Episode
440: Serangan Biadab Vs Kilatan Api
Magmortar terjatuh begitu keras di tanah
begitu Symphony selesai mendaratkan serangan biadabnya. Pokemon itu tampak
kesakitan, dan kesulitan untuk kembali berdiri. Volta dan semua penonton
termasuk Flame terperangah melihat situasi tersebut.
“Lu...
Luar biasa! Flygon mampu memberikan perlawanan berarti dengan serangan
biadabnya. Saat ini Flygon berbalik unggul dalam persentase HP,” seru
Flame. “Tapi itu sepertinya takkan lama
karena...”
--Lunar XOO VS
OOX Badut--
10%
Flygon
20%
Magmortar
“Lihatlah,
keadaan kembali berbalik! Kondisi terbakar dan putaran api membuat Flygon
kembali kehilangan HP. Kini tinggal tersisa 10 persen saja! Pertarungan menjadi
semakin ketat!” sambung Flame berapi-api.
Aku melihat ke arah Flygon yang badannya
tampak goyah. Dia mengerang menahan sakit akibat api yang membakar ekornya dan
juga kobaran api yang mengelilinginya.
“Seperti yang kuduga, kamu pasti tidak
akan diam begitu saja,” kata Volta. “Serangan biadab tadi membuktikan bahwa
kamu memang layak menjadi lawanku. Sepertinya kita memang ditakdirkan untuk
saling bertarung, benar begitu Lunar?”
“Ya, itu benar,” jawabku membenarkan.
“Sejak pertarungan pertama kita di Gunung Chimney, aku tahu pertarungan kita
berikutnya akan berat. Apalagi... apalagi setelah pengkhianatan yang kamu
lakukan. Membuatku, semakin bersemangat untuk mengalahkanmu!”
Tiba-tiba sayap Symphony kembali
bergerak cepat. Tampaknya dia akan melakukan fase kedua serangan biadab. Cuma
ini kesempatan terakhirku...
“Posisi kita saat ini sama, Lunar,” kata
Volta. “Kamu mengerahkan kekuatan terbaik Flygon, yang memiliki risiko kekalahannya
akibat pusing dari sinar membingungkan tadi. Ini bergantung pada
keberuntunganmu, apakah dalam fase kedua serangan ini, Flygonmu akan pusing
atau tidak. Karena bila tidak, maka itu bukan hal bagus untukku.”
“Tapi aku tidak akan menggantungkan kemenanganku
begitu saja pada keberuntunganmu. Aku akan memaksimalkan empat perangkap yang
telah kupasang tadi, yang sekarang tinggal dua perangkap lagi,” lanjut Volta.
“Karena itu, mari kita bertaruh...”
“Baik, mereka yang terkuat... yang akan
memenangkan duel ini!” sahutku bersemangat. “Aku tak punya pilihan lain,
kecuali ini... Flygon, serangan biadab!”
“Magmortar, kilatan api!” teriak Volta.
Sejurus kemudian terjadi kilatan
pergerakan yang begitu cepat dari dua arah berlawanan di arena. Keduanya
memunculkan garis kecepatan yang memukau, sebelum akhirnya bertemu dan
bertubrukan di tengah arena, memunculkan ledakan dahsyat yang menyilaukan mata,
dengan suara keras yang memekakkan telinga.
DHUAAARRR!
Seluruh penonton terpana menyaksikan
duel kecepatan yang terjadi di arena. Semuanya menyaksikan kepulan asap besar
di tengah arena dengan tidak sabar. Hingga kemudian, dua ekor Pokemon muncul
dari dalam kepulan asap, masing-masing langsung menjejak mantap tanah yang ada
di bawahnya.
“Wow!
Pertarungan yang sangat seru! Flygon dan Magmortar saling beradu jurus,
menciptakan ledakan besar! Antara serangan biadab dan kilatan api, yang manakah
yang lebih hebat?” komentar Flame menyadari kedua Pokemon kami telah
kembali berdiri di tanah.
Yang terjadi kemudian adalah sebuah
teka-teki. Baik Flygon dan Magmortar, masih kokoh berdiri dalam posisi mereka,
dengan pose yang keren ala Bima Satria Garuda yang baru saja menggunakan
heliosnya. Belum satupun di antara mereka yang bergerak, membuat semua penonton
bertanya-tanya, yang manakah yang bakal berdiri terakhir.
“Kilatan api ya... aku tak menyangka
kamu akan menggunakan jurus yang sangat berisiko itu, yang membahayakan
Pokemonmu sendiri dengan kondisinya saat ini,” ujarku kemudian. “Apa kamu tahu
kalau kita sama-sama takkan bertahan?”
“Ya Lunar, aku tahu itu,” jawab Volta.
“Aku mempelajari sesuatu, bahwa serangan biadab memiliki kemungkinan eksekusi
yang sama, walaupun dalam kondisi pusing. Peluangnya gagal dalam kondisi ini
mendekati 10 persen.” Volta terdiam sejenak, memandang Symphony yang kini
menghadap ke arahnya. “Tapi alasan sebenarnya adalah...” sambungnya. “...adalah
aku tak mau kalah darimu. Aku tak mau berdiam saja menunggu, walaupun
kemenangan seolah sudah berada di depanku. Seperti dirimu... yang tetap
bergerak, walaupun kekalahan sudah menunggumu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...