia bukan manusia?” tanyanya dengan tatapan ingin tahu yang besar.
“Aku memukulnya,” jawabku. “Aku memukulnya dan tubuhnya terasa ringan… aku seperti menghantam busa… begitu ringan dan lunak.”
Soctt terdiam. Dia kembali berjalan ke belakang mejanya dan duduk di kursinya. “Sudahlah Lunar, lupakan saja soal ini,” katanya sambil menyatukan kedua tangan di dagunya. “Lebih baik kamu fokus pada turnamen, aku takut masalah ini mempengaruhi performamu.”
Scott benar. Kenapa aku harus memusingkan hal remeh seperti ini? Bukankah lebih baik aku memikirkan pertarunganku melawan Darko?
“Baiklah Tuan Scott, Anda memang benar,” kataku beranjak bangkit dari kursi. “Aku akan kembali ke kamarku, beristirahat sembari memikirkan rencana memenangkan turnamen ini. Bagaimanapun aku datang kesini untuk menjadi juara, bukan untuk mengurusi orang gak jelas.” Scott tersenyum mendengarnya sementara aku berbalik dan berjalan keluar.
*
Aku duduk di depan meja kecil yang ada di kamar hotel. Kukeluarkan sebuah buku yang selama ini selalu kubawa. Sebuah pulpen tersemat di sampulnya yang langsung kuambil dan kubuka tutupnya. Kemudian kubuka buku itu, membalik halaman-halamannya hingga menemukan sebuah halaman kosong, mulai menulis disana.
Dear L’s Diary…
Hari ini aku memukul seorang peserta bernama Reaper. Dia yang telah menyerang Solar. Aku tidak bisa menahan emosiku saat melihatnya dan langsung memukulnya. Apakah aku bodoh karena itu? Flame si Miss Festival itu marah dan bilang kalau aku sudah berubah. Benarkah?
Tapi yang sangat aneh dari hari ini adalah Reaper. Entah kenapa aku merasa mengenal dia. Dia itu sepertinya tidak asing. Lalu juga perasaan aneh yang kurasakan saat berada di dekatnya yang membuatku merasa kuat. Eh, satu lagi yang perlu kamu tahu, kok aku merasa dia itu bukan manusia ya?
“WOOP!” keasyikanku menulis diari terganggu saat Mangrove muncul di sampingku, melihat buku diariku lalu menyunggingkan senyum lebarnya. Aku tersenyum dan memegang kepalanya lembut. Pokemon, mereka selalu tahu bagaimana perasaan trainernya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...