Episode 465:
Saudara yang Hilang
“Kau punya kakak?”
“Ya,” jawab Melona.
“Aku tak ingat jelas. Semuanya samar-samar. Hingga kemudian Paman Merlin
menceritakan semuanya.”
“Eh? Samar-samar?”
aku semakin penasaran.
“Aku tak
benar-benar berasal dari Pacifidlog. Aku berasal dari tempat yang begitu jauh,
yang aku sendiri tak tahu di mana,” tutur Melona mulai bercerita.
“Orang tuaku,
Melony dan Melanie Bluesea, adalah pelaut, mereka pembuat peta. Karena
pekerjaannya itu mereka mengarungi tujuh samudra. Bersama kami, putri-putrinya.”
“Putri? Kakakmu
perempuan?” tanyaku memotong.
“Sepertinya
begitu,” jawabnya. “Aku tak ingat, aku masih sangat kecil,” lanjut Melona.
“Hingga kemudian kedua orang tuaku meninggal, kami berdua dibawa ke panti
asuhan. Aku masih sangat kecil untuk bisa mengingatnya. Tapi Paman bilang
umurku waktu itu masih lima tahun.”
Lima tahun? Wajar
bila Melona tak ingat.
“Pihak panti asuhan mencoba mencari siapa keluarga kami, dan menemukan paman sebagai pemegang hak asuh kami. Sebagaimana tertulis dalam wasiat orang tua kami.”
“Pamanku, Merlin,”
sambung Melona, “Waktu itu sudah menjadi seorang perompak. Dia datang ke panti
asuhan untuk membawa kami berdua. Namun rupanya keberadaan Paman sudah diincar
ranger. Dia pun dikejar ranger, namun berhasil melarikan diri bersama kami
berdua. Kami menumpang kapal kecil, merasa sudah aman dari kejaran ranger.
“Tapi ranger
rupanya tak menyerah dan terus mengejar kami. Mereka menemukan kami dan
terjadilah pertarungan di atas perahu. Dalam pertarungan itulah, perahu kami
terbelah. Aku dan kakakku terhanyut, terbawa ombak. Di situlah kami terpisah.”
“Terpisah?”
Melona tak
menjawab. Dia tampak berpikir sejenak. Lantas melanjutkan perkataannya, “Aku
tak ingat pasti. Tapi kilasan peristiwa waktu itu kerap muncul di mimpiku.
Kilasan peristiwa ketika aku dan kakak terombang-ambing di atas puing-puing
perahu. Itu selalu mengganggu tidurku.”
“Apa yang terjadi
setelah itu?” tanyaku semakin penasaran.
“Seperti yang
kubilang tadi, kau bukan satu-satunya yang terdampar di pulau ini,” jawab
Melona. “Ya, tubuhku hanyut dan terbawa ke pulau ini. Peristiwa itu pun
sebenarnya terlupakan begitu saja. Namun seperti ingatan akan kakakku, peristiwa
itu juga kerap menyambangi dalam mimpiku, yang kemudian kusadari itu bukan
mimpi.”
Melona
memperhatikan Wynaut-Wynaut yang tampak bersandar di sekitar tubuhnya. “Seperti
inilah kira-kira waktu itu,” tunjuk Melona pada Wynaut di sekelilingnya. “Yang
kuingat, aku ada di bibir pantai dengan Wynaut mengelilingiku. Hingga kemudian
aku ditemukan nenek dan membawaku ke Pacifidlog, kira-kira seperti itu,”
tutupnya.
“Jadi nenekmu di
Pacifidlog itu...”
Dia mengangguk.
“Benar. Beliau bukan nenek kandungku. Tapi beliau sudah merawatku seperti cucu
sendiri. Sementara aku memercayainya sebagai nenek kandungku. Sampai kemudian
Paman datang dengan tiba-tiba, waktu itu aku beranjak remaja.”
“Ya, itu benar,”
terdengar suara berat seorang lelaki. Aku menoleh, Merlin sudah ada di belakang
kami berdua. “Dalam pertarungan di perahu kecil itu, aku tertangkap ranger.
Namun aku tak pernah bisa melupakan mereka berdua,” kini ganti Merlin yang
bercerita.
“Makanya ketika aku
bebas dari penjara, segera kucari keberadaan dua keponakanku. Tapi hanya Melona
sejauh ini yang berhasil kutemukan di Pacifidlog. Dia bahkan ketakutan saat
pertama kali melihatku, karena tahu siapa aku, The Phantom,” bebernya.
“Ya, Paman
menceritakan semuanya waktu itu,” sahut Melona. “Menceritakan kalau sebenarnya
aku punya kakak, yang entah kini berada di mana. Cerita Paman menjawab semua
tanda tanya yang selama ini hadir dalam mimpiku...
“Aku pun memutuskan
untuk mencari keberadaan kakakku. Dan ketika kusadari, aku telah bergabung
dengan Tim Aqua untuk bisa menemukannya. Itulah alasan sebenarnya kenapa aku
mau bergabung dengan Tim Aqua. Walaupun sampai sekarang aku juga belum
menemukannya.”
Jadi alasan Melona
bergabung dengan Tim Aqua yang sebenarnya adalah... untuk mencari kakaknya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda sopan, Sandslash pun segan...