Episode
438: Strategi Empat Perangkap
Symphony terguling-guling di tanah. Dia
mengerang kesakitan, namun masih dapat bangkit berdiri. Sementara Magmortar
berdiri tak jauh darinya, tetapi Pokemon itu juga terlihat kesakitan.
“Lagi-lagi
Magmortar menyerang dengan dahsyatnya! Tampaknya tinggal menunggu waktu saja
untuk kekalahan Flygon. Meski begitu, kilatan api tampaknya melukai tubuh
Magmortar sendiri,” komentar Flame melihat duel di arena.
“Itu....”
“Ya Lunar, aku sudah tak sabar untuk
segera mengalahkanmu,” potong Volta. “Karena itu, aku tak segan-segan
menggunakan jurus yang bisa melukai Pokemonku sendiri, selama jurus itu bisa
menjatuhkan Pokemonmu!”
Gila... Volta sudah gila! Kalau seperti
ini aku bisa kalah. Aku harus segera memikirkan sesuatu, untuk bisa lepas dari
jebakan Volta. Bila begitu, maka aku harus mengandalkan keberuntungan!
“Ada apa Lunar? Apa kamu sudah putus asa
dengan strategiku yang begitu hebat ini? Kupikir kamu takkan mendapat
kesempatan untuk membalik keadaan,” ledek Volta. “Kamu pasti dengar kan
perkataan Flame tadi, bahwa apapun bisa terjadi dalam pertarungan Pokemon. Dan
apapun itu adalah.... kemenanganku!”
“Sekarang lihatlah keadaannya di arena,”
sambung Volta terus menyiksaku dengan kalimat-kalimatnya yang memojokkan. “Pokemonmu
sedang pusing, membuatnya bisa melukai diri sendiri. Kemudian dia terjebak di
putaran api yang melukainya di setiap giliran. Lebih buruk lagi, sekarang
Pokemonmu itu terbakar berkat kilatan api yang barusan terjadi....”
Terbakar? Langsung saja aku menoleh ke
arah Symphony dan benar saja, ekornya terbakar! Ini jadi semakin buruk! Kalau
begini, ada empat peluang HP Symphony berkurang, dan semuanya terjadi secara
bersamaan. Peluang pertama akibat sinar membingungkan, peluang kedua akibat
putaran api, peluang ketiga akibat terbakar, dan peluang keempat... serangan
dari Magmortar itu sendiri! Sementara... sementara HP Symphony tinggal 30
persen! Oh tidak... ini.... ini kekalahan!
“Hahaha... sepertinya kamu sudah
menyadarinya, Dasar Pincang. Itulah yang kusebut sebagai strategi empat
perangkap. Jadi kupikir hanya membiarkan Pokemonmu begitu saja sudah bisa
mengalahkannya. Aku tak perlu memerintahkan Pokemonku untuk melayangkan
serangan terakhir. Hahaha... menyedihkan sekali...” Volta terus saja mengejek,
membuatku semakin putus asa.
Sial! Ternyata strategi yang ditawarkan
Guy tak berguna sama sekali. Pertukaran Tropius dengan Vibrava yang kami
lakukan jadi sia-sia. Apa... apa yang harus kulakukan sekarang?
-----------------------------------------
“Guy, sepertinya rencanamu tak berjalan
dengan baik,” kata Flint melihat situasi di arena. “Si Badut itu, tetap bisa
membuat Lunar tak berkutik.”
“Kamu benar Flint, Volta benar-benar
trainer yang hebat. Dia bisa membalikkan keadaan dan menjadi unggul. Padahal,
bila melihat statistik kedua Pokemon, mestinya Pokemon Lunar yang lebih
unggul,” jawab Guy membenarkan. “Memang, dibutuhkan lebih dari sekadar Flygon
untuk bisa mengalahkan Volta. Keberadaannya di laga terakhir ini membuktikan
bagaimana kemampuan Volta. Ini bakal sulit.”
----------------------------------------
“Di
luar dugaan Badut sanggup membalik keadaan dan berbalik unggul. Kini, tinggal
menunggu waktu saja hingga Flygon kehabisan HP-nya. Benar-benar pertarungan
sengit, dan kalian hanya bisa menyaksikannya di sini... di Frontier Festival!”
seru Flame membuat suasana stadion menjadi bergemuruh dengan teriakan-teriakan
para penonton. “Apakah Badut akan
memenangkan duel Pokemon kedua ini, ataukah akan ada keajaiban yang
menyelamatkan Lunar? Ini semakin seru!”
“Fufufufu.... Keajaiban? Mana ada
keajaiban itu. Jelas saudaraku si Badut itu yang akan menang,” seloroh Nanta di
tribun VIP. “Ini sudah sangat jelas, bahkan tanpa menggerakkan Pokemonnya,
Badut bisa menang mudah. Si Pincang itu benar-benar payah.” Dia lalu berdiri
dan berteriak keras, “Hei Badut, cepat selesaikan si Pincang itu, aku sudah tak
sabar. Hahaha!”
“Ayo Badut! Habisi Si Pincang! Dia sudah
tak ada apa-apanya!” teriak penonton yang lain, yang mendukung Volta.
“Iya Badut, jangan buat kami terlalu
lama menunggu. Si Pincang itu cuma pembohongan publik, kamulah yang terhebat!”
celetuk penonton lainnya.
“BADUT! BADUT! BADUT!” teriakan dukungan
pada Volta pun langsung menggema kembali dengan keras. Sementara teriakan
dukungan padaku sama sekali tak ada. Sepertinya para penonton yang mendukungku
sudah pasrah, tahu benar kalau kesempatanku sudah habis. Sial, aku terlalu
meremehkan Volta. Aku tak menyangka strateginya bakal sekuat ini. Habislah
aku...
“Hei Pincang” tiba-tiba terdengar suara
memanggil di kepalaku. Suara Erou, lagi-lagi dia bicara melalui telepati.
Sebenarnya aku heran kenapa dia bisa telepati dan kenapa pula aku bisa
mendengarnya di kepalaku. Tapi aku tak mau banyak bertanya sekarang, karena
aku...
“Ada apa Erou? Apa kamu mau mengejekku
sekarang?” tanyaku spontan melihat ke arah Erou di tribun depan.
“Belum Lunar... kamu belum habis,” jawab
Erou. “Flygonmu masih bisa bergerak. Dia belum mengamuk.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...