Episode
439: Flygon Mengamuk
“Belum Lunar... kamu belum habis.
Flygonmu masih bisa bergerak. Dia belum mengamuk.”
“Eh, apa katamu? Mengamuk?” tanyaku tak
mengerti.
“Apa kamu ingat pertarungan kita di
final Liga Ever Grande?” Erou balik bertanya. “Aku juga punya Flygon yang
melawan Tropius-mu waktu itu di pertarungan awal. Namanya V-Dante, apa kamu
ingat?”
“V-Dante?” aku berusaha mengingat
pertarungan final itu. Cukup sulit mengingatnya, karena seperti yang kalian
tahu, ingatanku sangat payah. Tapi ada sekelebat memori, saat aku muncul ke
arena dengan terbang menunggangi Tropius, sementara Erou menunggangi Flygon.
Ya, Si Angkuh itu punya Flygon!
“Aku ingat sekarang Erou. Memangnya
kenapa?”
“Baguslah,” sahutnya pendek. “Apa kamu
ingat serangan apa yang digunakan Flygon saat itu?”
“Waktu itu.... kalau tak salah Flygon
menggunakan serangan biadab, dia mengamuk dan menyerang Tropius membabi buta,”
jawabku berusaha mengingat-ingat.
“Tepat sekali. Saranku, perintahkan
Flygon-mu melakukan hal yang sama. Suruh dia menggunakan serangan biadab, suruh
dia mengamuk!” ujar Erou lugas.
“Eh? Tapi kan Flygon-ku sedang pusing.
Dia bisa terluka bila serangannya meleset mengenai dirinya sendiri. Yang
artinya aku akan kalah,” jawabku memprediksi. Segera saja aku menebak maksud
perkataan Erou. “Kamu menyuruhku melakukannya agar aku segera kalah ya? Agar
aku tidak menderita atas ketidakpastian ini? Erou, kamu benar-benar
menyebalkan. Kalau memang seperti itu maumu lebih baik hentikan telepati ini.
Aku sedang tidak ingin...”
“Bodoh!” potong Erou cepat, membuatku
tersentak kaget. “Kalau hanya untuk meledekmu, aku takkan repot-repot menggunakan
kemampuan telepatiku ini. Aku cukup menyorakimu dari sini, seperti menyoraki
orang gila yang sedang lewat. Aku ini ingin menolongmu, mengerti tidak?”
“Kalau memang mau menolongku, kenapa
kamu menyuruhku melakukan hal yang justru mempercepat kekalahanku? Sebenarnya
apa maumu?” balasku kesal.
“Berharaplah pada keberuntungan. Kamu
tidak punya pilihan lain,” jawab Erou singkat.
“Eh, keberuntungan?” tanyaku tak
mengerti. Namun sejurus kemudian aku dapat menangkap maksud perkataan Erou.
Jadi begitu ya... aku mengerti sekarang.
“Hei Lunar si
Pincang!” teriak Volta membuyarkan telepatiku dengan Erou. “Apa yang sedang kamu
lakukan? Melamunkan kekalahanmu yang menyakitkan? Kamu membuatku bosan
menunggu,” sambungnya lantas meneguk segelas minuman di tangannya. “Lihatlah,
aku bahkan sempat-sempatnya minum segelas Luwak White Koffie sambil menungguimu
melamun. Kamu tahu, Luwak White Koffie ini kopi yang nikmat dan nyaman
diminum.” (ea, promosi).
Sialan, sempat-sempatnya dia
mengiming-imingiku minum Luwak White Koffie. Cuma itu kopi yang aman untuk
lambung karena rendah asam. Menyebalkan sekali! Ini tak bisa dibiarkan, aku
harus... harus segera minum Luwak White Koffie juga! Eh, bukan ding... aku
harus segera bertindak! (btw, ini kenapa ya kok jadi promosi Luwak White
Koffie?)
“Hei Pincang! Kamu membuang-buang waktu
kami. Akuilah kekalahanmu sekarang, kamu tak perlu malu. Hahaha!” ejek salah
seorang penonton.
“Iya, kamu tak perlu melamun segala.
Cuma tinggal hitungan detik saja, Pokemonmu itu akan jatuh pingsan karena
kehabisan HP. Kalau mau menangis, menangislah sekarang. Hahaha!” ejek penonton
yang lain.
Apa? Sekarang bahkan para penonton sudah
berani mengejekku. Oke, aku tak punya pilihan. Tinggal beberapa detik hingga
semua perangkap Volta bekerja. Tapi sebelum itu, akan kubuktikan bahwa aku
masih sanggup menghadapi tekanan ini. Aku masih sanggup... memenangkan
pertarungan ini!
“Baiklah Volta, dan juga para penonton
yang sudah gak sabaran seperti kebelet buang air kecil. Inilah.... inilah yang
kalian nantikan... kemenanganku!” teriakku begitu keras. “Symphony....
mengamuklah sekarang.... keluarkan serangan biadabmu.... Sekarang!”
“Wow!
Lunar sepertinya belum mau menyerah. Dia memerintahkan Flygon melakukan
serangan biadab! Apakah yang akan terjadi?” seru Flame menyadari aku
memerintahkan sebuah serangan.
“Huh, sepertinya kamu masih punya nyali
juga ya Lunar,” kata Volta dengan nada mengejek. “Kamu kan tahu sendiri kalau
capungmu itu sedang dalam kondisi pusing. Melakukan serangan dalam kondisi
seperti itu sama saja dengan.... hah?”
Perkataan Volta itu terhenti manakala
sayap Flygon bergetar keras, diikuti sebuah gerakan cepatnya, melesat
menyongsong Magmortar yang ada di depannya. Dengan brutal Pokemon hijau itu
menghantam tubuh Magmortar bertubi-tubi.
“Ketahuilah Volta,” ujarku penuh percaya
diri. “Aku mungkin akan kalah... tapi tidak tanpa perlawanan!”
--Lunar XOO VS
OOX Badut--
30%
Flygon
20%
Magmortar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...