SELAMAT MEMBACA!!!

Protected by Copyscape plagiarism checker - duplicate content and unique article detection software.

Kini blog ini fokus menayangkan fanfic Pokemon terpopuler di Indonesia, Servada Chronicles karangan L. Maulana atau yang akrab dipanggil Elite Four L.

PERHATIAN!
Sebagian gambar dan materi dalam blog ini diambil dari internet sementara sebagian lagi murni buatan Elite Four L. Elite Four L tidak akan mengklaim materi yang bukan miliknya. Dilarang mengkopi artikel dalam blog ini tanpa izin dari Elite Four L. Terima kasih.

Nama-nama dan karakter Pokemon adalah hak cipta dari Nintendo, GameFreak, Creatures Inc., dan Pokemon Company. Servada Chronicles adalah hak cipta L. Maulana / Elite Four L.

Sabtu, 03 Januari 2015

Lunar's Diary: Eps.440 - Serangan Biadab Vs Kilatan Api


Episode 440: Serangan Biadab Vs Kilatan Api

Magmortar terjatuh begitu keras di tanah begitu Symphony selesai mendaratkan serangan biadabnya. Pokemon itu tampak kesakitan, dan kesulitan untuk kembali berdiri. Volta dan semua penonton termasuk Flame terperangah melihat situasi tersebut.
Lu... Luar biasa! Flygon mampu memberikan perlawanan berarti dengan serangan biadabnya. Saat ini Flygon berbalik unggul dalam persentase HP,” seru Flame. “Tapi itu sepertinya takkan lama karena...

--Lunar XOO VS OOX Badut--



10%

Flygon

20%

Magmortar

Lihatlah, keadaan kembali berbalik! Kondisi terbakar dan putaran api membuat Flygon kembali kehilangan HP. Kini tinggal tersisa 10 persen saja! Pertarungan menjadi semakin ketat!” sambung Flame berapi-api.
Aku melihat ke arah Flygon yang badannya tampak goyah. Dia mengerang menahan sakit akibat api yang membakar ekornya dan juga kobaran api yang mengelilinginya.
“Seperti yang kuduga, kamu pasti tidak akan diam begitu saja,” kata Volta. “Serangan biadab tadi membuktikan bahwa kamu memang layak menjadi lawanku. Sepertinya kita memang ditakdirkan untuk saling bertarung, benar begitu Lunar?”
“Ya, itu benar,” jawabku membenarkan. “Sejak pertarungan pertama kita di Gunung Chimney, aku tahu pertarungan kita berikutnya akan berat. Apalagi... apalagi setelah pengkhianatan yang kamu lakukan. Membuatku, semakin bersemangat untuk mengalahkanmu!”
Tiba-tiba sayap Symphony kembali bergerak cepat. Tampaknya dia akan melakukan fase kedua serangan biadab. Cuma ini kesempatan terakhirku...
“Posisi kita saat ini sama, Lunar,” kata Volta. “Kamu mengerahkan kekuatan terbaik Flygon, yang memiliki risiko kekalahannya akibat pusing dari sinar membingungkan tadi. Ini bergantung pada keberuntunganmu, apakah dalam fase kedua serangan ini, Flygonmu akan pusing atau tidak. Karena bila tidak, maka itu bukan hal bagus untukku.”
“Tapi aku tidak akan menggantungkan kemenanganku begitu saja pada keberuntunganmu. Aku akan memaksimalkan empat perangkap yang telah kupasang tadi, yang sekarang tinggal dua perangkap lagi,” lanjut Volta. “Karena itu, mari kita bertaruh...”
“Baik, mereka yang terkuat... yang akan memenangkan duel ini!” sahutku bersemangat. “Aku tak punya pilihan lain, kecuali ini... Flygon, serangan biadab!”
“Magmortar, kilatan api!” teriak Volta.
Sejurus kemudian terjadi kilatan pergerakan yang begitu cepat dari dua arah berlawanan di arena. Keduanya memunculkan garis kecepatan yang memukau, sebelum akhirnya bertemu dan bertubrukan di tengah arena, memunculkan ledakan dahsyat yang menyilaukan mata, dengan suara keras yang memekakkan telinga.
DHUAAARRR!

 Seluruh penonton terpana menyaksikan duel kecepatan yang terjadi di arena. Semuanya menyaksikan kepulan asap besar di tengah arena dengan tidak sabar. Hingga kemudian, dua ekor Pokemon muncul dari dalam kepulan asap, masing-masing langsung menjejak mantap tanah yang ada di bawahnya.
Wow! Pertarungan yang sangat seru! Flygon dan Magmortar saling beradu jurus, menciptakan ledakan besar! Antara serangan biadab dan kilatan api, yang manakah yang lebih hebat?” komentar Flame menyadari kedua Pokemon kami telah kembali berdiri di tanah.
Yang terjadi kemudian adalah sebuah teka-teki. Baik Flygon dan Magmortar, masih kokoh berdiri dalam posisi mereka, dengan pose yang keren ala Bima Satria Garuda yang baru saja menggunakan heliosnya. Belum satupun di antara mereka yang bergerak, membuat semua penonton bertanya-tanya, yang manakah yang bakal berdiri terakhir.
“Kilatan api ya... aku tak menyangka kamu akan menggunakan jurus yang sangat berisiko itu, yang membahayakan Pokemonmu sendiri dengan kondisinya saat ini,” ujarku kemudian. “Apa kamu tahu kalau kita sama-sama takkan bertahan?”
“Ya Lunar, aku tahu itu,” jawab Volta. “Aku mempelajari sesuatu, bahwa serangan biadab memiliki kemungkinan eksekusi yang sama, walaupun dalam kondisi pusing. Peluangnya gagal dalam kondisi ini mendekati 10 persen.” Volta terdiam sejenak, memandang Symphony yang kini menghadap ke arahnya. “Tapi alasan sebenarnya adalah...” sambungnya. “...adalah aku tak mau kalah darimu. Aku tak mau berdiam saja menunggu, walaupun kemenangan seolah sudah berada di depanku. Seperti dirimu... yang tetap bergerak, walaupun kekalahan sudah menunggumu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda sopan, Sandslash pun segan...